jpnn.com - PONTIANAK – Rumor akan terjadinya rush money di Indonesia, termasuk Kalimantan Barat, ternyata cuma isapan jempol.
Otoritas Jasa Keuangan mengonfirmasi bahwa penarikan uang secara massal dari perbankan tidak terjadi di Kalbar.
BACA JUGA: Harga Batu Bara Ambruk, Properti Masih Terpuruk
“Kami bersyukur ternyata tidak ada terjadi. Ini mencerminkan masyarakat memercayai lembaga keuangan kita khususnya di perbankan untuk menyimpan uang,” ujar Kepala Perwakilan OJK Kalbar, Asep Ruswandi, Senin (12/12).
Asep mengatakan, nasabah memboikot bank karena sentimen tertentu terhadap pemegang saham atau pemilik perbankan dianggap tak berdasar.
BACA JUGA: HEXIM dan EDC Terlibat di 8 Pembangkit Listrik Mobile PLN
Dia menjelaskan, yang paling dirugikan masyarakat secara umum. Karena keberadaan bank diperuntukkan bagi masyarakat.
“Tentu ini akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian kita bila ada aksi semacam itu,” katanya.
BACA JUGA: 2017, Tambah Lima Jalur Tol Laut
Dia mengakui, suatu bank tentu tidak terlepas dari pemilik saham.
Namun, dalam sistem perbankan, uang yang disimpan bukanlah milik pemegang saham, melainkan masyarakat.
“Perkara bank itu dimiliki satu-dua orang dan sebagainya, itu hanya faktor lain. Tapi bank ini adalah tempat menyimpan dana masyarakat. Unsur pemilik di bank hanya sebagian kecil. Yang kita adanya CAR atau dana pemegang saham terhadap aset bank, itu kecil. Misalnya 20 persen, berarti 80 persennya milik rakyat. Jadi kalau bank itu rusak, yang rugi rakyat,” paparnya. (ars/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kimia Farma Bangun Pabrik Garam Senilai Rp 76 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi