Tali Putus, Penerjun Mendarat di Semak-Semak

Sabtu, 21 September 2013 – 01:51 WIB

jpnn.com - ACARA penutupan Festival Derawan yang dihadiri Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta serta Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) Hermanto Dardak, Anggota Komisi V DPR RI Hetifah, dan Wakil Gubernur Kaltim Farid Wadjdy, berjalan kurang lancar.

Acara yang dipusatkan di Lapangan Pemuda Tanjung Redeb Kaltim kemarin menyuguhkan hiburan live music serta atraksi terjun payung yang diperagakan 12 penerjun payung dari personel TNI Angkatan Udara (AU) serta Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) yang terbang menggunakan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia, dari Jakarta serta Jogjakarta.

BACA JUGA: Pelabuhan Merak Rawan jadi Akses Narkoba

Awalnya, seluruh rangkaian kegiatan berjalan lancar. Masyarakat yang memadati tempat acara, cukup terhibur dengan penampilan artis ibu kota yang membawakan beberapa lagu yang membuat masyarakat ikut bergoyang. Baru di puncak acara hiburan dengan menyuguhkan atraksi terjung payung, insiden kecil yang bisa berakibat fatal terjadi.

Dari 12 penerjun payung, hanya 11 penerjun yang berhasil mendarat dengan sempurna di tengah-tengah Lapangan Pemuda. Satu dari mereka terpaksa mendarat darurat di tengah semak-semak yang ada di sekitar Lapangan Pemuda, tepatnya di belakang kantor Dinas Pemuda dan Olahraga dan kantor UPTD Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kaltim.

BACA JUGA: Jembatan Trans Kalimantan II Hanya Wacana

Hanya karena persiapan yang kurang matang, Jalu Mustafa harus mendarat darurat. Ya, dari penuturan anggota Mataram Sport Parachuting Club  itu, tak berfungsinya salah satu tali kemudi terjung payunglah yang membuatnya harus mendarat darurat di semak-semak. "Kemudinya putus. Tali kirinya putus, jadi tidak bisa dikendalikan dan hanya berputar-putar saja di udara," kata Jalu usai melakukan pendaratan darurat.

Untungnya, Jalu tak mendapat cedera serius atas insiden itu. "Sebenarnya sudah dicek semua kesiapannya. Semua sudah siap, cuma pas terjun, tiba-tiba tali kiri putus. Jadi semenjak terjun itu sudah tidak bisa mengendalikan parasut," ujar dia.

BACA JUGA: Berharap tak Ada Aksi Anarkis

Jalu yang bertolak dari Jogjakarta bersama-rekan-rekan penerjun lain yang bertolak dari Bandar Halim Perdana Kusuma, Jakarta, mulai terjun di atas ketinggian 6.500 kaki. Pria yang belum genap sebulan mempersunting pujaan hatinya itu, tak memiliki firasat apapun sebelum terjadinya insiden itu.

Ia juga mengaku sengaja memilih lahan kosong di belakang kantor Dispora dan UPTD DPU Kaltim sebagai tempat pendaratan darurat, dengan mempertimbangkan besarnya risiko cedera jika ia memaksa untuk mendarat di Lapangan Pemuda yang berkonstruksi aspal. "Jadi memang saya sasarkan ke sini (lokasi pendaratan darurat, Red.).  Kalau mendarat di aspal, justru risikonya lebih besar. Malah, awalnya saya mau masukkan ke air sana (Sungai Segah, Red.), tapi takutnya dalam, bahaya juga," ungkap pria asal Solo, Jawa Tengah, itu.

Ini juga menjadi pengalaman pertamanya dalam 10 tahun dirinya mengeluti olahraga ekstrem itu. "Untungnya tidak ada apa-apa," pungkas Jalu yang kemudian dibimbing panitia penutupan Festival Derawan untuk beristirahat sejenak di tepi Jalan Pemuda, sambil menunggu aparat TNI yang membantu membebaskan parasutnya yang tersangkut di pohon.

Insiden ini juga sempat menjadi tontonan tersendiri bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang penasaran ingin memastikan apakah kondisi Jalu benar-benar tidak mengalami cedera yang serius. Termasuk bagi tamu dan undangan yang menghadiri acara penutupan Festival Derawan di panggung kehormatan. Rasa penasaran terlihat dari raut wajah tamu dan undangan yang berharap Jalu tetap selamat walau melakukan pendaratan darurat. (fir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Byar-Pet Terus, Dirut PLN Minta Maaf


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler