jpnn.com, JAKARTA - Diskriminasi terhadap vitiligan atau sebutan kepada seseorang yang memiliki kelainan kulit vitiligo masih kerap ditemukan di masyarakat.
Vitiligan kerap mendapat perundungan, penolakan secara sosial, bahkan susah mendapatkan pekerjaan dan dikucilkan serta efek psikologis seperti mengalami trauma juga kerap mereka hadapi. Tak jarang bagi vitiligan ada yang ingin mengakhiri hidupnya.
BACA JUGA: Pentingnya Dukungan Bagi Komunitas Vitiligo
Selflove Movement sebuah program CSR yang diinisiasi Regenesis Indonesia melakukan aktivitas kebersamaan bersama para sekelompok sahabat vitiligan yang berasal dari daerah Jabodetabek dengan tema "Small Movement for Big Movement".
"Ini menjadi aktivitas pertama kalinya dilaksanakan setelah tiga tahun belakangan melaunching program ini," kata Founder dan Direktur PT Regenesis Indonesia Ron Pirolo.
BACA JUGA: Hari Kesehatan Mental Sedunia, Ahli Berbagi Kunci Sehat Rohani
Regenesis Indonesia Perusahaan Distributor Aesthetic yang sudah beroperasi selama lebih dari sepuluh tahun meramaikan market Aesthetic di Indonesia bahkan juga tergolong tiga besar di kelasnya.
Ron Pirolo mengemukakan bahwa kegiatan kali ini menjadi berbeda, karena tahun tahun lalu kita hanya melakukan donasi dengan diwakili oleh beberapa Dept Kulit di beberapa rumah sakit pemerintah.
BACA JUGA: Kronologi Preman Mati di Tangan Sopir Truk, Seorang Pelaku Terbirit-birit
Maka untuk pertama kalinya setelah pandemi secara langsung Regenesis bertatap muka langsung dan bersinergi bersama dalam Hari Peringatan Vitiligo Sedunia ini, yaitu tepat pada 25 Juni 2023.
Corporate Brand Manager Regenesis Gita Yohanna Thomdean mengatakan bahwa kini Regenesis Indonesia telah menjangkau hampir 2.100 penderita vitiligan yang tergabung dalam instagram Selflove Movement dan FaceBook Vitiligo Regenesis.
Kegiatan yang dilaksanakan di salah satu tempat umum di daerah Jakarta Selatan selain memberikan donasi produk Vitiligo dari Isispharama yang telah exist di Dunia lebih dari 100 tahun bernama Vitiskin kepada para Vitiligan ( Sahabat Selflove ) juga menggerakkan para sahabat selflove / vitiligan bersama dengan team Regenesis untuk berbagi Surat cinta kepada masyarakat umum.
"Surat cinta ini berisi tentang edukasi apa itu vitiligo dan menekankan bahwa vitiligo bukanlah penyakit menular ataupun penyakit kutukan seperti yang beredar luas. Dengan menyebarkan surat cinta ini harapannya masyarakat luas dapat menjadi support sistem yang baik sehingga tidak ada lagi diskriminasi bagi para vitiligan. Di sela aktivitas Regenesis juga mengajak para vitiligan membuat neurographic art salah satu tools yang dapat membantu untuk self healing," ujar Gita Thomdean.
Sanchia seorang vitiligan yang baru terkena satu tahun yang lalu mengemukakan bahwa surat cinta yang tahap awal ini baru dilakukan di Jakarta Selatan ini harapannya nantinya akan dapat berdampak besar.
Liana vitiligan yang sekaligus juga seorang MUA mengemukakan dengan antusias bahwa acara Selflove Movement kali ini sangat memberikan penyemangat karena sebagai bentuk perhatian kepada para vitiligan.
Kegiatan bersama Selflove Regenesis juga dirasa sangat istimewa oleh seorang Bunda Honey yang telah bersahabat dengan vitiligo selama 2001.
Bunda mengatakan bahwa undangan dalam kegiatan ini menjadi berbeda dengan aktivitas menyebarkan surat cinta yang mengedukasi masyarakat luas. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemendikbudristek Serius Menuntaskan P1 ke PPPK, Ketum Guru Lulus PG Tunjukkan Buktinya
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti