Suhardi Alius, Perantau yang Rajin Pulang Kampung, Keliling Desa

Minggu, 24 Juli 2016 – 00:07 WIB
KEDIAMAN SUHARDI ALIUS: Kediaman orangtua Komjen Suhardi Alius di Nagari Tanjung Alai, tampak tak berpenghuni di hari-hari biasa. Karena seluruh anggota keluarganya berada di perantauan. Foto: Yulicef Antony/Padang Ekspres

jpnn.com - SELASA (20/7), Komjen (Pol) Suhardi Alius dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Warga Nagari Tanjungalai, Kabupaten Solok, Sumbar, pun bersuka cita. Bagaimana sosok jenderal bintang tiga ini di mata orang kampungnya?

YULICEF ANTONY—Solok

BACA JUGA: Dulunya Tenggelam, Terhempas Bencana Dahsyat, Kini Jadi ‘Surga’

KAMPUNG Komjen Suhardi Alius di Nagari Tanjungalai, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, hanyalah perkampungan kecil nan tandus. Terlebih ketika masuk dari Simpang Empat Nagari Aripan, Kecamatan X Koto Singkarak. 

Belum sampai separuh jalan, langsung disambut jalan berbatu dan bergelombang. Satu-satunya daya tarik nagari ini, pemandangannya yang eksotik. Dihiasi gugusan Bukit Barisan, pesawahan dan lanskap Danau Singkarak.

BACA JUGA: Memiriskan Hati, Anak-anak Berangkat Sekolah Lewat Jalan Berlumpur

Di situlah kampung halaman Sang Jenderal, tepatnya di Jorong Kotobaru berpenduduk 2.900 jiwa. Warganya ramah-ramah. Setiap berpapasan di jalan, mereka tak sungkan menyapa atau sekadar tersenyum walau orang asing. 

Di mata warga setempat, Suhardi Alius dikenal tokoh perantau yang rajin pulang kampung. “Beliau orangnya sederhana, namun dermawan, murah senyum, mau berbaur dengan siapa saja. Dengan kalangan orang tua, beliau selalu santun. Anak-anak sering ditraktir belanja di warung,” sebut Amani, 53, tokoh masyarakat di Simpang Empat, Jorong Kotobaru, Nagari Aripan, kemarin.

BACA JUGA: Merinding! Sesajen Dilempar ke Kawah saat Bromo Erupsi

Lebih membuat Amani kagum lagi adalah, setiap kali pulang kampung, Suhardi Alius tidak pernah pakai pengawalan. ”Dia berpakaian biasa layaknya warga setempat dan suka jalan kaki keliling desa. Para pemuda senang mendampinginya. Bagi yang beruntung dikasih uang untuk beli rokok,” ujar Amani.

Salah satu kebiasaan Sang Jenderal, setiap kali keliling kampung, tambah Amani, dia suka minum kelapa muda segar yang diambil langsung oleh baruak dan duduk bersila di ladang bersama warga.

“Kadang saat Bapak pulang, ada datang sejumlah polisi berseragam lengkap memberikan pengawalan. Namun, dia enggan dikawal. Begitu waktu shalat masuk, ia mengajak warga ke masjid shalat berjamaah,” cerita Amani.         

Kasirul, 42,  warga lainnya, juga memiliki kenangan tersendiri pada Suhardi Alius. “Dia sangat santun pada orangtua. Setiap ada program, selalu minta arahan dan petunjuk ibunda,” ujar dia.

Meski berpangkat tinggi, menurut Kasirul, Suhardi Alius tetap berpenampilan sederhana. “Dia juga kerap mengulurkan bantuan sampai puluhan juta untuk biaya pembangunan masjid/mushala, fasilitas pemuda, serta tempat-tempat umum,”  kata Kasirul.

Keponakan Suhardi Alius, Siaf, paling berkesan dengan sifat mamaknya yang bersahaja dan santun pada orangtua. Setiap kali berangkat kerja, dia selalu singgah/pamitan ke rumah ibunda. 

”Kebetulan rumah nenek persis menjelang gedung Mabes Polri, mamak selalu singgah sebelum menuju kantor. Ini tidak sekali-dua kali saya lihat mamak Suhardi minta restu ke rumah nenek di Jakarta,” aku Siaf.

Wali Nagari Tanjungalai, Liherdi TM mengaku terharu mendengar berita dilantiknya Suhardi Alius menjadi Kepala Badan Nasional Pemberantasan Teroris. ”Setiap kali pulang, beliau selalu membawa orangtua, serta anak–istri, berkomunikasi dengan bahasa Minang, ” imbuh Wali Nagari.

Komjen Suhardi Alius anak ketiga dari lima bersaudara. Dia terlahir dan dibesarkan dari keluarga Polri, sebagaimana ayahndanya Alius (alm) yang juga seorang polisi.

”Beliau panutan di kampung ini. Bahkan, sekarang banyak orang kampung memilih jadi angkatan (polisi/TNI). Jumlahnya, lebih dari 200 orang,” ujarnya. 

Suhardi merupakan perwira kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962. Diamengawali karirnya di Polres Bandung sebagai Pamapta dengan pangkat ipda. 

Selama karirnya, dia memang tidak pernah bersentuhan dengan penanganan teror. Namun, dia menjadi bagian dari Bareskrim Polri sejak 1999. Sempat menjadi Kapolres Metro Depok dan Jakarta Barat, dia akhirnya kembali ke Bareskrim. (***/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Anak Autis Hilang Dua Kali, Ortu Tanya Paranormal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler