Sumber Energi Listrik Menipis, Menristekdikti: Saatnya Beralih ke Nuklir

Rabu, 01 Mei 2019 – 07:20 WIB
Menristekdikti Mohamad Nasir. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan, sudah saatnya Indonesia mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) dari tenaga nuklir.

Selain lebih murah, Indonesia potensial untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terutama di wilayah Kalimantan Selatan dan Bangka Belitung.

BACA JUGA: Menristekdikti: Pendidikan Vokasi Tertinggal karena Masyarakat Fokus Gelar

"Sumber energi listrik di Indonesia makin menipis. Harus dipikirkan sumber energi baru salah satunya nuklir," kata Menteri Nasir saat membuka Konferensi Informasi Pengawasan (Korinwas) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) di Jakarta, Selasa (30/4).

BACA JUGA: Bangkitkan Bisnis Radio, Erick Thohir Siapkan 4 Gagasan

BACA JUGA: Pemilihan Rektor Selalu Bermasalah, Menristekdikti Perintahkan Lapor Polisi

Dia menyebutkan, Rusia dan Tiongkok sudah menggunakan PLTN. Secara ekonomis, biaya energi nuklir lebih rendah. Energi non-nuklir harganya 7 sen per KWH. Sedangkan energi nuklir 3,5 sen per KWH.

Memang, kata Menteri Nasir, setiap teknologi ada risikonya. Risiko ini bisa diminimalisir dengan melakukan riset di bidang energi khusus nuklir. Saat ini penggunaan nuklir di Indonesia baru sebatas riset dan belum komersial. Ini lantaran masih banyak ketakutan masyarakat akan bahaya energi nuklir.

BACA JUGA: Menteri Nasir Tantang Politeknik Negeri Gabung LTMPT

"Masyarakat ngeri mendengar tenaga nuklir karena belum diedukasi mengenai manfaat dan dampaknya. Contoh di rumah sakit, saat masuk di ruangan untuk rontgen, tidak pernah diberitahu. Hanya ada pengumuman ini berbahaya. Bahayanya apa tidak tahu," terangnya.

Dia menjelaskan tenaga nuklir yang sudah mendapatkan izin dari BAPETEN tidak perlu ditakuti, karena tenaga nuklir di Indonesia banyak memberikan manfaat bagi masyarakat.

Dia mencontohkan di Puspiptek Serpong ada Iradiator Gamma. Suatu alat berbasis nuklir yang digunakan untuk barang konsumsi. "Kalau kita punya makanan, itu tingkat basinya berapa jam? Paling empat jam sampai enam jam sudah basi, tapi ini bisa tahan dua tahun tanpa perlu tambahan bahan kimia. Ini hanya diradiasi saja, dan ini aman. Ini adalah teknologi masa depan. Kalau ini bisa dilakukan di kawasan industri makanan, kita tidak perlu tambahan bahan kimia," paparnya.

Menteri Nasir mengapresiasi BAPETEN yang sudah bekerja sama dengan Polri untuk penegakan hukum terkait pelanggaran dalam penggunaan tenaga nuklir.

Namun Nasir tetap mengutamakan edukasi kepada masyarakat sebelum dilakukan penegakan hukum. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menristekdikti: Politeknik Harus jadi Pabrik Tenaga Kerja Profesional


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler