'Supir Bus Titip Mayat Eko sama Saya'

Rabu, 06 Januari 2016 – 00:19 WIB
Para pelaku penyerangan terhadap suporter Aremania diamankan di Polres Sragen, sesaat setelah kejadian. Foto: dok. Radar Solo/JPG

jpnn.com - TRAGEDI penyerangan suporter Bonek terhadap Aremania di Sragen,19 Desember 2015, bisa dibilang sungguh sadis.  Bagaimana kekejaman dan kebengisan bonek terhadap Aremania? Berikut penelusuran Hary Santoso, wartawan Malang Post (Jawa Pos Group) di Sragen, Jawa Tengah.

Wajah Marjoko, Satpam SPBU Nomor 44-57218 Jatisomo, Kecamatan Sambungmacan, Sragen Timur, tampak tegang saat hendak menceritakan tragedi Sabtu, 19 Desember 2015, sekitar pukul 04.30 WIB.

BACA JUGA: Ketika Sampah Membanjiri Kota Mataram

Seolah, Marjoko tidak ingin lagi mengingat-ingat kejadian itu. Kejadian yang kali pertama dilihatnya sepanjang hidupnya. Lebih menyakitkan lagi bagi Marjoko karena dia tidak bisa berbuat apa-apa. Marjoko tidak kuasa hendak memberi pertolongan 34 Aremania yang dihajar sekitar 500 bonek di SPBU yang dijaganya.

‘’Tak akoni bonek gak duwe moral blas (Saya akui bonek tidak bermoral sama sekali),’’ ucap Marjoko sembari membayangkan bagaimana Aremania dihajar habis-habisan oleh bonek, Sabtu pagi itu.

BACA JUGA: Mantan Napi, Sempat Dikabarkan Meninggal, Kini jadi Bupati Lagi

Pagi itu sekitar pukul 03.30 WIB, bus wisata bernopol BG 7935 RF sengaja menghentikan lajunya di pelataran luas sisi timur SPBU Jatisomo. Selain untuk istirahat, satu persatu penumpangnya terdiri 32 Aremania, 1 sopir dan 1 kenek berhamburan hendak menjalankan sholat subuh.

Sekitar 300 meter dari posisi bus parkir terdapat mushola, kantin dan toilet.  Sebanyak 34 penumpang bus ukuran ¾ ini terdiri 32 Aremania, 1 sopir dan 1 kenek keluar menuju lokasi mushola, kantin dan toilet.

BACA JUGA: Mengharukan tapi Lucu: Cari Sinyal Harus Naik Perahu 3 Jam dan Memanjat Waru

‘’Setahuku mereka memang hendak sholat subuh. Karena sudah dekat waktu subuh,’’ ujar Marjoko.

Tidak lama setelah bus berhenti, sebanyak 7 kendaraan berbagai jenis (tronton, trailer dan truk) berhenti di sisi barat SPBU. Tanpa diduga penumpang di atas 7 kendaraan itu adalah bonek. Seperti sudah dikomando sekitar 500 bonek langsung berlarian menuju posisi bus.

‘’Kenapa mereka berhenti, saya juga tidak tahu pasti. Tapi, ada yang menyebutkan, bonek melihat atribut Aremania dalam bus. Entah benar atau tidak, kenyataannya mereka berhenti. Dan langsung mendatangi posisi bus,’’ ujar Marjoko.

Sesampainya di bus, mereka berhamburan melakukan aksi sweeping (penggeledahan). Satu demi satu orang di SPBU, tidak hanya Aremania, di-sweeping. Saat itu, situasi di SPBU sedang ramai. Banyak bus-bus pariwisata berhenti sebelum melanjutkan perjalanannya masing-masing.

Aksi ini membuahkan hasil. Bonek mendapatkan salah satu KTP Aremania. Di sinilah situasi menjadi menegangkan. Mereka yang dekat dengan bus langsung menghancurkan badan bus. Dengan alat apa saja yang ditemukan. Termasuk dua papan pengumuman milik SPBU dari bahan besi dijadikan alat menghancurkan bus.

Sedang bonek lainnya, ada yang mengejar-ngejar Aremania yang berusaha menyelamatkan diri dari keberingasan bonek. Sedang Aremania yang sudah terjebak dan tidak mungkin melarikan diri tak pelak menjadi bulan-bulanan bonek. Termasuk diantaranya adalah Eko Prasetyo, 30, warga Sebaluh, Pujon.

Melihat situasi cukup menegangkan, Marjoko dan tiga rekannya yang sedang tugas malam itu, memilih menyelamatkan diri. Sebelum lari dan sembunyi di kantornya, Marjoko menyuruh Supriyadi mengambil uang hasil penjualan hari itu.

‘’Wedhi mas (takut mas). Daripada jadi sasaran uang langsung saya amankan. Mesin pompa (nosel) langsung saya matikan dari dalam. Kalau tidak dimatikan saya kuatir noselnya dijadikan mainan. Bisa-bisa bensinya bisa membakar semua yang ada di sini (SPBU),’’ papar Supriyadi dengan suara pelan.

Tidak hanya Marjoko dan tiga rekannya. Seluruh awak bus pariwisata dan ratusan penumpangnya, kendaraan pribadi di pelataran SPBU langsung lari dari Tempat Kejadian Perkara (TKP).

‘’Mereka juga tahu dan mendengar Aremania berlarian minta tolong. Tapi, karena jumlah bonek begitu banyak, tidak ada yang berani. Mereka memilih menyelamatkan diri ketimbang ikut jadi korban keberingasan bonek,’’ paparnya.

Tragedi pengeroyokan bonek terhadap Aremania, tidak berlangsung lama. Marjoko memperkirakan hanya sekitar 15-20 menit saja. Begitu melihat bonek sudah melarikan diri ke arah barat (Sragen),  Marjoko keluar dari persembunyiannya.  Marjoko langsung mengubungi kepolisian terdekat.

BACA: Biadab! Mengapa Ini Harus Terjadi? Sama-sama Suporter dari Jawa Timur

‘’Malah, waktu itu, sopirnya bus titip mayatnya Eko sama saya. Dan saya lihat, memang ada jasad Eko tergelatak di sisi kiri bus. Saya langsung bawa dingklik ini, saya gunakan untuk mengamankan jasadnya jangan sampai terinjak orang,’’ ujar Marjono menunjukkan dingklik dimaksud. (**/bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Kabar Baik bagi Penderita Gagal Ginjal dan Kanker


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler