Di saat banyak pelaku usaha di sektor ritel mengeluhkan perpanjangan 'lockdown' di kawasan di Greater Sydney, beberapa malah meminta agar pembatasan aktivitas diperketat.

Mereka merasa aturan yang lebih ketat akan membantu mengendalikan penularan COVID. 

BACA JUGA: PPKM Darurat Jateng: 27 Pintu Keluar Tol Ditutup, 224 Penyekatan Diperketat

Semakin cepat penularan berkurang, maka semakin cepat pula warga bisa kembali beraktivitas dan ekonomi bisa segera pulih.

Wabah penularan baru di Sydney dan sekitarnya saat ini telah menyebabkan kerusakan ekonomi semakin meningkat.

BACA JUGA: Dermawan

Padahal New South Wales (NSW) adalah negara bagian dengan ekonomi terbesar, yang menyumbang sepertiga dari pendapatan Australia.

Menurut seorang ekonom, jika 'lockdown' berlangsung selama satu bulan lagi, maka akan merugikan perekonomian Australia hingga AU$7 miliar, atau lebih dari Rp8 triliun.

BACA JUGA: Inilah Pengakuan Dokter Lois Owien kepada Penyidik Bareskrim Polri

"Perkiraan saya adalah lockdown merugikan ekonomi NSW, yang secara definisi adalah ekonomi nasional, sekitar AU$1 miliar per minggu," kata Shane Oliver, kepala ekonom AMP Capital.

"Kami sudah memasuki pekan ketiga. Tetapi jika diperpanjang, katakanlah, empat minggu lagi, kita bisa memperkirakan kerugiannya, yakni AU$7 miliar."

Dia juga mengatakan konsekuensi dari 'lockdown' yang berkepanjangan adalah lebih lama lagi ekonomi Australia untuk bisa pulih dan "keterlambatan dalam mengurangi pengangguran". [Insert chart]

Situasi ini bisa terjadi karena pekerja dan bisnis tidak dapat lagi mengandalkan bantuan dari Pemerintah, yakni 'JobKeeper'.

Hingga hari Selasa sore, New South Wales mencatat 707 kasus COVID-19 yang aktif, angka tersebut hanya dari penularan lokal.

Sementara kasus dari luar negeri tercatat ada 32 orang, berdasarkan data resmi Pemerintah NSW. Ekonom mengatakan NSW 'gagal belajar'

Jumlah penularan harian di NSW telah melonjak hingga menyentuh angka di atas 110 dan diperkirakan masih akan terus meningkat selama dua minggu ke depan.

"Jika lockdown dimulai dua minggu lalu, perjalanan dibatasi ke tingkat yang lebih luas di dalam kota, dan toko-toko ritel yang tidak penting ditutup, kita mungkin berada dalam keadaan yang jauh lebih baik sekarang," kata Dr Shane Oliver.

"Kunci dari semua ini adalah Anda ingin meminimalkan kerusakan ekonomi, menjaga lockdown seketat dan sesingkat mungkin."

"Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan melakukan lockdown ketat di awal."

Dengan kata lain, ekonom yang berbasis di Sydney itu mengatakan "sayangnya" pemerintah NSW telah "gagal mempelajari" pelajaran dari 'lockdown' di Melbourne, yang berlangsung selama 112 hari.

Menurut Dr Shane, hikmahnya adalah 'lockdown' Sydney jangan sampai berakhir terlalu lama, agar ekonomi NSW tidak akan menderita kerugian hingga AU$15 miliar, atau sekitar Rp17 Triliun, seperti yang dialami Victoria tahun lalu.

Ia berharap 'lockdown' memiliki dampak signifikan pada laju pemulihan ekonomi negara bagian itu pada tahun 2021.

Dia percaya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Australia mungkin melambat menjadi 4 persen tahun ini, atau turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,5 persen. Apakah membeli tas termasuk kategori ‘esensial’?

Warga Sydney hanya diizinkan meninggalkan rumah untuk membeli "barang-barang esensial", sehingga banyak orang bingung mengapa toko pakaian, elektronik, mainan, perhiasan, dan toko barang mewah masih tetap buka.

Pemilik toko fesyen perempuan Cue dan Veronika Maine mengkritik Pemerintah NSW karena memaksakan apa yang dia katakan sebagai "lockdown Clayton", yakni "lockdown yang diberlakukan, ketika sebenarnya Anda tidak melakukan lockdown".

Di saat banyak pesaingnya terus berdagang, kepala eksekutif Cue Clothing, Justin Levis justru membuat keputusan sulit untuk menutup sementara tokonya di Sydney demi keselamatan publik.

"Saya pikir sangat tidak bertanggung jawab untuk berdagang di daerah di mana virus sekarang merajalela," katanya.

Justin pun menyalahkan pelaku bisnis maupun konsumen.

"Kita diperbolehkan atau tidak? Apakah esensial untuk saya membeli tas tangan sekarang agar kelihatan keren saat pergi berbelanja?"

Justin mengatakan keputusannya untuk menutup gerai-gerainya "sangat merugikan".

"Bisnis kami di NSW sekitar 30 persen dari total omset kami," katanya.

"Sayangnya, tempat manufaktur kami berada di zona merah COVID-19."

"Sementara bisnis saya di luar NSW dan di luar negeri masih berjalan, sayangnya kami akan menderita kerugian karena harus menutup manufaktur kami sekarang.

"Bahkan pekerja saya, yang membuat pakaian untuk orang-orang di daerah yang tidak mengalami lockdown, tidak bisa masuk kerja. Jadi kerugian bisnis saya signifikan .

"Tapi saya lebih suka menerima satu pukulan yang lebih pendek namun lebih keras, ketimbang penderitaan yang panjang, yang secara ekonomi lebih riskan."

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News dalam Bahasa Inggris.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Gerebek Sebuah Gudang Obat di Jakbar, Hasilnya Mengejutkan

Berita Terkait