Susi Pudjiastuti, Dulu Bakul Ikan pakai Sepeda Onthel

Selasa, 28 Oktober 2014 – 10:27 WIB
Susi Pudjiastuti. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - PANGANDARAN - Sejumlah karangan bunga ucapan selamat mulai memenuhi kediaman Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan, di Jalan Merdeka Nomor 312 Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran kemarin(27/10).

Namun demikian, rumah bos Susi Air itu tampak sepi dari aktivitas keluarga. Hanya sejumlah karyawan yang sibuk bekerja seperti biasanya.

BACA JUGA: Politisi PPP Sebut Jokowi Cueki UU Kesehatan Jiwa

"Keluarga ibu memang tidak di sini, putra putrinya masih di luar negeri jadi rumah masih sepi, hanya karyawan saja," tutur Kaslin, salah seorang satpam.

Dikatakannya, belum ada informasi terkait kepulangan atasannya itu ke Pangandaran. Sementara itu, putra pertama Susi, Panji Hilmansyah saat dihubungi Radar mengatakan berencana pulang ke Indonesia secepatnya.

BACA JUGA: Bu Susi Tambah Seksi ketika...

"Saya masih di USA (United State America, red) rencananya besok (hari ini) baru berangkat ke Indonesia," ungkapnya.

Pria yang akrab disapa Hilman ini berencana menggelar syukuran di rumahnya di Pangandaran.

BACA JUGA: Jadi Irup Sumpah Pemuda, MenPAN-RB Ingatkan Kerja, Kerja, Kerja

"Sekarang di rumah memang belum ada persiapan, nunggu dulu saya pulang. Insya Allah kita akan mengadakan syukuran akhir pekan ini," tuturnya.

Hilman bersyukur ibunya masuk dalam jajaran Kabinet Kerja Jokowi-JK. "Alhamdulillah terima kasih buat semua teman, sahabat dan keluarga atas dukungannya," kata dia.

Dia pun mengakui banyak pro dan kontra di masyarakat menyikapi pengangkatan ibunya menjadi menteri.

"Ya memang ada juga yang tidak suka. Biarkan saja semua orang punya hak bicara. Yang terpenting keluarga saya tidak menyusahkan orang lain. Semoga dimaafkan saja," ungkapnya.

Kebanggaan juga disampaikan orang-orang terdekatnya, Susi. Rustam Effendi (61), salah seorang pekerjanya mengaku ikut gembira dengan pengangkatan atasannya itu menjadi menteri.

"Awalnya saya juga nggak nyangka ibu bisa jadi menteri. (Sekarang) seneng sekali saya," ungkapnya saat ditemui Radar Tasikmalaya (Grup JPNN) di sela-sela aktivitasnya melakukan pengawasan di pabrik pengepakan udang milik Susi.

Rustam mengenal Susi sejak tahun 1986. Saat itu, kehidupan Susi belum seperti saat ini.

"Dulu saya rekan bisnis, kebetulan saya ditugaskan perusahaan saya mencari udang ke Pangandaran, karena saya tidak bisa beli di TPI (Tempat Pelelangan Ikan, red) saya akhirnya beli di bakul, ketemu lah sama bu Susi," ungkapnya.

Dikatakannya, saat itu Susi hanya seorang bakul ikan biasa yang masih menggunakan sepeda ontel untuk bekerja.

"Tempat penyimpanan ikannya juga masih nyewa, kemana-mana naik ontel, (setelah berkembang) dia ngangkut udang pakai mobil pikap yang sudah jelek," tuturnya.

Sekitar satu tahun, ia bekerja sama dengan Susi untuk memasok udang ke Jakarta. Kemudian, perusahaan eksportir tempatnya bekerja memintanya untuk beralih tugas ke tempat lain.

"Setelah itu saya berpisah sama bu Susi, baru setelah 18 tahun kemudian saya bertemu lagi, saat itu setelah gempa dan Tsunami di Nias tahun 2005," ujarnya.

