Takut Bocor, Uang untuk Bepergian Tak Diambil di Awal

Jumat, 10 Desember 2010 – 08:08 WIB
Foto : JPPhoto

Sebulan penuh tim investigasi yang diketuai advokat Refly Harun menelusuri jejak suap yang dicurigai mengarah ke salah satu hakim di Mahkamah Konstitusi (MK)Kemarin (9/12) hasil kerja itu dibeber di depan wartawan

BACA JUGA: Gandeng Dokter dan Rumah Sakit untuk Gratiskan Operasi

Inilah kisah seputar upaya penelusuran tersebut


==============================
  AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
==============================

WAJAH Refly terlihat tegang

BACA JUGA: Harry A Poeze, 4 Dasawarsa Memecahkan Misteri Tan Malaka

Itu terjadi seusai acara jumpa pers di lantai 2 gedung MK, kemarin (9/12)
Beberapa temannya sesama anggota tim investigasi, seperti Bambang Widjojanto, Saldi Isra, dan Adnan Buyung Nasution, sudah bergeser meninggalkan ruang itu.
   
Ketika ditanya wartawan lebih jauh seputar hasil jumpa pers itu, Refly beberapa kali menghela napas sebelum menjawab pertanyaan

BACA JUGA: Ada Rumput Sintetis untuk Buang Kesan Mengerikan

Dia mengaku sangat kaget dengan pernyataan Ketua MK Mahfud M.Dyang dalam jumpa pers itu secara jelas menyebut nama-nama pihak yang diindikasi terlibat penyuapan
   
Refly jelas terpukul karena orang-orang yang berupaya menyuap hakim di MK adalah kliennya"Kesepakatannya (dengan Mahfud), nama-nama tidak disebut jelasSaya juga kaget mengapa disebut semuanya," ujarnya.
   
Nama Refly memang masuk dalam sejarah panjang di MKPada kurun 2003?2007 dia menjadi staf ahli di sanaSelain aktif di Centre for Electoral Reform (Cetro), dia kerap mendampingi orang-orang yang beperkara di MKKhususnya mereka yang terlibat sengketa pilkada

Tulisan dia di sebuah harian nasional, kata dia, dipicu oleh pernyataan Mahfud bahwa MK bersih 100 persen dari makelar kasus"Ada rasa gemas saat mendengar pernyataan itu," katanya.

Refly mengatakan menulis itu karena kewajiban moralDia juga bersikukuh bahwa dirinya bisa membuktikan kalau MK tidak benar-benar bersihMasih ada oknum di dalamnya yang terbukti bermain kendati tidak sampai kepada hakim konstitusi"Kalau Pak Mahfud mengatakan MK bersih, MK itu siapa? MK itu hakim konstitusi atau semua karyawan, staf, yang ada di MK? Kalau MK adalah hakim konstitusi, memang itu tidak terbuktiTapi, kalau staf dan karyawan, kita tahu sendiri akhirnya," ujarnya.
   
Bambang Widjojanto menambahkan, kerja keras tim patut diapresiasiMenurut dia, ini adalah kali pertama lembaga negara meminta pihak di luar untuk menyelidiki internalnya"Ini merupakan bentuk akuntabilitas yang harus diapresiasi," katanya.

Bambang menuturkan, sebulan penuh tim bekerja secara maksimalMereka mendatangi sejumlah saksi hingga ke daerah-daerahMenurut Bambang, karena semua anggota berlatar belakang akademis, mereka harus memaksakan diri menjadi "detektif partikelir"

Saldi Isra, misalnyaDosen hukum di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, itu sampai harus mengonfirmasi sopir bupati Simalungun, Sumatera Utara, bernama Purwanto yang diduga menjadi kurir duit suap ke hakim konstitusi Akil Mochtar"Kami juga harus ke daerah-daerah di Jawa Barat dan daerah di Sumatera lainnya," katanya.
   
Dia mengakui adanya kesulitan dalam menjalankan tugas tersebutSebab, kata Bambang, kepakaran anggota tim justru di bidang akademisUrusan menyelidiki bukan keahlian mereka"Pak Saldi adalah profesorBang Buyung (Adnan Buyung Nasution, Red) malah profesornya dari luar negeriRefly prof juga, tapi provokator," ujar Bambang lantas terkekeh

Advokat berewok itu menambahkan, sebulan penuh melakukan penyelidikan, tim harus benar-benar menjaga agar teknis investigasi tidak bocor ke publikKarena itu, mereka selalu enggan setiap kali diminta berbicara ke mediaDia khawatir, jika bocor ke media, para saksi dan pihak terkait bakal lari dan tidak mau dimintai keterangan"Lebih baik mana, publik mengetahui, tapi kita tidak dapat apa-apa, atau publik tidak tahu, tapi dapat apa-apa," ujar aktivis HAM itu.
   
Itu pula yang menjadi alasan mereka memilih Saldi Isra sebagai juru bicaraSebab, posisi Saldi yang ada di Padang membuat dia jarang dihubungi mediaSaldi juga relatif tidak "bocor" daripada anggota tim lainnya"Kalau saya, Bang Buyung, ditanya wartawan, gampang bocorKalau Pak Saldi, menghubungi saja susah di sana," ujarnyaSaldi yang duduk di samping Bambang pun terkekeh.
   
Upaya merahasiakan investigasi itu bahkan sampai pada urusan ongkosSK pengangkatan tim memang memberi mereka semua fasilitas yang dibutuhkanTermasuk biaya perjalanan untuk mendatangi para saksiNamun, tim sengaja tidak meminta duit dulu ke MKItu agar perjalanan mereka tidak terdeteksi, bahkan oleh MK sendiriSetelah penyelidikan rampung, mereka baru meminta ongkos ganti ke MK.
   
Mereka juga berupaya agar hasil penyelidikan benar-benar jernihTidak terpengaruh oleh subjektivitas orang per orangKarena itu, tim membuat aturan bahwa dalam menghubungi seseorang via telepon, mereka harus didampingi seorang anggota timAturan lebih berat jika mewawancarai saksiMinimal tiga anggota yang melakukannya.
   
Tim, imbuh Bambang, menggunakan strategi penyelidikan melingkarMereka tidak langsung mengonfirmasi pihak yang dianggap terlibatOrang-orang yang mengetahui kasus ditanyai lebih dulu baru menyerang sasaran"Ini strategi Bang Buyung," ujarnya.
   
Bambang mengakui, banyak kelemahan dalam timSelain soal kewenangan, juga personelSebab, semua anggota memiliki konflik kepentinganSebab, hampir semua anggota pernah beperkara di MKMulai kasus judicial review alias uji materi hingga sengketa hasil pilkadaAda yang pernah jadi pengacara hingga saksi ahli"Semuanya berkepentinganTermasuk saya," katanya.(c2/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengunjungi Gayus Tambunan di Rumah Tahanan Cipinang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler