Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menggunakan momentum kunjungan kerja ke Australia tanggal 26 September - 2 Oktober 2015 untuk bertemu berbagai kalangan pendidikan, salah satunya dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), yang memiliki sekolah dasar rintisan di propinsi tersebut.
GSM yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa doktoral dan master asal Indonesia di Melbourne, Australia, bertujuan menciptakan kultur pembelajaran positif dan kreatif di sekolah.
BACA JUGA: Kebakaran Tambang di Australia Ancam Ribuan Situs Batu Kuno Aborijin
GSM telah menjalin kerjasama riset salah satunya dengan Fakultas Pendidikan Monash University Australia. GSM memiliki lebih dari 20 sekolah dasar rintisan di Yogyakarta.
Bertempat di International Chamber House, Melbourne Rabu, 30 September 2015, Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan didampingi GKR Hemas, Duta Besar Indonesia, Najib Riphat Kesoema dan Konsulat Jenderal RI untuk Melbourne, Dewi Wahab berdiskusi dengan Muhammad Nur Rizal dari GSM, serta staf dari Universitas Monash dan SD Clayton North.
BACA JUGA: Metode Baru Peternakan Sapi di Australia Bisa Hasilkan Pendapatan Ekstra
Dalam diskusi tersebut, pertama-tama pihak GSM menjelaskan latar belakang berdirinya GSM, yakni mengembalikan kembali spirit sekolah sebagai taman yang menyenangkan bagi tumbuh kembang seluruh potensi anak baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
“Dalam konteks Indonesia, sekolah yang menyenangkan adalah sekolah yang mewadahi penghargaan terhadap keberagaman di lingkungan sekolah berbasis kearifan lokal, mengingat Indonesia memiliki tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Dengan menggali lokal budaya di Yogyakarta, sekolah bersama orang tua dan masyarakat bisa mentransformasikan nilai-nilai moral dan budi pekerti dalam kegiatan sehari-hari di sekolah seperti diajarkan bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantoro”, jelas Rizal, PhD lulusan Monash University yang sekaligus dosen UGM.
BACA JUGA: Tak Perlu Panik Jika Anak Anda Terserang Demam Tinggi
Sultan HB X dan Ratu Hemas (satu dan dua dari kanan) dalam pertemuan dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan.
Pendidikan keberagaman berbasis budaya tersebut akan menjadi salah satu aktifitas kegiatan di GSM.
Menurut Rizal, cara-cara kreatif yang didasarkan oleh budaya dan kearifan lokal dalam pembelajaran akan berkontribusi besar untuk memperhalus budi dan perilaku anak. Sehingga dapat untuk mengurangi kekerasan di sekolah yang mulai marak.
Di dalam diskusi tersebut, baik perwakilan GSM, Monash University dan SD Clayton North secara bergiliran menjelaskan bentuk kerjasama dan skema riset yang akan melibatkan beberapa profesor dan peneliti di universitas serta guru-guru Australia sebagai partner sekaligus fasilitator bagi sekolah-sekolah rintisan di Yogyakarta tersebut.
"Kami akan memprioritaskan sekolah-sekolah yang bertempat di pinggiran perkotaan atau desa serta sekolah-sekolah yang berisi anak-anak dari keluarga miskin atau kalangan marginal", papar Rizal kembali.
Dan tema risetnya pun didasarkan pada apa yang sesungguhnya diharapkan oleh anak-anak, guru dan orang tua di sekolah-sekolah di Yogyakarta.
Dalam rilis yang diterima oleh ABC Australia Plus, disebutkan bahwa terkait dengan inisiatif tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan dukungan penuh kepada GSM. “Inisiatif GSM ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia terkait dengan pendidikan karakter dan pendidikan berbasis budaya. Hal ini sejalan dengan program pendidikan yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Yogyakarta”, papar Sultan.
Sultan HB X menerima buku 'Sekolah itu Asyik" dari Muhammad Nur Rizal.
GSM mendapatkan rekomendasi langsung dari Sri Sutan untuk melakukan kolaborasi dengan komunitas-komunitas seni Yogyakarta. Hal tersebut juga diketahui oleh kepala Dinas Kebudayaan DIY yang juga turut hadir mendampingi Sri Sultan.
Sri Sultan menghimbau GSM untuk terus melakukan kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta.
Sambutan dan dukungan juga muncul dari GKR Hemas, yang juga turut hadir mendampingi Sri Sultan HB X. GKR Hemas sangat apresiatif dan mendukung gerakan sekolah menyenangkan sebagai sebuah gerakan akar rumput yang melibatkan guru, orang tua dan komunitas masyarakat sebagai aktor pendidikan utama.
Dia menyampaikan bahwa pendekatan akar rumput ini harus tetap dipertahankan dan untuk menjadi model bagi kota-kota lain di Indonesia.
Mendapat sambutan yang positif dari Sultan dan Ratu Hemas, selain melakukan aktivitas transformasi sekolah dan peningkatan kapasitas guru, GSM berkomitmen untuk membawa implementasi konsep pendidikan berbasis lokal budaya ke dunia global melalui kerjasama riset dengan universitas Monash.
Pada akhir diskusi tersebut, Sri Sultan meminta dasar keberagaman atau kemajemukan menjadi dasar pergerakan GSM mengingat Yogyakarta dihuni oleh masyarakat yg berasal dari berbagai daerah dengan keanekaragaman budaya dan adat istiadat.
Sri Sultan HB X juga menghimbau GSM untuk tidak mudah menyerah terhadap tantangan birokrasi yang akan dihadapi GSM ketika ingin memperluas pengaruh 'sekolah menyenangkan' di sekolah-sekolah lain di Yogyakarta dan Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siswa Satu Sekolah dengan Pelaku Penembakan di Parramatta Ditangkap Polisi