Suhardi Alius: Generasi Muda Harus Memilah Informasi

Kamis, 09 November 2017 – 02:06 WIB
Kepala BNPT Suhardi Alius. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, BANDUNG - Kemajuan teknologi informasi yang luar biasa selama ini telah selama ini telah menggerus dan mereduksi nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda Indonesia.

Untuk itu, dengan kajuan teknologi yang pesat ini, generasi muda bangsa harus tetap waspada dalam menerima segala informasi yang masuk sebagai upaya mempertahankan jati dirinya.

BACA JUGA: Generasi Zaman Now Tak Perlu Malu Terapkan Nilai Pancasila

Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius saat memberikan kuliah umum di hadapan sekitar 500 mahasiswa dari beberapa perguaruan tinggi yang ada di  Bandung, Rabu (8/11).

Kuliah umum yang berlangsung di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengangkat tema Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Radikalisme.

BACA JUGA: Suhardi Alius Beber Penanganan Terorisme pada Raja Yordania

“Kita melihat masalah natonality (kebangsaan) ini sudah mulai tereduksi karena kemajuan teknologi informasi yang sudah sangat luar biasa. Apalagi dengan adanya alat ini (sambil memegang smartphone), semua informai baik dan buruk bisa diakses dengan mudah, cepat dan tanpa batas,” ujar Suhardi.

Mantan Kabareskrim Polri ini mengatakan, dengan revolusi, khususnya di bidang informasi yang membuat dunia tanpa batas, hal itu harus diwaspadai demi kerukunan bangsa.

BACA JUGA: Pesan Penting Hamdi Muluk untuk Generasi Muda

“Dengan kemajuan teknologi kita semua mendapatkan manfaat kemudahan untuk mengakses informasi secepat mungkin. Namun, bukan berarti tidak ada eksesnya yang dapat merugikan kita semua,” ujar mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas ini

Mantan Kapolda Jawa Barat ini mengingatkan generasi muda untuk lebih berhati-hati dalam menerima segala informasi yang masuk.

“Adik-adik harus punya kemampuan untuk memilih dan memilah dalam menerima segala informasi yang masuk sehingga betul-betul bisa mempertahankan jati diri kita sebagai bangsa yang hidup dalam kebinekaan,” ujar pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.

Terhadap masalah kebangsaan, Suhardi melihat bangsa Indonesia didirikan dengan air mata, perjuangan, darah sampai pengorbanan oleh para pejuang.

Hal tersebut tentunya harus dapat  dipertahankan dalam mengisi kemerdekaan ini.

“Untuk itulah kami meminta kepada para generasi muda untuk mengingat kembali sejarah bahwa Indonesia ini didapat tidak dengan dengan cuma-cuma, tetapi dengan perjuangan. Sebagai generasi muda tentunya punya kewajiban untuk mengisi kemerdekaan dengan baik,” ujarnya.

Mantan Kadiv Humas Pokri ini meminta kepada generasi muda untuk tidak melupakan identitas sebagai bangsa Indonesia yang beragam.

Apalagi, dengan informasi digital yang sangat luar biasa ini, sudah banyak gangguan dan cobaan lain yang ingin memecah belah bangsa.

“Tentunya dibutuhkan kewaspadaan, rasa nasionalisme yang tinggi untuk dapat memilih dan memilah sehingga kerukunan dalam umat beragama, kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan eksistensi NKRI dapat kita pertahankan demi kejayaan bangsa,” tutur alumnus Akpol tahun 1985 ini.

Dia juga mengingatkan generasi muda untuk mewaspadai bahaya radikalisme dan terorisme terutama di lingkungan pendidikan.

“Penyebaran paham radikal di lingkungan kampus sekarang ini sudah sangat gawat. Sudah tidak ada sekat. Kalau kita tidak gerak cepat untuk mengawasinya tentunya ini akan membahayakan terhadap anak-anak kita nantinya dan tentunya bangsa ini sendiri,” ujar mantan Wakapolda Metro Jaya ini.

Dia menambahkan,  para mahasiswa bersama para dosen, dekan hingga rektor memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan upaya pencegahan, mengidentifikasi radikalisme serta langkah-langkah yang harus diambil untuk memecahkan suatu masalah.

“Jangan sampai peristiwa deklarasi khilafah oleh salah satu organisasi massa di salah satu kampus perguruan tinggi negeri di Jawa Barat beberapa hari lalu terulang lagi. Pihak kampus harus bisa mendeteksi dan mencegah jika ada kegiatan tersebut. Jika melihat ada indikasi seperti itu cepat laporkan ke aparat berwajib,” ujarnya.

 Dia juga  meminta perekrutan tenaga pendidik juga harus benar-benar diperhatikan.

“Penyaringan harus benar-benar ketat dalam merekrut tenaga pendidik. Jangan ada ideologi-ideologi lain yang diajarkan dosen kepada mahasiswanya,” katanya.

Dia berharap apa yang disampaikannya dapat memberikan pengalalaman yang cukup bagi lingkungan kampus untuk ikut bertanggung jawab dan bisa memperhatikan dinamika di sekeliling.

“Mudah mudahan ini menjadi viral juga buat kita semuanya untuk kebaikan bangsa ini agar tetap mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia ini baik,” ujar Suhardi. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Kombatan Bertutur Tentang Pemuda dan Radikalisme  


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler