Tak Selamanya Sanksi FIFA Jadi Ancaman Menakutkan

Selasa, 14 April 2015 – 12:31 WIB

jpnn.com - OTORITAS sepak bola dunia, FIFA mengancam pemerintah Indonesia dan akan memberikan sanksi kepada PSSI. Ancaman itu menyusul proses verifikasi klub Indonesia Super League (ISL) atau Liga QNB yang dianggap tak lepas dari intervensi oleh (adan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).

_____________

BACA JUGA: Menyingkap Ancaman Disorientasi Seksual Bocah-Bocah Limus

AAM AMJAD, Jakarta

 

BACA JUGA: Korban Bully, Siswi SMP Anak Pembantu Ini Jadi Konselor Sekolah

SEJATINYA, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi tak terlalu menggubris ancaman FIFA. Sebab, ancaman itu bukan hal baru.

"Ancaman seperti itu sudah di dengar tahun 2013. Ya, yang namanya ancaman kita lihat saja nanti," ungkapnya.

BACA JUGA: Tekad Penggawa Persib Sebelum Bertandang ke Laos

Memang, selama ini Indonesia pernah diancam sanksi saat La Nyalla Mattalitti dkk masih membelot dari PSSI dan membentuk Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Itu terjadi pada 2013. Tapi, kenyataannya sanksi yang diancamkan tak pernah turun, hanya menjadi ancaman FIFA belaka.

Kalaupun benar FIFA menjatuhkan sanksi, sejatinya tak perlu terlalu dikhawatirkan, Sebab, tak selamanya sanksi yang diberikan berefek buruk. Beberapa negara yang mendapatkan sanksi dari FIFA justru mengalami kemajuan.

Contoh paling dekat adalah Brunei Darussalam. Pada 2009, negeri Sultan Hasanal Bolkiah itu disanksi pada 2009 silam. Penyebabnya, pemerintah Brunei dianggap mengintervensi saat membenahi organisasi sepak bolanya yang buruk dan para pengurusnya yang bermental bobrok. Setelah sanksi turun, Brunei berbenah dan mampu bangkit.

Terbukti, pembinaan usia dini dan usia muda yang dijalankan berhasil menunjukkan peningkatan. Masih lekat di ingatan kita bagaimana Timnas U-20 Brunei menaklukkan Timnas U-19 dengan skor 3-1 pada 2014 silam.

Generasi emas Brunei itu saat ini sedang berkembang dan disiapkan untuk SEA Games 2015, di Singapura, Juni mendatang

Selain Brunei yang disanksi karena pemerintah yang ingin merombak total manajemen sepak bolanya, ada juga Yunani. Negeri yang kaya mitologi para dewa itu disanksi karena pemerintah turun tangan membenahi kepengurusan organisasi sepak bolanya yang didiga bermain-main denganmasalah keuangan.

Sanksi yang diberikan ke Yunani pun terhitung cepat, hanya empat hari. Itu setelah federasi sepak bola mereka (EPO) setuju memperbaiki rekening olahraga dan harus diteliti parlemen setempat.

Setelah dilakukan perbaikan, FIFA pun menerima hasilnya, kemudian mencabut sanksi larangan bertanding terhadap Yunani. (dkk/jpnn).

Dftar beberapa negara yang pernah disanksi FIFA

1. Irak
Dihukum sementara FIFA pada 20 November 2009 dan selesai pada Maret 2010.

Penyebab: pemain dianggap seperti Ada intervensi pemerintah terhadap asosiasi

2. Nigeria

Disanksi 4 Oktober 2010 dicabut 8 Oktober

Penyebab : Menteri Olahraga Nigeria memulai liga tanpa menerapkan degradasi dari musim berikutnya dan melakukan intervensi. Setelah mendapatkan pemahaman, FIFA lekas-lekas mencabut sanksi untuk Nigeria.

3. Iran

Hukuman jatuh 23 November 2006 dan dicabut 19 Desember 2006.

Penyebab : Pemerintah memecat Presiden Federasi Sepakbola Iran (IRIFF) Mohammded Dadkan pasca-kegagalan timnas Iran pada Piala Dunia 2006.  Dalam hal ini Iran dianggap melanggar pasal 17 Statuta FIFA.

4. Kuwait

Disanksi 30 Oktober 2007 sampai 15 November.

Penyebab : adanya intervensi pemerintah dalam pemilihan ketua umum dan dewan direksi.

5. Ethiopia

Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) menjatuhkan sanksi pada Oktober 2008 sampai November 2008

6. Bosnia
Disanksi mulai 1 April 2011 sampai 31 Mei 2011

Penyebab : Memiliki tiga presiden asosiasi sepakbola ( NFSBH). Itu sebagai bentuk perwakilan dari tiga etnis utama di sana (Bosnian, Croatia dan Serbia)

7. Kamerun

Disanksi 4 Juli 2013 dan dicabut sanksinya 20 Juli 2013

Penyebab : sepak bola Kamerun tak menjalankan statuta dan ditambah konflik antara federasi dengan pemerintah.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Ratusan Juta Rupiah, Anggap seperti Anak Sendiri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler