Tahun Ini Sangat Pintar dengan IQ Tinggi

Sabtu, 15 Agustus 2015 – 08:05 WIB
Koordinator Pelatih Paskibraka Mayor TNI Aminudin. FOTO: aam/jpnn.com

jpnn.com - DI pusat pendidikan dan latihan (Diklat) Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) terdapat seorang pelatih yang sudah sangat senior. Mayor Aminudin, koodinator pelatih paskibraka, yang sehari-hari bertugas di Komando Garnisun Tetap I (Kogartap I) ini sudah dua dekade menjadi pelatih dan telah berulangkali menggembleng putra-putri terbaik bangsa di kawah candradimuka Paskibraka Indonesia.

Membandingkan tiap angkatan, dia merasakan ada perbedaan karakter. Namun, pada Diklat untuk angkatan 2015 kali ini, Amin, begitu dia disapa, merasakan anak-anak yang masuk lebih sulit dibentuk dan diarahkan

BACA JUGA: Saya Kecewa Berat di Riau

Karena itulah, ada treatment yang lebih diberikan oleh tim pelatih dan Pembina, agar wakil dari 34 provinsi tersebut,mampu memberikan performa terbaiknya. Berikut wawancara wartawan JPNN, Muhammad Amjad dengan  pelatih asal Temanggung, Jawa Tengah tersebut beberapa hari lalu di PP PON Cibubur, Jakarta Timur.

Secara struktural, bagaimana tanggung jawab terhadap diklat Paskibraka ini?

BACA JUGA: Gusti Allah Maunya Seperti Itu

Ya, ada dua macam. Pertama yang bertanggung jawab di dalam mes dan kedua di lapangan latihan. Di luar lapangan latihan, itu tanggung jawab Pembina. Tapi di dalam lapangan, itu tanggung jawab pelatih.

Bedanya di mananya?

BACA JUGA: Haram di Bagian Mananya?

Kalau di lapangan, fokus kepada latihan mulai dari mematangkan baris berbaris dan mental mereka di lapangan. Intinya membentuk Paskibraka ini pribadi yang siap untuk menjalankan prosesi upacara pada 17 Agustus di Istana nanti. 

Kalau Pembina, hanya mengurus saat tak di lapangan latihan, mulai dari bangun, persiapan, makan, sampai nanti materi kelas dan anggota Paskibraka kembali tidur.

Berapa lama anda melatih? apakah selalu menjadi koordinator pelatih?

Saya sudah 20 tahun melatih tim Paskibraka. Dulunya tugasnya hanya pelatih, tapi selama tiga tahun terakhir saya sudah menjadi koordinator pelatih Paskibraka.

Kalau dulu hanya fokus melatih di lapangan, melatih Paskibraka ini, menangani langsung. 

Sekarang saya harus mengkordinir pelatihan. Bukan hanya Paskibraka, tapi juga menyesuaikan dengan pelatih yang lain, termasuk saat ada latihan gabungan. Tanggung jawabnya lebih berat sekarang. 

Bukan hanya di dalam lapangan saat latihan, tapi juga di luar latihan ada apa-apa, ke koordintor dulu.

Kalau diibaratkan hukuman, ada yang kurang ada yang tak bagus, yang kena pasti koordinator duluan. Karena itu, tak bisa saya hanya datang ke lapangan terus melatih. Tapi konsepnya, alurnya, mau diapakan, itu di koordinator pelatih

Nah, dari sekian tahun jadi koordinator, apakah ada perbedaan dari tahun ke tahun?

Ada, itu cukup terlihat. Kalau yang dulu itu memang IQ-nya (Paskibra) tak setinggi sekarang. Tapi mereka lebih ngotot, kerjanya keras, cekatan. 

Kalau sekarang IQ tinggi, fisiknya bagus, tapi hampir seluruhnya anaknya cuek-cuek. Sedikit bandel, kalau latihan terus mereka agak susah dibetulkan. Tapi itu biasa, secara keseluruhan mereka semua baik. 

Solusinya?

SDM-nya memang berbeda.  Solusinya, ya kami langsung turun benahi. Perlu pengertian dan bimbingan karena anak-anak. Ya… mungkin karena merasa terbaik dari daerahnya, jadi punya ego masing-masing. Susahnya ngatur itu disini.

Kemudian, selama latihan gabungan sampai sebelum geladi kotor, kami nge-press-nya ditingkatkan. Tiga-empat hari, anak-anak sudah berubah. Jadi lebih ngotot, dan lebih baik. Geladi kotor sudah kelihatan. Saya yakin anak-anak ini bisa menjadi yang terbaik.

Apa suka duka bertugas sebagai koordinator pelatih?

Banyak, tapi seimbang suka dan dukanya. Sukanya dapat kumpul 34 propinsi. Bisa mencetak adik-adik mejadi Paskibraka. Memberikan manfaat kepada negara juga. Mampu mencetak yang tak tahu Paskibraka, jadi tahu Paskibraka.

Kalau dukanya, kalau anak-anak dilatih nggak bisa-bisa. Apalagi kalau sampai ada yang sakit karena tak kuat tekanannya. Ada yang bebal. Diajari salah-salah terus. Tapi itu bisa diatasi dan dibentuk lagi.

Kalau ada yang tidak layak tampil dipulangkan atau bagaimana?

Ya, setiap tim itu yang bertugas butuh 36 anak. Karena itu dari 68 Paskibraka yang ada, dibagi menjadi dua tugasnya. Ada yang pagi saat menaikkan ada yang sore saat menurunkan. Kalau yang sudah sangat bebal, nantinya akan masuk di gordon (pasukan cadangan). Mereka yang bagus, biasanya tugas pagi dan sore juga.

Bagaimana cara mengatasi rasa grogi yang luar biasa jelang pelaksaan?

Kami selalu ada prosesi doa bersama. Kemudian saling menguatkan satu sama lain.deg-degan pasti ada tapi kalau sudah jalan prosesinya akan ilang sendiri.

Kami ingin ini sempurna semakin baik dan mantap dari tahun ke tahun. (dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fatwa BPJS Kesehatan Haram Bukan untuk Dipolemikkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler