Survei: Warga Yakin BBM Naik Lagi

Senin, 30 Juni 2008 – 10:53 WIB
PEMERINTAH mungkin bisa membantah pernah berjanji untuk tidak lagi menaikkan harga BBM setelah dua kenaikan sebelumnya, yaitu Maret 2005 sebesar 30 persen dan Oktober 2005 sebesar 120 persenNamun, perlu dicatat, masyarakat, ternyata, punya persepsi berbeda.
 Berdasar survei Indo Barometer, 39,3 persen responden justru berpendapat bahwa Presiden SBY pernah menyampaikan janji itu

BACA JUGA: Revisi Perpres Lapindo Tak Sentuh Substansi

Hanya 15,3 persen yang berpendapat sebaliknya
’’Ketika bertanya, kami sama sekali tidak menyebut nama Wiranto,’’ kata Muhammad Qodari, lantas tersenyum.
 Persoalan ’’janji SBY’’ itu memang menjadi polemik panas

BACA JUGA: Calon KSAL Tak Harus Bintang Tiga

Sebagaimana telah diberitakan, menjelang kenaikan harga BBM, muncul iklan kontroversial milik Wiranto
Semoga SBY Tepati Janji Tak Menaikkan Harga BBM, demikian bunyi iklan tersebut.
 Spontan saja, iklan yang menyudutkan SBY itu mendapatkan perlawanan dari kubu SBY

BACA JUGA: KPK Kembalikan Tujuh Aset PT KAI

Mensesneg Hatta Radjasa dan Juru Bicara Presiden, Andi Mallarangeng, angkat bicara mengklarifikasiMenurut mereka, SBY tidak pernah berjanji seperti itu.
 Meski begitu, Wiranto ngototMenurut mantan capres Golkar 2004 itu, pernyataan Presiden SBY untuk tidak menaikkan harga BBM dikutip dari situs resmi pemerintah, yaitu www.presidensby.info atau www.presidenri.go.id.
 Proses download artikel yang berjudul Pemerintah Tidak Akan Menaikkan Harga BBM itu, ungkap dia, dilakukan pada 21 Mei 2008Hanya berselang dua hari kemudian, kata Wiranto, judul artikel yang sama, ternyata, sudah diganti menjadi Melonjaknya Harga Minyak Dunia, Pemerintah Terus Mencari Solusi Terbaik’’.
 ’’Bahkan, masyarakat ternyata meyakini BBM masih akan naik lagi untuk kali keempat,’’ ujar QodariDia lantas menyebut, 48,7 persen responden meyakini pemerintah masih akan menaikkan harga BBM dalam setahun ke depanSementara itu, yang menyatakan tidak akan naik 14,3 persen’’Bisa jadi, data ini menggambarkan pesimisme masyarakat,’’ imbuhnya.
 Sebab, kenaikan BBM pada 24 Mei lalu, ungkap Qodari, sebenarnya mendapatkan penolakan yang cukup masif’’Publik yang mendukung penuh kenaikan harga BBM hanya 8,1 persen,’’ jelasnya.
 Lebih dari itu, lanjut dia, mayoritas publik tidak setuju dengan beraneka alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBMAlasan mencegah penyelundupan BBM ke luar negeri (yang tidak setuju 59,6 persen), naiknya harga minyak dunia (yang tidak setuju 55,5 persen), mengurangi subsidi (yang tidak setuju 56,1 persen), masyarakat jangan boros BBM (65,1 persen), dan membantu masyarakat miskin (yang tidak setuju 46,9 persen)’’Kelihatannya, pemerintah gagal melakukan sosialisasi,’’ ujar Qodari.
 Lantas, bagaimana program bantuan langsung tunai (BLT) sebagai kompensasi langsung kenaikan harga BBM? ’’Yang setuju memang mayoritas, yakni 58,6 persenNamun, yang tidak setuju juga cukup banyak, mencapai 38,1 persen,’’ lanjut Qodari.
 Alasan paling dominan responden yang setuju dengan BLT (51,6 persen) menganggapnya sebagai kewajiban pemerintah membantu warga miskinMeski begitu, 62,1 persen responden menyadari bahwa BLT sama sekali tidak bisa menutupi meningkatnya kebutuhan penerima akibat kenaikan harga. (pri/roy)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lima Pesawat Antar Jenazah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler