SLEMAN - Lebih dua pekan setelah erupsi pada Jumat (5/11) lalu, suhu material lahar Merapi yang menimbun pemukiman rumah warga di kawasan Cangkringan masih tinggiMeski sudah terguyur hujan beberapa kali, pada kedalaman lebih dari 0,5 meter di bawah permukaan, temperatur suhu material yang berupa pasir dan bebatuan, hingga Minggu (21/11) masih menunjukkan angka rata-rata 115-120 derajat Celcius
BACA JUGA: Lokasi Wisata Diblokir Warga
Setidaknya kondisi itu terjadi di wilayah dusun Ngepringan, desa Wukirsari
BACA JUGA: Wedhus Gembel Masih Menyembur
Karenanya, tak lebih dari 1 jam, tim evakuasi pun memilih balik kanan dari lokasi pencarian korban yang berjarak sekitar 12 kilometer dari puncak Merapi."Suhu permukaan sudah normal, kisaran 38-40 derajat Celcius
BACA JUGA: Gubernur Papua Kutuk Ringtone Ponsel
Masih tingginya suhu material tidak memungkinkan tim evakuasi menggali secara manualDibutuhkan alat berat berupa begoSambil menunjukkan minitemp, Ryan menjelaskan alat pendeteksi suhu buatan Cina itu menggunakan sistem laser radiasiAlat tersebut mampu mendeteksi suhu hingga jarak atau kedalaman tanah sampai 500 meter di bawah permukaan
Minitemp bisa disetel untuk satuan Celcius atau FahrenheitMenurut Ryan, minitemp sangat membantu tim relawan sehingga tak gegabah saat mencari lokasi terpendamnya korbanTinggal dipencet dan mengarahkan ujung alat mirip pistol itu pada titik yang ingin diketahui temperaturnya, maka secara digital muncul angka suhu pada minitemp
"Biasanya alat pendeteksi suhu memang masih manual dan harus ditancapkan pada permukaan tanahKalau ini lebih praktis dan tingkat akurasinya mendekati 100 persen," kata mahasiswa Ibnu Khaldun Bogor itu sambil menunjukkan minitemp seharga Rp 2,5 juta.
Menurut Kadus Ngepringan Rubiso, masih ada tiga orang warganya yang belum ditemukanDiduga korban tewas tertimbun material panas Merapi"Warga saya yang tewas ada 17 orangDua di antaranya meninggal di rumah sakitSisanya tiga lansia masih belum ketemu hingga saat ini (kemarin)," katanya
Ketiganya adalah Nujiwiyono, Witoirah, dan PoniyemRubiso mengatakan pihak keluarga korban telah merelakan jika memang jenazah tak bisa ditemukanSebab korban diduga tertimbun material hingga kedalaman hampir 4 meter di bawah permukaan tanah.
"Korban jelas tak bisa dievakuasi lagi," tutur Rubiso pasrah
Di sisi lain Rubiso berharap kepada pemerintah agar warga Ngepringan bisa direlokasiAsalkan tak jauh dari tempat domisili semula, sehingga warga tetap bisa mengelola lahan dilereng Merappi yang selama ini menjadi mata pencaharian utama"Relokasi itu permintaan wargaKalau bisa dekat dengan mata airItu paling penting," pintanya
Permintaan relokasi, imbuh Rubiso, dilatarbelakangi kondisi lingkungan yang telah berubah menjadi padang pasir MerapiApalagi dusun Ngepringan dilalui sungai Prunggi mengalir ke selatan menyatu dengan sungai Opak yang menjadi jalan bagi aliran lahar"Rumah-rumah warga jelas tak bisa lagi dihuniSaya sendiri nggak mau tinggal di rumah Ngepringan," ucapnya
Menurut Rubiso, warga Ngepringan akan direlokasi di dua lokasi yang merupakan tanah kas desaYakni di dusun Srodokan dan Gungan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Ngepringan(yog)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masyarakat Minang Siapkan Kongres di Bukittinggi
Redaktur : Tim Redaksi