jpnn.com, JAKARTA - Pelaksanaan Pemilu 2019 tinggal hitungan hari. Ada rasa khawatir dari sejumlah pengusaha akan terjadi kerusuhan. Mereka pun memilih meninggalkan Indonesia.
Bahkan tidak sedikit pengusaha memboyong keluarganya ke luar negeri untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
BACA JUGA: Survei SCG di Surabaya - Sidoarjo: NasDem Bakal Pecah Telur Kursi DPR
BACA JUGA: Wiranto Tegaskan Pemerintah Indonesia tak Larang Pemantau Asing
Banyaknya warga negara Indonesia (WNI) yang ke luar negeri saat Pemilu 2019 diakui oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto.
BACA JUGA: Jelang Pemilu, Puskapkum Terbitkan Buku Tentang Politik Hukum Era Jokowi
Wiranto mengatakan, WNI yang meninggalkan Indonesia sebelum hari pencoblosan termakan isu hoaks yang menyebut Pemilu 2019 berpotensi chaos.
Menurut Wiranto, banyaknya WNI yang meninggalkan Indonesia pada saat Pemilu 2019 diketahui dari data pemesanan tiket keluar negeri.
BACA JUGA: Terus Persoalkan DPT dan IT KPU, Amien Mengaku Tak Mendelegitimasi Pemilu
BACA JUGA: Saat Dua Jenderal 'Musuh Bebuyutan' Bertemu, Kivlan Zen Semprot Wiranto
“Tadi saya cek berapa sih tiket sebelum pemilu yang sudah terjual ke luar negeri, ternyata cukup banyak,” ujar Wiranto dalam pidatonya di acara Penyerahan Sertifikat HKI dan Akta Pendirian Badan Hukum kepada Pelaku Ekonomi Kreatif di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (8/4/2019).
Wiranto mengatakan, pemerintah telah melakukan segala cara untuk meyakinkan bahwa Pemilu 2019 aman, sehingga beberapa WNI akhirnya membatalkan kunjungannya ke luar negeri sebelum hari pencoblosan.
“Ada beberapa teman berencana ke luar negeri sebelum pencoblosan karena percaya hoaks dan takut. Tetapi banyak mereka yang sudah membatalkan diri. Kemarin di Jakarta saya juga sudah mengumpulkan pengusaha, saya jelaskan masalah ini, dan mereka membatalkan pergi ke luar negeri,” katanya.
Menurut Wiranto, kondisi politik dalam negeri jelang pencoblosan, hal lumrah. Tapi, tensi politik tidak boleh dijadikan dasar untuk berkonflik dan bertempur.
BACA JUGA: Pernyataan Wiranto Bikin Golput Makin Subur
Meski demikian, Wiranto tetap meminta semua pihak agar kondisi ini tidak dijadikan alasan untuk berkonflik.
“Saya ini kan ikut pemilu enggak baru sekarang saja, sudah dari 1999 dulu, sebagai Panglima TNI juga sudah memutuskan untuk netral. Kalau kemudian politik saat ini jadi panas jelang pemilu, itu hal biasa,” ujarnya.
Mantan Ketua Umum Partai Hanura ini menjelaskan, apabila ada perbedaan pendapat dan referensi politik di masyarakat, tak perlu dirisaukan. Tapi, persatuan harus tetap terjaga dengan saling menjaga kemananan, agar tak menimbulkan konflik.
“Ada perbedaan itu biasa. Tapi tidak perlu kondisi politik panas sampai meledak. Kita harus saling menjaga dan pemilu kan ajang untuk memilih pemimpin, bukan mengadu pemimpin,” papar Wiranto.
Kondisi politik panas, lanjutnya, perlu dinetralisir dengan kesadaran masyarakat bahwa pemilu menjadi momen untuk bersatu. Hal itu, selalu ia ungkapkan ketika memberikan pidato di sejumlah acara.
Wiranto meminta masyarakat tak perlu bertengkar hanya karena perbedaan referensi politik. Yang terpenting adalah memilih pemimpin terbaik berdasarkan pengalaman dan jejak kepemimpinanya.
“Enggak perlu kita bertempur, apalagi berperang. Yang ada itu kita hanya memilih pasangan terbaik, kan sudah ada calonnya, tinggal dipilih mana punya pengalaman dan jejak kepemimpinanya serta kompetensi,” tandas Wiranto. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... HKBP Gelar Doa Pemberangkatan Calon Anggota Legislatif
Redaktur : Tim Redaksi