jpnn.com, JAKARTA - Pendukung Presiden Joko Widodo yang tergabung dalam Seknas Jokowi merasa lega melihat hasil Pilkada Serentak 2018. Alasannya, Partai Gerindra yang selama ini getol mengkritik Presiden Jokowi ternyata tak mampu menempatkan kader mereka sebagai pemenang pilkada tingkat provinsi atau pemiluhan gubernur (pilgub).
Menurut Ketua Umum DPN Seknas Jokowi Muhammad Yamin, Partai Gerindra sejauh ini hanya bisa menebar klaim kemenangan. Namun, hasil hitung cepat atau quick count menunjukkan tak ada kader Gerindra ataupun Partai Demokrat yang berjaya di Pilkada 2018.
BACA JUGA: Pesan Ketum PP Muhammadiyah untuk Paslon Peserta Pilkada
“Dari sekian banyak partai yang ribut mengklaim menang dalam pemilihan gubernur, ternyata ada partai yang justru tidak menempatkan satu pun kadernya di kursi gubernur, yaitu Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Semua kader kedua partai itu yang bertarung dalam pemilihan gubernur terbukti kalah sebagaimana terlihat dari hasil quick count pilkada,” ujar Yamin melalui layanan pesan, Sabtu (30/6).
Yamin lantas memerinci kader-kader Partai Gerindra yang maju di pilkada tingkat provinsi. Misalnya, Saifudin Aswari Rivai yang diusung Gerindra pada Pilgub Sumatera Selatan menjadi juru kunci perolehan suara dibandingkan calon lainnya.
BACA JUGA: Sepertinya Hasil Pilkada 2018 Jadi Kemenangan Jokowi
Kekalahan juga dialami Esthon Foenay yang diusung Gerindra di Pilgub Nusa Tenggara Timur, Agus Nu'mang di Sulawesi Selatan, serta Milton Crosby di Kalimantan Barat. Semuanya kalah.
Yang masih digadang-gadang saat ini adalah duet Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Pilgub Jabar. Duet yang dikenal dengan sebutan Asyik itu diusung oleh koalisi Gerindra dan PKS.
BACA JUGA: Pemecatan Guru Karena Berbeda Pilihan, ini Kata Pengamat
Namun, hasil real count di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar menunjukkan perolehan suara Asyik di peringkat kedua. Posisinya masih di bawah Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang diusung oleh partai-partai pendukung pemerintahan Presiden Jokowi.
Kalaupun menang pada pemilihan gubernur, kata Yamin, Gerindra bukan sebagai partai pengusung tapi sebatas ikut mendukung. Misalnya, Isran Noor dari PKPI yang memenangi Pilgub Kaltim, Murad Ismail sebagai kader PDIP di Pilgub Maluku, Wempi Wetipo dari jalur non-partai di Pilgub Papua, serta Edy Rahmayadi yang juga nonkader di Pilgub Sumatera Utara.
Hal serupa juga terjadi pada Partai Demokrat. Menurut Yamin, tak satu pun kader partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu yang menjadi jawara di pilgub.
Sebagai contoh, Benny K Harman yang diusung PD kalah telaj di Pilgub NTT. Demikian pula M Ridho Ficardo sebagai petahana yang keok di Pilgub Lampung.
Kekalahan juga dialami Ishak Mekki sebagai jago PD di Pilgub Sumatra Selatan, serta Ichsan Yasin Limpo di Pilgub Sulawesi Selatan. Di Jawa Barat pun Deddy Mizwar yang diusung PD juga keok.
“Yang paling mengenaskan adalah Deddy Mizwar, wakil gubernur petahana, kalah telak di Jawa Barat. Padahal, Deddy Mizwar digadang-gadang akan menjadi andalan Partai Demokrat mengeruk suara pemilih dalam pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tahun depan,” ucap Yamin.
Menurutnya, capaian Partai Gerindra dan Partai Demokrat dalam Pilgub 2018 masih kalah dari partai yang digadang-gadang akan menjadi mitra koalisinya untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Misalnya, PKS mampu memenangkan tiga kadernya untuk kursi gubernur, dan satu orang wakil gubernur.
Demikian pula dengan PAN yang mampu menempatkan satu kadernya sebagai gubernur. Sedangkan hal berbeda ditunjukkan partai-partai pendukung Presiden Jokowi.
Yamin memerinci, PDI Perjuangan mampu menempatkan empat kadernya sebagau gubernur dan tiga kadernya sebagai wakil gubernur. Demikian pula Partai Nasdem (3 gubernur dan 1 wakil gubernur), Golkar (1 gubernur dan 3 wakil gubernur), PPP (1 gubernur dan 2 wakil gubernur), PKB (1 gubernur dan 2 wakil gubernur), serta PKPI (1 gubernur).
“Data itu saja sudah menggambarkan surutnya realitas kekuatan politik yang dialami Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Kalau memenangkan kadernya saja tak mampu di pilgub, apa Partai Demokrat mampu menggalang poros ketiga? Atau mampukah Partai Gerindra jadi backbone (tulang punggung, red) gerakan ganti presiden?” pungkas Yamin.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Website Rekapitulasi Sering Down, KPU Bantah Tutupi Sesuatu
Redaktur & Reporter : Antoni