jpnn.com - Kerusuhan antar suporter saat laga Persegres Gresik kontra PS TNI, Minggu (23/5) memperpanjang catatan kelam dunia persepakbolaan di Tanah Air. Insiden ini mengakibatkan puluhan orang terluka.
Parahnya, korban luka ternyata ada dari kalangan ibu-ibu, perempuan muda, dan anak-anak. Karena itu, pihak Ultras pun berusaha untuk mencari keadilan dan menuntut sampai ada pertanggung jawaban.
BACA JUGA: Reformasi PSSI Belum Selesai
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi begitu kecewa dengan insiden tersebut. Kekecewaan Imam terlihat saat dia memberikan peringatan keras kepada operator kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC A), PT Gelora Trisula Semesta (GTS).
Baginya, perlu ada tindakan tegas dan khusus dari operator. Jangan lambat mengusut kejadian tersebut. Berikut ini, petikan wawancara wartawan JPNN Muhammad Amjad dengan Menpora Imam Nahrawi.
BACA JUGA: Solusinya, Geser Pusat Pemerintahan
Kericuhan antar suporter tim sepak bola sudah sering terjadi. Insiden terakhir adalah saat laga PS TNI kontra Persegres. Apa sikap pemerintah terhadap insiden tersebut?
Tentu saja, saya sangat menyesal kejadian seperti itu terjadi. Saya sakit melihatnya. Karena ada hal yang menjadi kewajiban penyelenggara, ternyata tak dijalankan.
BACA JUGA: Aneh, Ahok Bikin PDIP Sulit
Kewajiban apa itu?
Ya, soal kontrol keamanan yang telah memudar.
Ini jadi impact-nya?
Ya. Kejadian ini menghilangkan jaminan kenyamanan suporter. Tanpa keamanan, suporter tidak merasakan kenyamanan. Apa yang terjadi menunjukkan bahwa pengelola yang dipercaya ini, tak menjalankan tata kelola reformasi seperti yang telah ditunjukkan selama ini.
Apa yang akan dilakukan kepada pengelola kompetisi dengan kondisi ini?
Saya berikan warning terakhir ke operator. Akan ada tindakan untuk mereka nantinya. Harus ada tindakan yang nyata dengan kejadian ini. Mereka harus kerja sama dengan aparat hukum, Jangan tunggu laporan Panpel.
Jadi harus proaktif?
Ya. Kalau tidak, nanti ada pembiaran. Kenapa harus kerja sama dengan aparat hukum? Agar nanti (pelaku kerusuhan, red) pelakunya bisa cepat ditindak.
Apa langkah selanjutnya pak?
Ini butuh regulasi dan komitmen ke regulasi yang telah dibuat mengenai kondisi ini. Bagaimana antisipasinya. Saya ingin lihat bagaimana regulasinya. Jadi nanti akan ada tindakan tegas kepada klub sesuai dengan regulasi yang tegas.
Kalau menurut Anda apa yang harus ditulis tegas di regulasi terkait ketidakmampuan klub mengendalikan suporternya atau sanksi bagi klub yang suporternya bikin ricuh?
Itu harus diterapkan secara tegas, mulai dari sanksi pengurangan poin yang tidak sekadar satu-dua poin, tapi jelas, kemudian ditambah dengan denda uang sampai yang terparah adalah dikeluarkan dari liga atau turnamen.
Apakah ini bisa menyadarkan suporter dan klub?
Dengan ketegasan itu, klub punya rasa memiliki kepada liga. Kemudian suporter juga punya rasa memiliki kepada klubnya. Untuk yang bersalah harus ditindak secara hukum, kalau tidak ada pencoretan, itu berarti tidak ada perubahan.
Apakah akan memanggil langsung operator?
Ini baru pengamatan, SMS, telepon, sudah kepada operator. Jawaban merek, pasti ini di luar kontrol dan sebagainya. Padahal, kejadian ini seharusnya bisa dicegah. Kejadian ini karena antisipasi tak memadai.
Apakah ada kemungkinan klub-klub dicoret kalau kembali terjadi insiden seperti ini?
Penonton itu datang ke stadion harus dengan perasaan aman dan nyaman. Kalau tidak ada jaminan, kemudian korban terus berjatuhan. kenapa diteruskan (keikutsertaan klub dalam turnamen tersebut?).(dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Setoran Rp 1 M Tetap Lanjut
Redaktur : Tim Redaksi