Menteri Industri Primer negara bagian Northern Territory (NT) Willem Westra Van Holthe menyatakan tidak ideal jika Australia tidak bisa memenuhi kuota ekspor sapi sebesar 200 ribu ekor yang diizinkan Pemerintah Indonesia untuk Kuartal IV 2015.

Saat ini sejumlah pihak mengemukakan kekhawatiran jika kuota tersebut akan terpenuhi hingga akhir Desember mendatang.

BACA JUGA: Lewat Cerita, Stigma Pecandu dan Pemalas dari Tunawisma Bisa Terhapuskan

Apalagi, saat ini terjadi kenaikan harga sapi ekspor di Australia Utara, dan pekan lalu ada yang mencapai 3,50 dollar/kg (sekitar Rp 35 ribu/kg).

Harga tertinggi sapi ekspor ke Indonesia untuk Kuartal IV ini sebelumnya adalah 3,40 dollar/kg.

BACA JUGA: Angkat Kisah Korban, Diskusi Peristiwa 1965 di Bali Bantah Bahas Komunisme

Stuart Kemp dari Northern Territory Livestock Exporters Association (Asosiasi Eksportir Ternak NT), mengatakan tidak biasanya harga sapi jenis Brahman mengalahkan harga sapi jenis Angus.

"Sulit dipercaya sapi Brahman yang biasanya dipandang lebih rendah dibandingkan sepupunya sapi Angus, bisa lebih mahal harganya," katanya.

BACA JUGA: Bahas Peristiwa 1965, Agenda Ubud Writers Festival 2015 Dibatalkan

Kemp menjelaskan, tingginya permintaan sebesar 200 ribu dari pasar Indonesia hingga akhir tahun ini, mungkin tidak bisa terpenuhi seluruhnya.

"Tampaknya makin sulit," kata Kemp.

Menteri Van Holthe mengatakan, jika hal itu terjadi, maka situasinya tidak ideal, namun dia menepis kemungkinan akan terjadi isu diplomatik dengan Indonesia.

"Saya kira tidak sampai sejauh itu dampaknya," katanya kepada ABC.

"Menurut saya, situasi saat ini menggambarkan bahwa kita perlu memiliki kontrak jangka panjang dalam produksi ternak. Ini yang kita bicarakan dengan pihak Indonesia selama ini," katanya.

Menteri Van Holthe menambahkan, sistem kontrak jangka panjang akan mengurangi tekanan terhadap produksi ternak sapi eskpor ke Indonesia, yang selama ini bergantung pada sistem kuota tiga bulanan. 

Dia berharap kesepakatan untuk memberlakukan kuota tahunan ekspor sapi Australia ke Indonesia bisa terwujudkan.

Terjadinya kenaikan harga sapi ekspor saat ini menandai bangkitnya kembali industri sapi ekspor Australia setelah lumpuh akibat kebijakan Pemerintah Australia sendiri menghentikan ekspor sapi di tahun 2011.

Sejumlah peternakan di Australia yang nyaris bangkrut kini menjadi incaran kalangan investor termasuk dari luar negeri.

Pengusaha Brett Blundy adalah salah seorang yang kini mengincar dua peternakan di kawasan Barkly, NT. Sebelumnya dia telah memiliki peternakan di Beetaloo dan Mungabroom.

Selain sapi ekspor, industri daging sapi juga kini sibuk, sebagaimana terlihat di perusahaan Australian Agriculture Company yang memotong sedikitnya 350 ekor sapi setiap harinya.

Tracey Hayes dari Northern Territory Cattlemen Association meminta kalangan peternak untuk memanfaatkan peluang ini sebaik-baiknya.

"Peluang ini harus dimanfaatkan untuk melunasi pinjaman, melakukan investasi dan mengembangkan usahanya," kata Tracey Hayes.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Siap Bantu Indonesia Atasi Kebakaran Lahan dan Kabut Asap

Berita Terkait