Surabaya Bakal Punya Shelter Khusus Perempuan Korban Kekerasan, Bisa Lapor 24 Jam

Minggu, 30 Juni 2024 – 17:17 WIB
Pemerintah Kota Surabaya tengah menyiapkan tempat khusus atau shelter yang diperuntukan bagi perempuan korban kekerasan. Foto: Diskominfo Surabaya

jpnn.com, SURABAYA - Pemerintah Kota Surabaya tengah menyiapkan tempat khusus atau shelter yang diperuntukan bagi perempuan korban kekerasan.

Tempat yang berada di kawasan Semolowaru Surabaya itu rencananya bisa menampung 5-7 korban dan beroperasi selama 24 jam.

BACA JUGA: Upaya KPAD Menekan Angka Kekerasan Terhadap Anak di Bekasi

Kepala Dinas Pemberdayaan, Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Ida Widayanti mengatakan di tempat tersebut, para korban maupun saksi bisa melapor kapan pun, agar penanganan cepat dilakukan.

Namun, saat ini shelter tersebut belum dibuka lantaran masih dalam tahap penyempurnaan. Rencananya akan diresmikan dalam waktu dekat.

BACA JUGA: Kasus Kematian Afif Maulana: Kalimat Benny Mamoto Seusai di Jembatan Kuranji

"Tempatnya di Semolowaru kapasitas 5-7 orang, di sana ada pendampingan dari konselor dan dilengkapi petugas keamanan," kata Ida, Minggu (30/6).

Dia menjelaskan dengan adanya shelter ini diharapkan setiap perempuan korban kekerasan mendapatkan pelayanan rehabilitasi dari sisi psikologi, selain pengobatan pada luka fisik yang didapatkan.

BACA JUGA: Kematian Afif Maulana, Reza Indragiri Ingatkan Kapolda Sumbar Hati-Hati

“Tempat perlindungan ini sebagai wujud perlindungan kepada perempuan yang menjadi korban kekerasan, kami fasilitasi untuk rehabilitasi psikologi," ujarnya.

Ida mengungkapkan berdasarkan DP3APPKB Surabaya di tahun 2023, kasus kekerasan pada perempuan mencapai 82 laporan. Tertinggi kasus KDRT yang mencapai 63 laporan.

“KDRT meliputi kategori fisik 28 laporan, penelantaran ekonomi 13 laporan, psikis 21 laporan, dan seksual 1 laporan,” jelasnya.

Sedangkan di periode yang sama kekerasan non-KDRT tercatat 19 laporan, terdiri dari fisik 9 laporan, penelantaran ekonomi 1 laporan, psikis 3 laporan, dan seksual 6 laporan.

Kemudian berdasarkan catatan DP3APPKB Surabaya pada periode Januari-Mei 2024 angka kasus kekerasan KDRT dan non-KDRT mencapai 30 laporan. 

Rinciannya, KDRT kategori fisik 8 laporan, kekerasan berbasis gender online (KBGO) 1 laporan, penelantaran ekonomi 3 laporan, dan psikis 10 laporan.

Sedangkan non-KDRT kategori fisik 2 laporan, KBGO 1 laporan, psikis 3 laporan, dan seksual 2 laporan.

Ida menyebut bahwa operasional rumah aman bagi perempuan bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

"Makanya korban kami taruh di sini, kami kuatkan semuanya supaya bisa pulih," ujarnya.

Ida menyatakan langkah pencegahan munculnya kasus kekerasan pada perempuan terus digencarkan hingga ke tingkat RT/RW.

"Satgas di kecamatan kami punya 10 orang dan di setiap kelurahan ada 4 satgas perlindungan perempuan serta anak," kata dia.

Tak hanya itu, DP3APPKB juga memperkuat pemahaman masyarakat soal potensi munculnya kekerasan pada perempuan.

"Bagaimana kampung itu melakukan pemenuhan hak kepada perempuan dan anak secara otomatis, misalnya ada kejadian kekerasan masyarakat langsung sigap dan peduli," tandas Ida. (mcr23/jpnn)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Ardini Pramitha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler