Sutiyoso Janjikan Otonomi Kongkrit

Senin, 03 November 2008 – 00:26 WIB
JAKARTA - Calon Presiden (capres) Sutiyoso menegaskan bahwa salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan bangsa ini adalah belum berjalannya otonomi daerah secara baik dan benar.

"Malah yang saat ini terjadi adanya kencendrungan sentralisasi pemerintahan melalui berbagai produk undang-undang," tegas capres Sutiyoso, di Sutiyoso Center Jakarta, Minggu (1/11).

Saat ini, lanjutnya, setidaknya ada sekitar 30 produk undang-undang yang secara tegas membatasi kewenangan daerahDan baru satu diantara undang-undang tersebut yang telah direvisi

BACA JUGA: Mendagri Segera Proses Pelantikan Rusli-Mambang

29 undang-undang belum ada tanda-tanda akan direvisi, kata Sutiyoso, di dampingi mantan Mendagri Syarwan Hamid.

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, 10 tahun memimpin ibukota Jakarta banyak hal yang dapat dijadikan pengalaman untuk memimpin bangsa ini ke depan
"Selaku Ketua Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia, saat itu saya sudah sering mengingatkan pemerintah pusat agar segera mencabut berbagai produk UU yang menghambat penyelenggaraan otonomi daerah

BACA JUGA: Sutiyoso Terus Suarakan Judicial Review UU Pilpres

Dan hal tersebut tidak digubris oleh pemerintah pusat."

Akibatnya, semua daerah yang relatif berjauhan dengan pusat kekuasaan semakin miskin dan terpuruk
Dia mengambil contoh daerah Biak

BACA JUGA: UU Pilpres Tutup Peluang Sultan

"Di Biak semua sumberdaya alam tersediaMulai dari minyak, batubara, emas dan bahan tambang lainnyaAtas alasan UU semuanya itu tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Biak karena wewenangnya ada di Jakarta," ungkap Sutiyoso, yang minggu lalu baru saja bertatap muka dengan masyarakat Biak. 

Di kecamatan Supiori, saya dan isteri terharu mendengar keluhan masyarakat untuk dapat bertahan hidup sehari-hari sebagai nelayanDemikian juga di wilayah terluar kawasan timur Pulau MiosbefoniDisini Miosbefoni hanya ada 1 sekolah dasar, tanpa puskesmas dan tanpa infrastruktur komunikasiPadahal potensi sumberdaya alamnya sangat luar biasa.

"Saya tidak bisa menyembunyikan keprihatinan saya akan kondisi sosial ekonomi masyarakat, terutama kondisi kesehatan dan kualitas pendidikan yang masih jauh dari memadai," tegasnya.

Ke depan, lanjutnya, hal ini hendaknya bisa menjadi dasar yang kuat untuk melakukan pengembangan daerahPembangunan nasional yang hanya memusatkan diri pada kota besar tanpa melihat potensi daerah lain hanya membuat kemiskinan di daerahTak ada pemerintahan sama sekali.

"Kondisi ini memotivasi saya secara pribadi untuk bekerja lebih keras karena ternyata rakyat sangat mengharapkan kepedulian dari pemimpinnyaSaya makin yakin untuk maju sebagai calon pemimpin alternatif," ungkapnya.

Sutiyoso juga memuji keteguhan hati masyarakat Biak yang hingga kini masih setia menjadi bagian dari NKRI"Saya angkat topi tinggi atas sejarah Biak yang masih menjadi bagian NKRI, patut menjadi teladan bagi pulau, provinsi dan kota lain di Indonesia yang mimpi hendak memisahkan diri dari NKRI," kata Sutiyoso, saat memperingati Sumpah Pemuda di Biak.

Ketua Umum PBSI ini juga menyesalkan lambannya pemerintah pusat menyelesaikan kasus hukum yang menimpa dua objek vital ekonomi rakyat masing-masing Tempat Pengalengan Ikan (TPI) dan sebuah hotel bintang empat yang selama ini telah memperkerjakan ribuan masyarakat setempat.

"Mestinya harus ada putusan sela agar kedua objek vital itu tetap berfungsi dan masyarakat tetap bekerjaKini kedua objek itu sudah rata dengan tanah dan masyarakat kian sulit," ujarnya.

Minggu depan, capres Sutiyoso direncanakan akan bertolak ke Papua guna menjemput aspirasi masyarakat setempat"Saya lebih senang mengunjungi rakyat secara langsung, berdialog secara terbuka dan saling kenal ketimbang pamer diri melalui media massaPamer diri melalui media elektronik itu hanya membangun komunikasi satu arahRakyat kenal kita, tapi kita tak pernah kenal dengan rakyat," tegas(Fas/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Balkan : PDIP dan PDS Tidak Tolak UU Pornografi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler