jpnn.com - JAKARTA – Suku bunga kredit perbankan tidak bisa diharapkan turun dalam waktu dekat.
Padahal, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebesar 25 bps menjadi lima persen.
BACA JUGA: Sertifikasi Usaha Pariwisata Terkendala Biaya Auditor
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan, pada periode Januari–Agustus, tingkat suku bunga simpanan deposito telah turun 100 basis point (bps) dan bunga kredit turun 52 bps.
”Kelihatannya memang perbankan masih ada penyesuaian,” ujar Agus di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (23/9).
BACA JUGA: Anak Usaha Astra Sebar Dividen Rp 190 Miliar
Perbankan saat ini masih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
Mereka masih berfokus pada upaya penyehatan kualitas kredit untuk mengurangi risiko kredit bermasalah (non-performing loan/NPL).
BACA JUGA: LLP-KUKM Antusias dengan Kehadiran Indonesia Fashion & Craft 2016
Karena itu, pertumbuhan kredit tidak bisa tinggi. Selain itu, banyak pinjaman dalam mata uang asing yang dilunasi oleh debitor.
Posisi NPL perbankan nasional naik dari 3,18 persen menjadi 3,22 persen.
Karena risiko yang lebih tinggi tersebut, perbankan mengambil sikap konservatif dengan mengurangi agresivitas kredit.
Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI) Akbar Suwardi menjelaskan, penurunan suku bunga acuan merupakan sinyal baik dari bank sentral.
Harapannya, permintaan kredit meningkat berkat ekspektasi perekonomian yang lebih baik.
Meski demikian, Akbar mengakui ada jeda penyesuaian dalam setiap kebijakan di sektor keuangan.
Namun, penyesuaian dinilai berpotensi lebih cepat karena suku bunga acuan menggunakan instrumen 7-day (reverse) repo rate.
”Seharusnya dua hingga tiga bulan sudah dapat dirasakan oleh sektor riil,” tambahnya.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menambahkan, perbankan menyambut kebijakan bank sentral untuk menurunkan suku bunga.
Dia yakin kebijakan itu positif karena memberikan sinyal bahwa bunga kredit perbankan akan semakin rendah.
”Sementara ini perbankan memang sedang kelebihan DPK (dana pihak ketiga, Red) karena ada tanda-tanda dana dari luar negeri mulai mengalir masuk ke Indonesia,” ujarnya. (dee/c11/noe/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Siap Campur Solar Nonsubsidi dengan Biodiesel
Redaktur : Tim Redaksi