Rustam kemudian diajak bergabung di perusahaan milik Susi. "Saya waktu itu juga kaget, ketemu sama Bu Susi kok udah punya pesawat, padahal dulu cuma bakul ikan kecil. Saya kemudian diajak kerja di tempat bu Susi sampai sekarang," ungkapnya.

Dikatakannya, udang jenis Pink atau Dogol asal Pangandaran merupakan udang kualitas paling baik di Indonesia.

"Itulah yang membuat udang yang dikirim Bu Susi paling banyak dicari. Bahkan sampai ke luar negeri, kita mengirimkan sampai ke Jepang," kata dia.

Namun demikian, harga komoditas ikan dan hasil laut tidak selamanya baik. Hal ini membuat Susi saat ini lebih fokus untuk mengembangkan bisnis pesawat carteran.

"Kita terakhir ekspor udang sekitar tahun 2007. Setelah itu paling kita kirim sampai ke Jakarta karena harganya yang tidak stabil," ungkapnya.

Ade Wario (60), pegawai PT Susi Pudjiastuti lannya juga menjadi salah seorang saksi sejarah perjuangan hidup pemilik lebih dari 45 pesawat terbang beragam jenis itu.

Warga Dusun Karangsalam Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran ini merupakan pegawai terlama yang mendampingi Susi sejak merintis usaha menjadi bakul ikan.

"Saya dulu supir yang suka ngangkut ikan, kemana-mana saya yang nganter," ungkapnya.

Dikatakannya, Susi merupakan sosok pekerja keras yang tak kenal lelah. "Walaupun Ibu itu bos tapi dia selalu turun tangan, bahkan ngangkut ikan juga ikut, pokoknya nggak ada yang namanya gengsi," ujarnya.

Ia juga mengagumi fisiknya yang kuat dan tak kenal lelah untuk bekerja. "Fisiknya sangat luar biasa, kuat banget kemana-mana bekerja tapi tetap bugar," kata dia.

Ade mengatakan bisnis usaha hasil laut yang dijalani Susi tidak selamanya baik. Ketidakpastian harga pasar membuat usaha ekspor hasil laut sempat terus merosot. Namun, penerima penghargaa Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia itu berhasil kembali bangkit.

Bahkan ibu tiga anak tersebut berhasil mengembangkan usahanya di bisnis carter pesawat. "Dulu ibu susah payah beli pesawat awalnya karena ingin membantu proses pengiriman hasil laut ini lebih cepat. Tapi sekarang alhamdulillah jadi usaha baru," ungkapnya.

Dikatakannya, jiwa sosial Susi saat membantu korban Tsunami Aceh dan Nias ternyata membawa hikmah.

"Dari awalnya sosial mengirimkan pesawat untuk ngasih bantuan, akhirnya membuka peluang bisnis buat ibu, karena saat itu ternyata banyak yang ingin sewa pesawat, akhirnya kepikiran sama ibu dan jadi bisnis baru," tuturnya.

Padahal, kata dia, saat itu usaha ekspor hasil laut yang dijalani Susi dalam kondisi tidak stabil.

"Mungkin berkah buat ibu, beliau juga pernah bilang usaha ikan ternyata makin sulit tapi ada harapan di bisnis pesawat. Ibu pernah bilang ke saya untuk tetap ikut kerja, walapun nggak kerja katanya ibu masih bisa memberi saya gaji," ungkapnya.

Ia bersyukur saat ini bisnis hasil laut milik Susi juga tetap berjalan. Bahkan, mulai kembali membuka jaringan di sejumlah daerah pantai di Indonesia.

Ade berharap semangat pekerja keras yang dimiliki bosnya itu juga dapat menghasilkan kinerja yang baik di pemerintahan.

"Ibu itu disuruh jadi calon bupati saja nggak mau, tapi mudah-mudahan amanah jadi menteri ini bisa membawa banyak perubahan. Saya yakin ibu mampu," yakinnya. (nay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bertato dan Perokok, Susi Dianggap tak Pantas jadi Menteri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler