Tahun Ini, Sudah 1.058 Bayi yang Meninggal

Sabtu, 27 April 2019 – 22:20 WIB
Ilustrasi bayi. Foto: Pixabay

jpnn.com, SURABAYA - Penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) saat ini menjadi prioritas program kesehatan Pemprov Jatim.

Sebab, AKI dan AKB di Jatim masih tinggi. Sepanjang 2019 tercatat ada 134 kasus kematian ibu serta 1.058 kasus kematian bayi.

BACA JUGA: Angka Kematian Bayi Tinggi di Jati Asih dan Medan Satria

BACA JUGA : Waspada, ini 5 Penyebab Kematian Paling Umum pada Wanita

Tingginya AKI dan AKB menunjukkan belum maksimalnya peran bidan. Bidan seharusnya punya peran strategis dalam upaya menekan AKI dan AKB.

BACA JUGA: Profesor Egaliter untuk Yang Tanpa Kasir

''Karena itu, perlu ada peningkatan kompetensi pada profesi bidan. Sebab, mereka salah satu subsistem dalam kesehatan ibu dan bayi,'' ujar Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Pusat Emi Nurjasmi.

BACA JUGA : Angka Kematian Bayi Tinggi di Jati Asih dan Medan Satria

BACA JUGA: 23 Bayi Tercatat Meninggal di RS

Pernyataan Emi tersebut disampaikan dalam kegiatan Musyawarah Daerah (Musda) IBI Jatim.

Menurut dia, hubungan masyarakat dengan bidan sangat erat. Bidan selama ini sangat dipercaya masyarakat.

Karena itu, pemerintah harus benar-benar memperhatikan peran bidan. Tidak hanya menyangkut peningkatan kompetensi.

BACA JUGA : Patah Hati Meningkatkan Risiko Kematian?

 

Namun, pemerintah harus memastikan ketersediaan alat kesehatan dan obat-obatan yang bisa diakses bidan.

''Selain itu, seorang bidan perlu mengetahui kebijakan dan pelayanan di fasilitas kesehatan,'' ucapnya.

Saat ini bidan di Jatim berjumlah sekitar 30 ribu orang. Yang berstatus bidan delima berjumlah sekitar 5 ribu orang.

Bidan yang memiliki praktik sendiri sekitar 10 ribu orang. Menurut Emi, jumlah tersebut termasuk banyak.

''Dengan jumlah sebanyak itu, seharusnya bidan bisa berperan sebagai preventable death atau pencegah kematian,'' jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Kohar Hari Santosa mengungkapkan bahwa penyebab tertinggi kematian ibu di Jatim adalah eklampsia.

Yakni, kondisi serius akibat preeklampsia pada ibu hamil yang ditandai kejang.

Sepanjang 2018 sebanyak 30 persen ibu meninggal karena eklampsia. Kematian selanjutnya disebabkan pendarahan.

Angkanya mencapai 20 persen. Kematian bayi paling banyak disebabkan masalah gizi dan kondisi anemia pada ibu.

''Untuk menangani masalah tersebut, bidan harus profesional. Mereka harus bisa fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), gizi, serta imunisasi,'' ucap Kohar.

Kohar mengatakan, saat ini ada sekitar 570 ribu ibu hamil (bumil) di Jatim. Untuk menjaga para bumil dan janinnya agar tetap sehat, bidan perlu melakukan upaya promotif dan preventif. Misalnya, memberikan edukasi kepada ibu agar selalu mengonsumsi makanan yang bergizi.

''Selain itu, pelayanan obstetric neonatal emergency perlu dilakukan. Misalnya, melalui pemberian vitamin prenatal serta pertolongan persalinan pada ibu maupun bayi,'' papar Kohar. (ika/c15/gun/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diduga Salah Diagnosa, Hamil Dibilang Tumor Jinak


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler