Takut Indonesia Dipimpin Orang Otoriter

Kamis, 26 Juni 2014 – 15:31 WIB
Nusron Wahid memberikan penjelasan pada acara konferensi pers tentang pemecatan 3 Politisi Golkar oleh DPP Partai GOlkar di Senopati Suites Apartement, Jakarta, Selasa (24/6). JPNN.com

jpnn.com - Politikus Partai Golkar Nusron Wahid harus menerima konsekuensi atas pilihan politiknya. Dukungannya kepada pasangan calon presiden (capres) Nomor Urut 2, Joko Widodo-Jusuf Kalla yang tak segendang sepenarian dengan Golkar karena mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa telah membuat partainya murka.

Tak tanggung-tanggung, sanksi pemecatan langsung dijatuhkan kepada Nusron dan kedua rekannya, Poempida Hidayatulloh dan Agus Gumiwang. Ketiganya dipecat karena tidak mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, pasangan capres yang direstui Partai Golkar.

BACA JUGA: Agar Atmosfir Olimpiade Biologi Mewabah ke Sekolah

Pemecatan tersebut tanpa kompromi atau peringatan sebelumnya. Padahal, Nusron adalah calon legislatif (caleg) DPR RI dari Partai Golkar yang meraih suara terbanyak pada pemilu legislatif bulan April 2014 lalu.

Kepada wartawan JPNN Mohammad Adil, Nusron mengaku tak khawatir dengan sanksi yang diberikan Golkar. Ketua GP Anshor ini bahkan makin mantap untuk mendukung Jokowi-JK. Baginya, kehilangan jabatan lebih baik dibandingkan mendapatkan pemimpin yang otoriter.

BACA JUGA: Saya Siap Jadi Herder Jokowi

Berikut hasil wawancara dengan Nusron Wahid yang ditemui di Senopati Suites Apartment, Selasa (24/6) malam.

Pernah kepikiran bakal dipecat karena dukung Jokowi-JK?

BACA JUGA: Terbiasa Jarak Jauh

Saya kalau cuma jabatan nggak pernah takut, ngapain? Saya lebih takut negara ini dipimpin orang otoriter, tidak reformis.

Sebagai caleg nasional Partai Golkar peraih suara terbanyak, bagaimana perasaan Anda diperlakukan seperti ini?

Nggak kaget saya, biasa aja. Kalau liat orang-orangnya model begini nggak kaget saya, biasa.

Ada kader yang terindikasi korupsi tidak dipecat. Tapi Anda hanya karena urusan dukungan dipecat?

(Tertawa) Ya, itulah politik, itulah Golkar. Artinya belum ada reformasi di dalam internal partai.

Itulah concern kami, di Indonesia ini ada reformasi ekonomi, ada reformasi birokrasi, ada reformasi TNI, ada reformasi macam-macam, yang nggak ada hanya reformasi politik. Buktinya orang yang punya prinsip tidak dihargai, orang bermasalah malah dilindungi.

Kenapa sampai begitu ngotot mendukung Jokowi-JK sampai mengorbankan posisi di partai?

Kami anak muda, saya ini aktivis 98 bos. Saya ikut terlibat dalam (reformasi) 98. Tidak mungkin terpikir oleh saya mengembalikan negara ini ke dalam alam otoritarian.

Ada kekurangan-kekurangan dalam era reformasi, ya, mari kita perbaiki bersama. Tapi sekarang masih lebih baik daripada zaman otoriter.

Menurut Anda apakah ada pengaruh dari koalisi dalam keputusan pemecatan yang dilakukan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie?

Feeling saya, ada feeling saya, ya kira-kira begitulah. Namanya koalisi kan pasti nuntut itu, abu-abu, "tolong tertibin dong"

Bagaimana tanggapan kader di akar rumput dan teman-teman di Golkar lainnya melihat pemecatan ini?

Banyak yang marah, karena ini kebijakan yang otoriter, tidak demokratis.

Jadi pemecatan ini justru melecut semangat Anda untuk mendukung Jokowi-JK?

Ya, sangat.

Apakah dengan pemecatan ini, para kader bisa bersatu melengserkan Aburizal dari kursi ketua umum Partai Golkar?

Kalau itu urusan nantilah, yang penting menang dulu, reformasi biar jalan. (***)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tunjangan Guru Rp 4 Juta Per Bulan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler