jpnn.com - JAKARTA - Belakangan ini harga solar bersubsidi yang tetap bertahan meski harga minyak dunia merosot, tengah jadi sorotan banyak pihak. Bahkan mulai muncul dugaan bahwa harga solar bersubsidi saat ini sudah lebih mahal dari solar untuk keperluan industri yang tidak disubsidi.
Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Mohammad Reza Hafiz pun berpandangan ada yang tidak beres dengan harga solar di tanah ait. Menurut dia, faktanya secara kalkulasi harga BBM pada masyarakat dijual dengan harga yang tidak wajar.
BACA JUGA: Ini Janji Pemerintah untuk Program Perumahan
Bukti ketidakwajaran itu, ujar Reza, adalah harga solar di Indonesia lebih mahal daripada Malaysia. Padahal, kualitas bahan bakar di Malaysia lebih baik daripada Indonesia.
"Per Januari ini harga solar Malaysia ada di kisaran Rp 5.200 sedangkan solar subsidi di Tanah Air Rp 5.650 per liter dan nonsubsidi Rp 8.050 per liter," ungkapnya kepada wartawan, Jumat (22/1).
BACA JUGA: Anggap Pengadaan Pelindo II Sesuai Aturan
Menurutnya, masalah ini tidak boleh dianggap enteng. Pasalnya, solar adalah barang yang sangat penting baik bagi masyarakat secara umum maupun bagi industri.
Karenanya, dia berharap harga bahan bakar ini tetap dijaga dalam kondisi terjangkau banyak pihak
BACA JUGA: Harga Daging Sapi Meroket, Mahal Banget
“Dari segi sektoral, memang solar yang jadi bahan baku industri saat ini sudah seharusnya turun agar industri manufaktur tetap bisa tumbuh untuk menyokong perekonomian yang disertai penyerapan tenaga kerja. Namun yang terjadi banyak permainan harga,” pungkasnya
Dia menambahkan, harga untuk jenis solar saat ini sudah menyentuh harga USD 40 per barel, yang artinya jika dirupiah dan diliterkan, harga keekonomian solar berdasarkan MOPS adalah Rp 3.500/liter (belum termasuk biaya pengangkutan dan pajak).
Berdasarkan asumsi itu maka dapat dismpulkan bahwa harga solar non subsidi di Indonesia berkisar di harga Rp 4.370-Rp 4.500 per liter. Padahal, harga solar bersubsudi saat ini adalah Rp 5750 per liter, dengan kata lain lebih mahal Rp 1380 dari yang tidak disubsidi. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Ahli: Pengadaan Adalah Hak Direksi
Redaktur : Tim Redaksi