Survei PSI, Elektabilitas Muhtarom-Makmur Ungguli Petahana di Pilwakot Pekalongan

Rabu, 07 Agustus 2024 – 10:03 WIB
Panel Survei Indonesia (PSI) merilis hasil survei elektabilitas dua pasangan calon di Pilwakot Pekalongan 2024. Ilustrasi Pilkada 2024. Foto: dok.JPNN.com. Ilustrasi Pilkada. Grafis: Sultan Amanda Syahidatullah

jpnn.com, PEKALONGAN - Panel Survei Indonesia (PSI) melakukan survei tentang preferensi masyarakat Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Survei mengukur tingkat popularitas dan elektabilitas terhadap dua bakal pasangan calon di Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwakot) Pekalongan 2024.

BACA JUGA: Pendaftaran Balon Wali Kota Pekalongan Sudah Dibuka

Kedua pasangan calon tersebut, yaitu Afzan Arslan Djunaid-Balgis Diab dan pasangan H Muhtarom-Makmur Sofyan Mustofa.

Survei PSI ini dilaksanakan pada 28 Juli hingga 4 Agustus 2024 menggunakan teknik multistage random sampling terhadap 1500 orang responden tersebar di 4 kecamatan dan 27 kelurahan dengan margin of error kurang lebih 2,52 persen.

BACA JUGA: Nelayan Tambaklorok Deklarasi Dukung Dico Ganinduto Maju Pilwakot Semarang 2024

"Para responden merupakan penduduk Kota Pekalongan dengan usia di atas 17 tahun atau yang telah menikah. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara tatap muka menggunakan kuisioner," kata Direktur Eksekutive PSI Mahendra Zaeni dalam keterangannya dikutip, Rabu (7/8).

Mahendra menyatakan kendali kualitas dilakukan secara acak terhadap 20 persen dari total sampel oleh supervisor.

BACA JUGA: Dapat Rekomendasi dari PKB, Yoyok Sukawi Makin Mantap Maju Pilwakot Semarang

Dalam survei ini ditemukan 63,2 persen responden menyatakan tidak puas dengan kinerja Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan.

Sementara itu, 33,7 persen menyatakan puas dan yang tidak memberikan jawaban sebanyak 3,1 persen.

Masalah yang membuat tingkat kepuasan masyarakat rendah terhadap Pemkot Pekalongan, antara lain sebanyak 78,6 persen responden menyatakan buruknya penanganan masalah sampah dan limbah di daerah perkotaan.

Masalah sampah yang selama ini menjadi momok bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat Kota Pekalongan.

"Kemudian, sebanyak 65,6 persen responden menyatakan Pemerintah Kota Pekalongan gagal mengatasi banjir akibat rob," beber Mahendra.

Mahendra mengungkapkan hasil survei menunjukan masyarakat Kota Pekalongan yang diwakili responden yang tahu akan adanya Pilwakot 2024 mencapai 80,8 persen, dan yang tidak tahu akan adanya pemilihan wali kota sebanyak 19,2 persen responden.

Sebanyak 87,3 persen responden akan memberikan suaranya pemilihan wali kota & wakil wali kota di Pekalongan, 8,5 persen responden tidak akan memberikan suara dalam Pilkada 2024 ini, dan 4,2 persen belum tahu.

Tingkat popularitas dan akseptabilitas bakal calon wali kota dan wakil wali kota diuji dengan memberikan beberapa nama kandidat menanyakan seberapa dikenal dan diterima nama kandidat di masyarakat.

Hasilnya tingkat pengenalan masyarakat terhadap bakal calon wali kota Afzan Arslan Djunaid dikenal hingga mencapai angka 78,1 persen, dan memiliki tingkat penerimaan sebesar 60,3 persen.

Sementara itu nama H. Muhtarom dikenal hingga mencapai angka 73,5 persen memiliki tingkat penerimaan sebesar 68,8 persen.

Untuk bakal calon wakil wali kota, nama Makmur Sofyan Mustopa dikenal hingga mencapai angka 65,1 persen dengan tingkat penerimaan sebesar 63,9 persen.

"Balgis Diab memiliki tingkat pengenalan hingga mencapai angka 60,7 persen. Namun, tingkat penerimaannya hanya sebesar 48,9 persen," sebut Mahendra.

PSI juga memberikan pertanyaan terbuka kepada responden (top of mind) jika Pilkada Pekalongan dilaksanakan hari ini, siapa pasangan calon yang akan dipilih.

Hasil survei menunjukan pasangan H. Muhtarom-Makmur Sofyan Mustopa dipilih secara top of mind sebanyak 37,4 persen.

Sedangkan pasangan Afzan Arslan Djunaid-Balgis Diab dipilih secara top of mind sebanyak sebanyak 30,8 persen, dan tidak memberikan pilihan sebanyak 31,8 persen responden.

PSI juga melakukan simulasi head to head antara Afzan Arslan Djunaid dan Balgis Diab dengan H Muhtarom dengan Makmur Sofyan Mustofa menggunakan pertanyaan tertutup kepada responden.

Perihal ini, hasil survei menunjukan pasangan H Muhtarom-Makmur Sofyan Mustofa dipilih sebanyak 48,2 persen, kemudian pasangan Afzan Arslan Djunaid dan Balgis Diab 39,2 persen, dan yang tidak memilih 12,6 persen.

Ketika hasil dari simulasi di atas lebih diperdalam oleh PSI dengan memberikan pertanyaan kepada responden pemilih terbanyak terkait dengan alasan dari masyarakat yang menginginkan adanya pemimpin yang baru di Kota Pekalongan.

Hasilnya, 53,5 persen responden meragukan pemimpin yang lama dapat menangani rob yang mengganggu aktivitas masyarakat.

Kemudian, 23,1 persen responden meragukan pemimpin yang lama dapat mengangani pencemaran alam yang terjadi, 16,5 persen meragukan adanya perubahan yang cukup signifikan dalam infrastruktur, dan 6,9 persen karena alasan lain.

Keseluruhan responden mengaku hampir setiap tahun mengeluarkan uang untuk perbaikan rumah agar rob tidak masuk ke dalam rumah, kemudian penurunan harga tanah dan properti sulit untuk dijual.

Perajin batik di Pekalongan juga mengeluhkan rob menghambat pekerjaannya.
Aktivitas sehari-harinya terganggu, bahkan terkadang pengrajin batik tidak dapat mengantarkan produksi batiknya karena jalan terendam dan oleh karena itu sebanyak 89,4 persen.

"Warga Pekalongan berharap dalam Pilkada terpilih mampu membangun peninggian tanggul untuk mengatasi masalah ini sehingga kegiatan ekonomi, terutama bagi para pengrajin batik, dapat berjalan lancar tanpa terkendala banjir rob," ujarnya.

Sementara itu, Pengamat Politik Nahdlatul Ulama Rikal Dikri menanggapi hasil survei PSI ini.

Dia mengatakan para kepala daerah tingkat kabupaten dan kotamadya yang selama ini tidak berprestasi memiliki kans besar dikalahkan oleh lawannya.

Karena itu, hal ini bisa terjadi pada petahana Wali Kota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid.

Apalagi, kata Rikal, ada empat masalah besar yang menurut warga Kota Pekalongan mendesak, namun tidak bisa diselesaikan oleh petahana dari temuan survei ini.

"Harga kebutuhan pokok mahal menjadi masalah mendesak terbesar menurut 64,2 persen warga. Kemudian masalah sulit mencari lapangan pekerjaan 61,7 persen, masalah penanganan banjir rob 86,1 persen, dan sampah 74,9 persen," bebernya. (mar1/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler