Sungguh Ironis, Kerja Sama PBNU dan Korporasi Sawit Tak Sesuai Harapan

Senin, 07 Maret 2022 – 18:58 WIB
Kerja sama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan korporasi sawit menuai kekecewaan di kalangan aktivis lingungan dan sosial. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kerja sama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan korporasi sawit menuai kekecewaan di kalangan aktivis lingungan dan sosial.

Kegiatan kerja sama itu dinilai tidak peka terhadap penderitaan rakyat.

BACA JUGA: Minyak Goreng Langka, Ada Kaitan dengan Wacana Perpanjang Masa Jabatan Presiden?

Di tengah kelangkaan minyak goreng, masyarakat rela mengantre hingga berujung ricuh di beberapa tempat.

"Ini ironis karena Indonesia adalah negeri terbesar perkebunan sawit," ungkap Anggota Presidium Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS), Ridwan Darmawan, Senin (7/1).

BACA JUGA: Pak Mendag Minyak Goreng Rp 14 Ribu ke Mana?

Selain itu, Ridwan mengatakan dari isu lingkungan, deforestasi jutaan hektare yang diakibatkan ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit menyebabkan kerusakan lingkungan, banjir, dan menyempitnya ruang hidup masyarakat adat.

"Padahal, perkebunan sawit menempati daftar rentetan kasus konflik agraria selama ini," ujar Ridwan.

BACA JUGA: Waduh! 6 Produsen Minyak Goreng Tutup, Menperin Diminta Bertindak

Dalam hal ini, korporasi sawit turut andil dalam kebakaran hutan, deforestasi hutan tropis jutaan hektare telah menyebabkan kerusakan lingkup yang parah, banjir, kekerasan, dan hilangnya ruang hidup dan penghidupan masyarakat adat, masyarakat pedesaan yang mengandalkan pertanian tradisional.

Ridwan menyebut dari sisi isu pertanian berkelanjutan dan pertanian keluarga, kritik atas ekpansi besar-besaran sistem pertanian monokultur telah merusak sistem ketersediaan pangan bagi warga masyarakat pedesaan.

"Sejak era revolusi hijau orde baru, pencetakan perkebunan sawit yang terus dilakukan hingga kini telah meminggirkan petani dan pertanian tradisional warga masyarakat kita," jelas Ridwan.

Atas fakta tersebut Ridwan menyampaikan bahwa kerja sama PBNU dan korporasi sawit menimbulkan kekecewaan di kalangan nahdiyin dan para aktivis lingkungan serta aktivis sosial di seluruh pelosok negeri.

"Para cendikiawan, aktivis sosial, pengamat kebijakan pangan dan lingkup sudah banyak mengutarakan keterangannya dengan fenomena kelangkaan minyak goreng tersebut," tegas Ridwan.(mcr28/jpnn)


Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Wenti Ayu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler