BACA JUGA: Peserta SNM-PTN Lebihi Target
Kalla mengakui pemerintah belum mampu memenuhi ketentuan UUD 1945 tentang alokasi anggaran pendidikan minimal 20 persen dari total APBN
BACA JUGA: Dana Pendidikan Rp 51,533 T Terlalu Kecil
Bila awal 2004 anggaran pendidikan hanya Rp 20 triliun, tahun ini sudah Rp 44 triliun“Kalau total APBN tahun depan Rp 1.000 triliun, anggaran pendidikan bisa Rp 80-100 triliun, termasuk gaji guru,” ujar Kalla.
Meski demikian, Kalla meminta peningkatan anggaran pendidikan disertai tanggung jawab guru untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan
BACA JUGA: Nilai Rata-rata UN Meningkat
Bila pendidikan baik, Indonesia tak hanya bisa mengirim pembantu menjadi TKI, namun profesional“Kita kirim sejuta TKI masih kalah devisa yang dihasilkan oleh negara lain yang mengirim 10 ribu profesional ke negara kita,” kata dia.Wapres juga meminta guru tidak berpuas diri dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya, karena ilmu pengetahuan tumbuh sangat dinamisDia mencontohkan, ilmu di bidang teknologi informasi akan tumbuh dua kali lipat setiap 18 bulan, sedangkan ilmu kedokteran tumbuh dua kali lipat dalam tiga tahun“Kalau guru tidak belajar dan mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan, orang lain sampai ke bulan, kita baru sampai pagar,” kata dia.
Guru juga harus mendorong siswa mempelajari sendiri ilmu yang tidak diajarkan guru di sekolahDia yakin tidak seluruh materi pelajaran yang seharusnya diberikan pada siswa diajarkan oleh guru di sekolah“Karena ujian nasional itu menguji yang seharusnya dikuasai siswa, bukan materi yang diajarkan oleh gurunya sendiri,” kata dia
Wapres mengaku kecewa dengan rendahnya mutu kelulusan siswa SMA yang baru mencapai 5,5Menurut dia, angka kelulusan yang rendah tidak memacu para siswa belajar dengan keras“Untuk apa belajar kalau semuanya bisa lulus,” katanya.
Kalla menilai kritikan bahwa target nilai ujian nasional terlalu tinggi menyebabkan murid stres disuarakan orang yang tidak berfikiran ke depan“Lebih baik seribu murid stres daripada sejuta murid bodohKarena hanya dengan target angka kelulusan yang tinggi anak mau belajar,” kata dia.
Sebagai perbandingan, angka kelulusan siswa menengah atas di sekolah Indonesia tertinggal dibandingkan siswa Malaysia dan SingapuraBahkan, pada zaman dulu, siswa hanya diuji dengan materi yang diajarkan gurunya, bila hasilnya kurang, nilainya masih didongkrak agar lulusSementara, Singapura dan Malaysia konsisten menerapkan batas bawah nilai kelulusan.
"Ibaratnya kita lompat galahKalau galahnya rendah, semuanya bisa lulusSekarang galahnya setiap tahun kita naikkan, sehingga siswa semakin giat belajar,” kata dia(noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendiknas Janjikan Bantuan
Redaktur : Tim Redaksi