Sungkup Plastik Jadi Rahasia Tanam Cabai Sepanjang Musim

Sabtu, 19 Mei 2018 – 23:12 WIB
Dirjen Hortikultura Kementan Dr. Suwandi, M.Si turun ke lapangan untuk memastikan teknologi sungkup plastik telah diterapkan oleh kelompok tani mukti di Desa Sukamaju, Rancakalong. Foto: Istimewa

jpnn.com, SUMEDANG - Musim hujan kadang menjadi kendala petani aneka cabai melakukan pertanaman di lapangan, karena risiko kegagalan panen selalu menghantui para pencinta budidaya cabai Indonesia.

Namun, hal ini tidak menjadi masalah lagi karena teknologi sungkup plastik "rain shelter" sudah mulai diterapkan di beberapa sentra utama.

BACA JUGA: Jeruk Angkat Perekonomian Petani Garut

Dirjen Hortikultura Kementan Dr. Suwandi, M.Si langsung turun ke lapangan untuk memastikan teknologi sungkup plastik telah diterapkan oleh kelompok tani mukti di Desa Sukamaju Kecamatan Rancakalong.

Suwandi mengatakan, cabai salah satu komoditas strategis hortikuktura yang digenjot pada era Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

BACA JUGA: Kementan Bersinergi Terapkan Pertanian Hemat Air

"Selama ini produksi cabai musiman, sementara kebutuhan relatif sama sepanjang tahun. Teknologi sungkup merupakan salah satu solusi permanen cabai sehingga bisa ditanam sepanjang tahun, sehingga produksi dan pasokan stabil sepanjang waktu," ujarnya.

Menurut Suwandi, teknologi rain shelter sangatlah sederhana yang berdampak pada hasil luar biasa.

BACA JUGA: Mentan Menjamin Stok dan Harga Pangan Stabil Selama Ramadan

"Di antaranya produksi terjamin dan kegagalan panen bisa diminimalkan. Jadi teknologi sederhana ini, sebagai rahasianya bisa tanam cabai sepanjang waktu. Teknologi ini kiami dorong agar bisa direplikasi ke semua sentra produksi cabai san sayuran di seluruh Indonesia," jelasnya.

Ketua kelompok tani mukti sekaligus champion cabai Kabupaten Sumedang, Aseng menjelaskan bahwa manfaat sungkup plastik yang dirasakan selama ini.

Manfaat sungkup, pertama mengatasi kendala penyakit buah supaya tidak terkena patek, kedua mampu menekan biaya tenaga kerja saat perawatan tanaman di musim hujan, ketiga biaya sanitasi lebih murah dan ekonomis.

Keempat mendukung penerapan budidaya ramah lingkungan, dalam hal ini bisa mengurangi frekuensi penggunaan pestisida di lapangan.

Kelima memastikan keberhasilan panen saat musim hujan, buah tidak rontok, kelembaban terjaga, pupuk di lahan tdk mudah hilang akibat hujan.

Keenam budidaya akan menjadi lebih ekonomis dan efisien, mengurangi biaya produksi, ketujuh mudah diterapkan dan sangat efisien.

"Kedelapan hasil produksi dengan sungkup jauh lebih tinggi dari pada tanpa sungkup. Produksi relatif stabil antar musim dan kesembilan saat off season harga jualnya lebih bagus," katanya.

Aseng menambahkan bahwa biaya produksi dengan sungkup dengan bambu, mulsa plastik total sebesar Rp 30 juta perhektare tidak jauh berbeda dengan tanam tanpa sungkup, sedangkan dengan sungkup menggunakan bahan utama besi lingkaran, awet hingga 20 tahun, biayanya dapat mencapai Rp 90 juta perhektare.

"Ya untung bersih bisa lebih Rp 50 juta permusim. Alhamdulillah kemarin saya berangkat umrah plus dari rejeki cabai" pungkasnya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2018, Indonesia Akan Ekspor Jagung Komposit 500 Ribu Ton


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler