Suhardi Alius Beberkan Cara Menekan Radikalisme

Rabu, 10 Agustus 2016 – 12:26 WIB
2nd International Meeting on Counter Terrorism (IMCT) di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/8). Foto: BNPT for JPNN

jpnn.com - NUSA DUA - Terorisme musuh bersama semua bangsa. Karena itu, seluruh bangsa di seluruh dunia harus kerja sama dalam melakukan penanggulangan terorisme.

Pernyataan itu diungkapkan Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius pada 2nd International Meeting on Counter Terrorism (IMCT) di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/8).

BACA JUGA: Sekjen PDIP Curiga Ada Menteri ABS soal Terminal 3 Bandara Soetta

"Sejak ISIS muncul ke permukaan isu Foreign Terrorism Fighter (FTF)  menjadi masalah baru bagi semua negara termasuk Indonesia karena pelaku aksi terorisme bukan saja dari lokal tetapi juga dari luar masuk ke dalam negara tertentu melakukan berbagai aksi. Fenomena inilah yang menjadi salah satu perhatian kami dalam melakukan penanggulangan terorisme," ungkap Suhardi.

Ironisnya, lanjut Suhardi, karena internet yang kini marak digunakan sebagai jalur komunikasi, justru menjadi 'sarang' teroris untuk memperlancar komunikasi antara sesama guna melakukan tindakan atau perekrutan anggota baru.

BACA JUGA: DPD RI: Pelayanan Ibadah Haji Harus Optimal

Selain itu, fenomena hijrah ke wilayah konflik sebagaimana yang terjadi saat ini, di mana para simpatisan ISIS pada hijrah ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan kelompok militan tersebut.

Hal ini sebenarnya sudah pernah terjadi di Indonesia beberapa tahun lalu. Saat itu, ratusan WNI hijrah ke Afghanistan untuk bergabung dengan Al Qaeda.

BACA JUGA: Reog Ponorogo Bakal Tebar Pesona di Filipina

"Apa yang terjadi di Bali beberapa tahun lalu merupakan efek hijrahnya orang-orang ini ke Afghanistan. Pemerintah tidak ingin hal ini terjadi lagi bagi WNI yang kembali dari Irak dan Suriah," tegas Suhardi.

Suhardi juga menekankan bahwa penyelundupan manusia perlu menjadi perhatian semua pihak. Sebab, perekrutan yang dilakukan oleh anggota ISIS bagian dari penyelundupan manusia.

Selain itu, ia juga menyampaikan program deradikalisasi yang kini digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam menekan radikalisme. Di mana program ini telah memberikan hasil yang cukup siginifikan karena dilakukan secara masif.

 Suhardi menjelaskan, deradikalisasi dimaksud dengan menggunakan pendekatan kultur dan keagamaan seperti pertemuan dengan keluarga teroris dan rehabilitasi bagi mereka yang telah sadar.

BNPT juga menggunakan pendekatan narasi agama yang lunak dan toleransi untuk menekan pengaruh paham-paham ekstrem seperti takfiri yang banyak merusak pengikut radikalisme terorisme.

Ia menegaskan bahwa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional selalu berkomitmen dengan mekanisme penanggulangan terorisme yang disepakati oleh dunia internasional. Indonesia juga konsisten menanggulangi fenomena ini secara terus menerus.

2nd International Meeting on Counter Terrorism ini dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Jenderal TNI (purn) Wiranto.

Pertemuan internasional diikuti negara-negara dari seluruh dunia seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India, Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Perancis, Rusia, Australia, dan lain-lain. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DUH...Speed Boat Kehabisan BBM di Laut, Ada 13 Orang Termasuk Seorang Bayi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler