Syarif Bando: Fungsi Perpustakaan Mengurusi Koleksi Tinggal 10 Persen

Selasa, 31 Agustus 2021 – 20:34 WIB
Paradigma perpustakaan kini sudah berubah. Foto tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando mengatakan lembaganya saat ini telah mengubah peran dan fungsinya.

Menurut dia, peran fungsi perpustakaan mengurusi koleksi hanya tertinggal 10 persen. Sisanya lebih mengedepankan peran melakukan transfer knowledge kepada masyarakat.

BACA JUGA: Lanud Supadio Sukses Uji Fungsi Flare Pesawat Tempur Hawk 109/209

"Jadi, perpustakaan sudah lama mati kalau dia masih bersikap eksklusif. Dia harus inklusif," ujar Muhammad Syarif Bando di Jakarta, Selasa (31/8).

Alhasil, ketika perpustakaan mulai turun ke masyarakat, mengenali segenap keseharian masyarakat, niscaya perpustakaan akan menemukan begitu banyak masalah. Dari situ diketahui bahwa kebutuhan warga pada akses perpustakaan sangatlah besar.

BACA JUGA: Ibu Kota Negara Pindah, Ini Saran Penting Prof Jimly soal Nasib Jakarta

Paradigma yang kini dibawa Perpustakaan Nasional adalah bagaimana masyarakat memahami literasi.

Syarif menyebut literasi memiliki empat tingkatan, dimulai dari kemampuan baca, tulis, hitung, dan pembangunan karakter, aksesibilitas terhadap bahan bacaan terbaru, terpercaya, dan menjadi solusi.

BACA JUGA: Jelang Tes, Ingat Lagi Passing Grade CPNS 2021, Ini Rinciannya

Kedua, memahami makna tersirat dari yang tersurat. Ketiga memiliki kemampuan berinovasi atau kreativitas. Dan tingkatan akhir literasi adalah kemampuan menghasilkan barang/jasa yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.

“Itu artinya, masyarakat membutuhkan sarana perpustakaan mengubah kualitas hidupnya. Dari barang dan jasa yang dihasilkan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidupnya,” beber Syarif.

Apalagi di tengah kondisi pandemi, di mana kurang lebih 20 juta masyarakat Indonesia merasakan dampak langsung Covid-19.

Tidak ada jalan lain, mereka harus punya skill untuk melakukan sesuatu melanjutkan kehidupannya. Itu artinya, kata Syarif, jutaan orang membutuhkan asupan ilmu terapan, dan perpustakaan menyediakan.

“Siapa saja yang terdampak pandemi Covid-19 dan susah lapangan kerja, silakan datang ke perpustakaan, kami akan membimbing dan mendampingi pilihan ekonomi apa saja," tuturnya.

Sementara Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Bappenas Amich Alhumami menjabarkan tentang rencana target kerja pemerintah yang menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 sampai 5,5 persen, dalam masa pandemi ini.

Kaitan dengan program literasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang diusung Perpusnas, Bappenas memberi dukungan penuh dengan menjadikannya sebagai salah satu program prioritas nasional untuk mencapai SDM unggul dan berdaya saing.

Karena pentingnya program tersebut, maka dukungan anggaran juga diperkuat. Salah satunya melalui dana alokasi khusus (DAK). DAK sudah dijalankan selama tiga tahun untuk membangun infrastruktur sosial, seperti sekolah, rumah sakit dan perpustakaan.

"Di bidang perpustakaan, kami memperkuat infrastruktur seperti pembangunan gedung baru, rehabilitasi, pengadaan perabot, penyediaan bahan dan koneksi internet untuk meningkatkan tingkat kunjungan," ucapnya.

Pada 2021, Perpusnas mengelola DAK lebih dari Rp 500 miliar yang semuanya terdistribusi dari Aceh sampai Papua. Selain melihat perpustakaan harus nyaman dalam mengakses segala kebutuhan informasi, Bappenas juga menilai perpustakaan harus menjadi pusat pelatihan bagi komunitas-komunitas untuk belajar apa saja. (esy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler