Tambang Batu Bara Meledak, Semua Agenda Hiburan Dibatalkan

Sabtu, 22 Desember 2018 – 19:25 WIB
Tim SAR mencari para pekerja tambang yang terjebak di Karvina. Foto: Reuters

jpnn.com, PRAHA - Tambang batu bara di Karvina, wilayah barat daya Republik Ceko, meledak pada Kamis (20/12). Sedikitnya 13 pekerja tewas.

Insiden yang dipicu gas metana itu memaksa Perdana Menteri (PM) Polandia Mateusz Morawiecki terbang ke lokasi kejadian. Sebab, sebagian besar korban tewas adalah warga negara Polandia.

BACA JUGA: Setahun 375 Kecelakaan Maut di Tambang Tiongkok

Associated Press melaporkan, 12 di antara total 13 korban tewas berkewarganegaraan Polandia. Mereka adalah buruh migran yang bekerja di pertambangan. Satu korban tewas lainnya adalah penduduk Ceko.

Selain merenggut 13 nyawa, insiden itu mengakibatkan 10 orang lainnya terluka. Kini para korban luka dirawat di rumah sakit.

BACA JUGA: Ini Hasil Kunjungan Kerja Gubernur NTB ke Polandia

Ivo Celechovsky, jubir perusahaan tambang batu bara OKD, menjelaskan bahwa ledakan terjadi sekitar pukul 17.00 waktu setempat. ''Pusat ledakan berjarak 8 meter dari permukaan tanah,'' terangnya.

Setelah terdengar ledakan, OKD menghentikan aktivitas pertambangan. Seluruh pekerja dievakuasi. Namun, tetap saja ada korban jiwa. Diduga, masih ada korban yang terjebak di dalam tambang. Namun, karena kebakaran akibat ledakan belum padam, tim penyelamat sulit melakukan pencarian.

BACA JUGA: NTB Jajaki Kerja Sama dengan Provinsi Kujawsko-Pomorskie

''Tim tidak bisa maju karena api membuat penglihatan mereka terbatas,'' ujar Managing Director OKD Boleslav Kowalczyk kepada CNN.

Atas insiden tersebut, Presiden Polandia Andrzej Duda langsung menetapkan Minggu (23/12) sebagai hari berkabung nasional. Bendera setengah tiang akan dikibarkan di seluruh penjuru negeri.

Selain itu, pemerintah bakal membatalkan seluruh agenda hiburan. ''Pada saat yang sulit seperti ini, kami ingin menunjukkan solidaritas sebagai negara,'' ujar Morawiecki.

Otoritas pertambangan Ceko akan menyelidiki penyebab insiden tersebut. Boshulav Machek, jubir lembaga yang berwenang, menyebutkan bahwa level gas metana di tambang itu hampir mencapai 5 kali lipat dari ambang batas yang diperbolehkan.

Insiden tersebut merupakan kecelakaan pertambangan terburuk sejak 1990. Saat itu gas metana memicu ledakan dan menyulut kebakaran. Akibatnya, 30 pekerja tambang tewas. (bil/c14/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemprov NTB Kirim 150 Penerima Beasiswa S2 ke Polandia


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler