SURABAYA - Operasi jantung invasif minimal yang pertama di Indonesia, sukses dilaksanakan di RSUD dr Soetomo Surabaya, kemarinBahkan, lebih cepat dari waktu yang diperkirakan
BACA JUGA: HP pada Anak ABG Jadi Sumber Konflik
Bedah jantung invasif minimal merupakan teknologi yang memungkinkan dokter mengoperasi tanpa membuka rongga dada pasienOperasi kolaborasi antara tim dokter RSUD dr Soetomo dengan RS Yodak, Shanghai, Tiongkok, itu awalnya ditargetkan berlangsung empat jam
BACA JUGA: Helm, Tak Harus Berlogo SNI
Namun, tindakan medis terhadap pasien wanita bernama Tafif Rusilawati, 45, itu ternyata bisa tuntas hanya dalam waktu dua jam lebih lima menit.Tim dokter RSUD dr Soetomo menargetkan operasi berlangsung empat jam, karena ingin berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan
"Itu karena kami tidak tahu apa saja yang bisa terjadi
BACA JUGA: Ketika Facebook Bangun Pusat Data Pribadi
Tapi, ternyata tidak ada kesulitan sama sekali, jadi bisa lebih cepat," kata Prof Dr Paul Tahalele FCTS, koordinator bedah jantung Pusat Pelayanan Jantung Terpadu (PPJT) RSUD dr Soetomo kepada Jawa Pos usai operasiOperasi kemarin memang dipandu oleh pakar bedah jantung invasif minimal dari RS YodakAda tiga tenaga medis asal RS tersebut yang kemarin ikut dalam operasiYakni, Profesor Cheng Yunge, dr Jia Baocheng, dan Hong Xiaomao.Cheng adalah ahli yang sudah menangani lebih dari 1.600 operasi bedah jantung invasif minimalJia merupakan dokter ahli bedah terkenal di Tiongkok, sedangkan Hong adalah kepala tim perawat RS YodakRombongan itu juga disertai Wakil Direktur bidang Operasional RS Yodak, Jessie Lie Tjin
Sebelum memulai operasi, Cheng terlebih dahulu membagikan pengalamannya menangani 1.600 operasi bedah jantung invasif minimal kepada para dokter dalam sebuah seminarAcara itu dimulai sekitar pukul 09.00 di ruang pertemuan lantai dasar Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr SoetomoIntroduksi mengenai teknologi bedah jantung endoskopik itu disampaikan ahli bedah jantung PPJT RSUD dr Soetomo, Prof Dr med Puruhito MDBedah jantung invasif minimal yang juga disebut bedah "lubang kunci" itu, dokter hanya perlu membuat tiga lubang kecil pada dada kanan pasien
Lewat lubang-lubang tersebut, dimasukkan alat operasi dan kamera sebagai "mata" dokterSituasi bagian dalam tubuh pasien ditampilkan lewat layar monitor, sedangkan alat-alat operasinya dijalankan secara manual oleh dokter
Teknik itu sendiri merupakan modifikasi dari teknik operasi endoskopik yang biasanya menggunakan robotDengan teknik tersebut, biaya operasi jantung endoskopik yang mencapai miliaran bisa dihemat menjadi hanya beberapa puluh jutaSebab, tenaga robot yang harganya miliaran rupiah diganti dengan tenaga dokterTeknik itu juga diklaim lebih aman untuk pasien, bisa mengurangi sesedikit mungkin komplikasi operasi, serta mempersingkat proses penyembuhan luka pasien pasca operasiSecara kosmetis, operasi itu juga lebih menguntungkan, karena tidak meninggalkan bekas luka berukuran besar.
Pada operasi jantung konvensional, dokter harus membuat sayatan sepanjang 16 - 20 cm pada bagian tengah dada pasien yang kerap meninggalkan bekas luka.Dalam operasi yang dimulai sekitar pukul 11.00 itu, tim dokter membenahi gangguan Atrial Septal Defect (ASD) yang diderita TafifGangguan itu berupa kebocoran yang terjadi pada sekat antara serambi kanan dan kiri jantungTindakan yang dilakukan dalam operasi tersebut adalah menutup lubang yang mengakibatkan kebocoran itu
Penutupan tersebut tidak menggunakan bahan apa pun dari luar tubuh pasienDokter langsung menjahit, karena lubang itu ternyata memiliki "bibir?"Kalau ada bibirnya, bisa langsung dijahitKalau nggak, kantong pembungkus jantungnya yang diambil sebagian, dan dipakai menutupUntung, yang ini tidak perlu begitu," kata PaulKondisi pasien yang relatif bagus memang menjadi salah satu hal yang membuat proses operasi bisa berlangsung lebih cepatTim dokter hanya perlu menghentikan jantung selama 18 menit, dan mengoperasi jantung Tafif selama 1 jam 18 menit.
"Pasien ini sangat beruntung," ungkap ChengMenurutnya, ASD sebenarnya bukan gangguan jantung yang sulit dibenahi dengan bedah lubang kunciSelama ini, tingkat keberhasilan operasi itu adalah 99,9 persen ke atas
Namun, operasi itu biasanya dilakukan ketika penderita masih sangat muda, yakni berusia 5-6 tahun, dengan ukuran lubang yang sangat kecilSedangkan usia Tafif sudah 45 tahun, dengan lubang berdiameter 2,5 cm"Kalau pasien masih kecil, operasi semacam ini (ASD, Red) sangat mudahTapi, karena pasien sudah dewasa, tingkat kesulitannya jadi menengah," papar profesor yang masih berusia 45 tahun itu.
Kendati demikian, pengalaman Cheng dan timnya, kerjasama yang bagus dengan para dokter RSUD dr Soetomo, serta peralatan operasi yang sangat kompatibel membuat kesulitan itu berhasil diatasi"Hasil operasinya bagus," katanya.
Pemulihan Tafif pasca operasi kemarin memang relatif cepatHanya tiga jam setelah operasi, atau sekitar pukul 17.00, pasien asal Jember itu sudah lepas dari respirator, dan bisa minum sedikit-sedikitPerdarahan yang terjadi juga hanya sedikit, yakni sekitar 35ccTekanan darahnya pun relatif normal, yakni 110/70"Pasien masih harus berada di ICU (Intensive Care Unit, Red) sampai dua hari ke depanTapi, secara keseluruhan, kondisinya bagusMudah-mudahan, nanti tidak ada komplikasi," kata Paul.
Hari ini, tim dari RS Yodak dan RSUD dr Soetomo akan mengerjakan satu operasi lagiPasien yang akan ditangani menderita Mitral Steno Insufficiency (MSI) atau gangguan pada katup jantungNantinya, tim dokter akan mengganti katup yang mengalami gangguan ituOperasi yang rencananya dimulai pukul 08.00 tersebut diprediksi lebih berat dari operasi kemarinSebab, gangguan pada katup jantung memang kasus yang biasanya lebih sulit diatasi daripada ASDOperasi hari ini diperkirakan membutuhkan waktu empat jam"Mudah-mudahan, bisa lancar seperti hari ini (kemarin, Red)," harap Paul
Dua operasi jantung invasif minimal yang berlangsung di RSUD dr Soetomo didukung oleh berbagai pihakYakni, Gubernur Jatim Soekarwo, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, Kadinkes Jatim dr Pawik Supriadi SpJP(K), Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya Kabul Priyono SH MH, serta Kepala Kantor Pelayanan Tipe A3 Juanda ArgandionoKerjasama tersebut juga didukung penuh oleh Jawa Pos.(rum/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Merokok Saat Hamil, Mata Bayi jadi Juling
Redaktur : Tim Redaksi