Mantan Gubernur DKI Sutiyoso punya pengalaman percobaan penangkapan saat melakukan kunjungan dinas di Australia pada 29 Mei 2007Dia diminta untuk menghadiri panggilan pengadilan setempat terkait persidangan kasus Balibo Five di Timor Timur (Timtim) 1975
BACA JUGA: Slamet Suradio, Masinis KA dalam Tragedi Bintaro 1987, Hidupnya Kini (2-Habis)
Bagaimana kisah peristiwa tersebut?====================
DIAN WAHYUDI, Jakarta
====================
PINTU kamar 3107 Hotel Shangri-La, Sydney, Australia, tempat Sutiyoso menginap tiba-tiba dibuka dari luar
Sang penghuni kamar adalah Sutiyoso yang ditemani sejumlah protokoler yang dibawa dari Jakarta
BACA JUGA: Slamet Suradio, Masinis KA dalam Tragedi Bintaro 1987, Hidupnya Kini (1)
Dia beserta rombongan saat itu datang ke Sydney memenuhi undangan pemerintah Negara Bagian New South Wales, AustraliaBACA JUGA: Nestapa Keluarga Serka Bayu, Korban Tabrakan Maut KA di Pemalang
Rencanaya, acara tersebut dilakukan pada 30 Mei 2007 atau sehari sebelum insiden yang berlangsung sekitar pukul 16.00 waktu Sydney tersebut."Saya kaget, langsung saya tanya mereka, siapa kamu kok masuk tanpa permisi?" tutur Sutiyoso di sela acara diskusi di gedung DPD kemarin (6/10)Dia juga menceritakan, saat itu dirinya masih dalam kondisi jetlag karena baru saja mendarat dari penerbangan Indonesia-Australia.
Setelah ditanya seperti itu, dua bule terdiri atas laki-laki dan perempuan tersebut lantas mengenalkan diri sebagai Polisi Federal AustraliaSambil menunjukkan lencana, mereka menyampaikan panggilan pengadilan kepada Sutiyoso.
Mantan Pangdam Jaya itu diminta sebagai saksi karena dianggap mengetahui dan ikut terlibat dalam kasus Balibo FiveYaitu, kasus penyerangan militer ke Timor Timur pada 1975 yang mengakibatkan tewasnya lima wartawan asingDua di antara mereka adalah wartawan dari Australia
Mengetahui hal itu, Sutiyoso langsung marah dan tidak mau menemui merekaMantan Pangdam Jaya berpangkat terakhir letnan jenderal itu seketika itu meminta protokolernya mengusir tamu tak diundang itu keluar dari kamar"Saya tersinggungSaya marah besar saat itu," kata Sutyoso
Sebab, dia merasa keberadaan dirinya di Sydney waktu itu adalah sebagai tamu resmi yang diundang pemerintah Negara Bagian New South WalesPenyerahan surat panggilan pengadilan itu tidak ada dalam daftar acara yang disampaikan sebelumnya
Selain mengusir kedua polisi Federal Australia tersebut keluar dari kamar, Sutiyoso lantas memanggil protokoler setempatDia menyampaikan langsung bahwa dirinya sangat tersinggung dengan insiden tersebut"Kami mohon maaf, Sir (Pak, Red)Kami negara bagian tidak bisa intervensi federal," kata Sutiyoso menirukan tanggapan protokoler acara setempat saat itu
Mengetahui hal tersebut, Sutiyoso makin tersinggungSebagai bentuk protes, dia menegaskan akan kembali ke Indonesia malam itu jugaPerjanjian pun batal dilaksanakan"Saya harus melawanSaya tidak mau pasrah begitu saja dengan penghinaan tersebut," tegasnya.
Ternyata kabar insiden tersebut cepat menyebar pula ke IndonesiaDi Jakarta, bahkan sebelum Sutiyoso sampai di tanah air, aksi demonstrasi mengecam kejadian tersebut sudah marak dilakukanYaitu, dengan mengepung Kedutaan Besar AustraliaKantor perwakilan itu pun terisolasi selama beberapa hari"Sampai Jakarta, saya langsung intens dihubungi Dubes AustraliaHari pertama saya diamkan saja, tidak saya angkat teleponnya," ujarnya
Baru hari kedua Sutiyoso bersedia menerima telepon Dubes Australia yang saat itu dijabat Bill FarmerKepadanya, Sutiyoso juga menyampaikan kekecewaan dan protes yang sama"Lantas, Yang Mulia Gubernur minta apa?" kata Sutiyoso, menirukan tanggapan Bill Farmer, lantas tersenyum.
Dengan lugas, gubernur DKI dua periode itu (1997-2002 dan 2002-2007) menyampaikan permintaannya agar pemerintah Australia meminta maaf secara resmi terjadinya insiden tersebutSelain itu, Sutiyoso meminta dua polisi Federal yang memaksa masuk kamar hotelnya saat berada di Sydney supaya diperiksaTindakan mereka tidak selayaknya dilakukan kepada tamu negara.
Kedua tuntutan tersebut dipenuhi"Saya hanya ingin memberikan pelajaran kepada mereka karena mereka ini kecenderungannya arogan, menganggap negara kita ini seperti negara yang rendah," papar Sutiyoso.
Lantas terkait kasus sejenis yang dialami Presiden SBY, bagaimana sendainya Sutiyoso berada di posisi presiden? "Kamu ngerti kan, aku orangnya nekadPasti aku tetap berangkatDitambah tamu negara itu punya hak imunitasKalau berani macam-macam, malah repot mereka," tegas Sutiyoso.
Menurut dia, ancaman dari Republik Maluku Selatan (RMS) tidak perlu ditanggapi berlebihanSebab, dia menilai, kekuatan gerakan separatis itu kecil"Tapi, ya saya kan nggak tahu informasi apakah yang diterima presidenBarangkali memang ada alasan-alasan khusus di baliknya," imbuhnya(*/c4/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Leonowens S.P., Penulis 30 Buku Karya Sastra dalam Setahun
Redaktur : Tim Redaksi