Susu Kental Manis Bukan untuk Anak-Anak

Rabu, 11 April 2018 – 14:14 WIB
Ilustrasi susu. Foto: AFP

jpnn.com, BATAM - DPRD Batam, Kepulauan Riau (Kepri) akan menindaklanjuti kasus gizi buruk yang dialami balita lantaran mengonsumsi susu kental manis.

“Kami akan telusuri susu kental manis ini, apalagi dengan adanya balita yang jadi korban,” ujar Ketua Komisi III DPRD Batam Nyanyang Haris, Rabu (11/4).

BACA JUGA: ASI Tercukupi, Anak Tidak Butuh Susu Kental Manis

Menurut dia, masih banyak warga yang belum paham cara memilih produk, termasuk susu kental manis.

“Kental manis adalah campuran untuk bikin teh manis atau kopi, bukan untuk susu anak,” tegas Nyanyang.

BACA JUGA: Masalah Gizi Buruk Kronis Sudah Gawat Darurat

Dia menambahkan, persoalan gizi merupakan salah satu fokus perhatian pemerintah.

“Yang dilakukan saat ini adalah bagaimana agar gizi anak ini diprioritaskan dengan mengedukasi ibu lewat posyandu. Masyarakat juga wajib melaporkan bila ada temuan seperti ini supaya pemerintah dapat ikut andil,” ujar Nyanyang.

BACA JUGA: Wakil Ketua DPR Dukung Kampanye Bahaya Susu Kental Manis

Sebelumnya, balita bernama Vania dirawat di RSUD Embung Fatimah karena menderita gizi buruk pada Januari lalu.

Nefriyanti, dokter gizi Puskesmas Sei Lekop, Sagulung Kota, yang menangani mendampingi membenarkan gizi buruk itu bermula dari susu kental manis yang dikonsumsi Vania sejak berusia dua bulan.

Gejala awal yang terlihat adalah Vania mengalami kulit melepuh dan tidak bisa bergerak hingga akhirnya gizi buruk.

“Kulit yang melepuh memang efek yang cepat terlihat bila bayi diberi kental manis. Anak-anak, terutama bayi di bawah setahun, tidak boleh diberi kental manis” jelas Nefriyanti.

Akibat dari salah asupan itu, imunitas tubuh anak juga terganggu. Anak pun rentan terserang penyakit.

“Ya karena minum kental manis itu asupan gizinya tidak sesuai. Daya tahan tubuh jadi lemah dan akhirnya bakteri TB (tuberculosis)  mudah menyerang,” imbuh Nefri.

Upaya pengentasan gizi buruk di Kota Batam dilakukan dengan mengoptimalkan peran posyandu dan Dinas Kesehatan yang langsung turun ke masyarakat.

Edukasi mulai diberikan untuk ibu hamil hingga menyusui, terutama kecukupan gizi pada masa seribu hari pertama kelahiran.

Meski demikian, faktor lingkungan tetap menentukan pemilihan asupan untuk keluarga.

Misalnya, kebiasaan serta pengaruh iklan dan promosi produk di televisi yang menjadi tontonan masyarakat.

“Seharusnya (produsen susu kental manis) dalam berjualan itu juga memberi tahu ke masyarakat susu ini gunanya untuk apa, tidak boleh untuk apa,” kata Nefri. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Susu Kental Manis Tak Layak Dikonsumsi Anak


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler