jpnn.com - JEMBER - Belum hilang benar hiruk pikuk vonis dr Dewa Ayu Sasiary Prawan, 38 tahun, beserta dua koleganya yang dituding menjadi penyebab matinya Julia Fransiska Maketey, kini di Jombang sebuah keluarga menggelar protes di RSD dr Soebandi Jembar. Salah satu dokternya dituding melakukan malapraktik sehingga menyebabkan Wagiman Riyanto, 60, warga Jalan Manggis di Dusun Pondok Jeruk, Desa Wringin Agung, Jombang meninggal dunia.
Keluarga Riyanto meminta pertanggungjawaban dari pihak rumah sakit.
BACA JUGA: Kusta di Flores Timur Masih Tinggi
Namun, pihak RSD dr Soebandi Jember menegaskan, tindakan medis yang dilakukan dokter sudah sesuai dengan prosedur. Jadi, tidak ada malapraktik dalam penanganan medis terhadap Wagiman. Pihak RSD dr Soebandi mengungkapkan, Wagiman meninggal karena tidak tahan dengan bius yang diberikan dokter.
Keluarga korban yang Senin (2/12) datang ke rumah sakit adalah Asmani, adik Wagiman; serta Taufik Hidayat dan Indra Yustanti yang merupakan anak Wagiman. Mereka bermaksud untuk menemui pihak RSD dr Soebandi.
Namun, karena hampir seluruh direktur dan dokter sibuk, mereka harus datang lagi pada Rabu (4/12). Kepada para wartawan, keluarga Wagiman menerangkan kejadian yang terjadi pada 29 Oktober, tepatnya saat Wagiman datang ke rumah sakit.
''Saat datang, Ayah masih sehat. Bahkan, sempat naik sepeda motor ke Jember,'' ujar Indra. Dia menyatakan bahwa ayahnya didiagnosis menderita prostat dan harus menjalani rawat inap. Sebab, keesokannya, ayahnya akan menjalani operasi.
Sebelum operasi, Wagiman menjalani berbagai pemeriksaan medis dan dinyatakan sehat. Wagiman naik ke meja operasi pada Senin 30 Oktober. Tidak berselang lama setelah naik ke meja operasi, Wagiman malah dilaporkan mengalami kejang-kejang. ''Saya kaget, padahal belum 15 menit masuk ruang operasi,'' tuturnya.
Setelah mendapat perawatan dokter, Wagiman tampak lebih tenang, namun tetap tidak stabil. Saat itu dokter memutuskan untuk tidak melanjutkan operasi. Kondisi Wagiman yang mengkhawatirkan tersebut ternyata berlanjut hingga harus menjalani perawatan intensif di ICU.
Namun, takdir berkata lain. Setelah dirawat selama tujuh hari di ICU, Wagiman meninggal. Hal itulah yang membuat keluarga Wagiman tidak bisa menerima masalah itu dan meminta pertanggungjawaban rumah sakit. ''Padahal, saat datang, dia sehat-sehat saja. Tapi, dia memang memiliki penyakit prostat,'' ungkap Asmani, adik Wagiman.
Humas RSD dr Soebandi Jember dr Justina Evy membenarkan adanya laporan dari pihak keluarga almarhum Wagiman Riyanto. ''Iya, sejak awal mereka komplain. Tapi, kami sudah memberikan penjelasan,'' tegasnya.
Yang dilakukan dokter di rumah sakit saat operasi, tambah dia, juga sudah sesuai dengan prosedur. Yaitu, diawali dengan pemberian bius kepada pasien. Bius dilakukan secara lokal dari pusar ke bawah karena yang dioperasi adalah bagian prostat. ''Tapi, pasien itu tidak tahan dengan obat bius,'' ucapnya.
Dia menuturkan, semestinya pasien mengalami mati rasa. Tapi, dia malah mengalami reaksi berlebihan hingga terjadi kedutan di pantat. Reaksi tersebut kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Hal itulah yang dianggap Evy di luar kendali manusia. (ram/har/tia/mas)
BACA JUGA: Proyek Tol Merusak 143 Rumah
BACA JUGA: Waspada, Ada Narkoba Berbentuk Perangko dan Kapsul
BACA ARTIKEL LAINNYA... 41 Nama Warga Meninggal Masuk DPT
Redaktur : Tim Redaksi