Tanah Bergeser, 156 KK Tinggalkan Rumah

Senin, 30 November 2015 – 08:47 WIB
Ilustrasi.dok.JPNN

jpnn.com - LIMAPULUH KOTA – Sejumlah nagari di Kecamatan Payakumpuh dilanda bencana akibat curah hujan yang tinggi sejak beberapa hari terakhir hingga, Sabtu (28/11) malam.

Di Jorong Pabatungan, Nagari Taeh Bukik, Kecamatan Payakumbuh, tanah di kawasan pemukiman bergerak hingga merusak sekitar 20 unit rumah warga.

BACA JUGA: Pulang Sekolah Selalu Ditemani Paman, Kini Hamil Tujuh Bulan

Sementara di Nagari Taeh Baruah, sungai Batang Muaro meluap hingga menggenangi 4 unit rumah warga dan dua sekolah, kemudian di Nagari Maek, longsoran tanah menimbun badan jalan.

Di Nagari Taeh Bukik yang mengalami pergeseran tanah, memaksa sekitar 700 orang warga atau sekitar 156 Kepala Keluarga yang berada di Jorong Pabatungan untuk meninggalkahn rumah mereka.

BACA JUGA: Misteri Rentetan Pembacokan Beruntun, Aksi Balas Dendam Tanpa Akhir

Tanah pemukiman di lereng perbukitan itu, terus bergerak akibat tanah yang labil dan diguyur hujan lebat sejak beberapa hari terakhir.

"Saat ini rumah warga yang rusak berat akibat pergeseran tanah tersebut sekitar 20 rumah yang rusak parah. Kita mengimbau agar masyarakat di Jorong Pabatungan agar meninggalkan pemukimannya untuk mencari tempat yang lebih aman,"terang Walinagari Taehbukik, Kardimus Datuak Pangulu Bosa, kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Minggu(29/11) kemarin.

BACA JUGA: Sudah Pernah Masuk Penjara, Kok Nggak Kapok Maling, Ya Gitu Deh

Menurut Walinagari Taeh Bukik, pergerakan tanah memiliki kemungkinan yang besar untuk mengami pergerakan, apalagi jika kembali di guyur hujan lebat. Kondisi tanah yang labil, terlihat dari Labuahsilang hingga ke Aiesongsang. Sehingga dinilai bakal sangat beresekio jika warga tetap menampati lokasi tersebut.

Saat ini warga menumpang di rumah-rumah milik warga ainnya di jorong-jorong yang aman di Nagari Taeh Bukik. Sementara Pemerintah Nagari bersama Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempersiapkan Tenda untuk warga yang mengungsi.

Namun hingga kemarin, kata Walinagari, warga belum menempati sekitar 5 unit tenda yang disediakan. Sebab belum mencukupi dan belum ada sarana pendukung seperti dapur umum dan tempat untuk istirahat. "Sementara warga masih menumpang dirumah famili atau kerabatnya di jorong-jorong tetangga," ungkap Walinagari.

Hingga, Minggu sore kemarin, Walinagari masih menunggu peralatan dan kebutuhan untuk para pengungsi dari Dinsosnakertrans dan BPBD. Sehingga tempat pengungsian bagi warga Jorong Pabatungan bisa menempati tempat sementara.

Tidak hanya di Taehbukik,  bencana juga melanda Nagari Taehbaruah. Dinagari ini, sungai Batang Muaro meluap hingga menggenangi sekitar 4 unit rumah warga di Jorong Dalam Koto, kemudian merendam  satu sekolah Taman Kanak-Kanak dan SDN 05 Taehbaruah di Jorong Kubu Gadang sejak sekitar pukul 21.00 WIB, Sabtu(28/11) malam.

Ketinggian air luapan sungai  hingga selutut orang dewasa itu, menggenangi rumah, El Kincia, 37, Suma, 58 dan Fera di Jorong Dalam Koto. Kemudian di Jorong Kubugadang, luapan air merendam rumah milik, Marwandi, rumah Ibu Renomulia, rumah Pak Bari dan  rumah Dahlia Rizki.    

"Kita belum menghitung kerugian, namun yang pasti tidak ada korban jiwa. Hanya saja sejumlah kolam ikan meluap ikannya dan sekitar 15 hektar sawah di Baruah Boncah Jorong Kotopuji terancam gagal panen, sebab sudah terndam air," ungkap Walianagari Taeh Baruah, Syafri, Minggu malam.

Selain pergeseran tanah dan luapan air di Taeh Baruah dan Taeh Bukik, bencana juga mengintai, Nagari Maek, Kecamatan Bukikbarisan. Jalan strategis Provinsi di kawasan pendakian Bukiktopuang, tertimbun longsor sepanjang hampir 20 meter, Sabtu(28/11) malam sekitar pukul 20.30 WIB kemarin.

"Tebing di sisi jalan semat menimbun badan jalan kemarin malam, kondisi ini sempat membuat akses transportasi warga terputus. Nam un beruntung pembersihan jalan segera dilakukan. Saat ini kiondisinya sudah bisa dilewati. Hanya saja masih beresiko terjadi longsor, karena didinding tebing jalan terllu curam," ungkap Bisron Hadi, salah seorang warga Nagari Maek, kemarin.

Benar-benar dikepung bencana, selain di Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan Bukikbarisan, bencana juga terjadi di Kecamatan Pangkalan Kotobaru. Luapan sungai di Nagari Pangkalan, memutus ruas hubungan transportasi antar Provinsi Sumbar dan Riau hingga 6 jam. Karena ketinggian genangan air akibat luapan sungai mencapai tinggi satu meter lebih.  

"Seikitar 70 unit rumah terendam banjir dan sejak tadi pagi hingga siang kendaraan tidak bisa melewati jalur Sumbar-Riau ini. Setidaknya ada sekitar 6 jam terputus. Namun sekarang sudah menyusut, mudah-mudahan debit air tidak kembali meningkat," terang Camat Pangkalan Koto Baru, Andri Yasmen, kemarin. (fdl/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peringati HMPI, NTT Tanam 3 Juta Pohon


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler