jpnn.com, KLUNGKUNG - Upaya penyelesaian secara kekeluargaan kasus dugaan penganiayaan siswi SMA Pariwisata Saraswati Klungkung inisial NKP,18, oleh kepala sekolahnya I Gusti Made Suberata, tidak berhasil.
Keinginan Suberata menyelesaikan masalah ini dengan datang ke rumah siswa di Dusun Tojan Kaler, Desa Tojan, Klungkung, Jumat (10/5), bertepuk sebelah tangan. Orang tua siswa Wayan Sute Sedana memastikan kasus yang telah dilaporkan itu tetap berlanjut.
BACA JUGA: Polisi Tolak Penangguhan Penahanan Oknum Pilot Lion Air
Dalam mediasi ini, Suberata didampingi Waka Kesiswaan Made Kasjana dan beberapa orang dari sekolah setempat. Sebagai mediator Kepala Dusun Tojan Kaler Komang Jayan Tika. Hadir pula Bhabinkamtibmas Tojan Aiptu Ketut Nartha.
Suberata kepada orang tua siswa menegaskan, kedatangannya ke sana untuk klarifikasi, minta maaf dan berupaya menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan. Suberata sempat menerangkan bahwa saat kejadian anak tersebut tidak ada sampai keluar darah.
BACA JUGA: Kasus Penganiayaan pada Napi Tak Cukup Hanya dengan Sanksi Administratif
BACA JUGA: Suartama Langsung Main Tusuk Begitu Dengar Istri Bilang Sayang ke Perempuan
“Kami datang mau klarifikasi, minta maaf. Kalau tidak bisa, ya kami serahkan,” ujar Suberata setelah pihak keluarga memastikan kasus itu tetap berlanjut.
BACA JUGA: Lantaran Sepotong Ayam Goreng, Mbak Yulianti Tega Aniaya Anak Tirinya
Sute Sedana kepada wartawan usai mediasi menegaskan, pihaknya tetap pada pendirian membawa kasus itu ke jalur hukum. Hal itu agar dunia pendidikan tidak tercoreng oleh oknum guru. Ia menyadari, sekolah sebagai tempat mendidik anak. Namun tidak dibenarkan didikan sampai terjadi kekerasan.
Selain kekerasan fisik, dugaan penganiayaan itu membuat Putri trauma. Sejak kejadian itu anaknya terus menangis. Hal itu juga terlihat saat mediasi, NKP sempat menangis hingga diajak masuk kamar.
“Kalau dibiarkan, ini menjadi tidak baik bagi dunia pendidikan. Anak saya berangkat sekolah sehat, pulangnya berdarah-darah. Saya sebagai orang bodoh menilai, mendidik anak bukan begitu caranya,” tegas dia.
Sedana mengaku melihat sendiri anaknya berdarah. Itu saat dia menjemput anak ketiganya itu di sekolah setelah terjadi dugaan penganiayaan. Darah tidak hanya terlihat di bibir yang luka. Namun sampai bajunya kena darah.
Saat menjemput anaknya, Sedana juga mengaku sempat bertemu dengan kepala sekolah, dan menyampaikan akan membawa persoalan itu polisi. “Saya bilang akan lapor polisi. Jawaban kepala sekolahnya, silakan saja. Ya saya laporkan. Baju yang berisi darah sudah diamankan polisi,” tandasnya.
BACA JUGA: Tentang PPDB Sistem Zonasi dan Kalender Pendidikan Mei - Juli 2019
Kasatreskrim Polres Klungkung AKP Mirza Gunawan mengatakan laporan kasus dugaan penganiayaan ini masih didalami. Darah yang ada pada baju korban perlu dipastikan, apakah darah akibat kekerasan atau hal lain.
Pihaknya juga belum sempat minta keterangan kepala sekolah sebagai terlapor. (wan/aim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadirkan 2.019 Penari Wanita, Festival Semarapura IV Dibuka
Redaktur & Reporter : Soetomo