Tanaman Hias Indonesia Berpeluang Merebut Pasar Dunia  

Rabu, 09 November 2022 – 19:39 WIB
Seorang tur guide sedang menerangkan salah satu jenis tanaman hias di Grace Rose Farm atau Kampung Mawar Resto, Jalan Kolonel Mastruri No 305, Kertawangi, Kabupaten Bandung Barat. Foto Nur Fidhiah Shabrina/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekspor tanaman hias (florikultura) Indonesia ke berbagai negara meningkat signifikan sejak pandemi Covid-19.

Peluang ekspor kian terbuka saat situasi krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina yang menekan pebisnis florikultura di Eropa.

BACA JUGA: Jakarta Plant Market: Semaraknya Kontes Tanaman Hias di Ragunan

Menurut data Badan Pusat Stastistik (BPS), ekspor tanaman hias Indonesia pada  2021 mencapai 20.300 ton.

Volume ekspor meningkat 11,5% atau 2.100 ton dibandingkan ekspor tahun 2020. Peningkatan juga terjadi pada nilai ekspor, dari US$ 19,9 juta pada 2020 menjadi US$21,9 juta pada 2021 alias meningkat 10 persen.

BACA JUGA: Pelaku Usaha Perlu Tahu Persyaratan Penting untuk Ekspor Tanaman Hias

Menurut Direktur Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, peningkatan ekspor berlanjut tahun ini.

Hal itu terlihat dari tingginya jumlah Surat Izin Pengeluaran (SIP) yang diajukan kepada Kementerian Pertanian.

BACA JUGA: Petani Milenial Bogor Kembangkan Tanaman Hias Berdaun Indah, Diminati Hingga Mancanegara

Pada 26 Oktober 2022 saja, kata dia, pihaknya menandatangi permintaan ekspor dari 37 perusahaan.

Ekspor oleh 37 perusahaan itu mencapai Rp17 miliar. "Tujuan ekspor beragam. Ada Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Polandia, Belanda, China, Arab Saudi, hingga Irak," kata Prihasto belum lama ini.

Prihasto meminta pelaku usaha tanaman hias menggenjot ekspor, terutama di tengah krisis akibat perang Rusia-Ukraina.

Menurut dia, saat ini momentum bagi pelaku usaha tanaman hias untuk merebut pasar global.

Alasannya, pasokan tanaman hias berkurang karena banyak pebisnis di Eropa memangkas produksi dan bahkan gulung tikar.

Sejauh ini, pasar tanaman hias global dikuasai oleh negara-negara Eropa. Belanda menduduki peringkat nomor satu eksportir tanaman hias pada 2019 dengan penguasaan pasar mencapai 47 persen.

Indonesia, kata Prihasto, hanya berada di peringkat 47, kalah dari Malaysia yang menduduki urutan ke-17 dan Thailand di peringkat 19.

"Pelaku usaha di Eropa memerlukan gas dari Ukraina atau Rusia untuk operasional greenhouse. Sementara harga gas naik berkali-kali lipat. Situasi ini harus kita lihat sebagai peluang," kata Prihasto.

Soal regulasi ekspor, Prihasto meminta para pelaku bisnis tidak usah khawatir. Dia memastikan akan memudahkan para pelaku bisnis. Selama bukan tanaman yang dilindungi, pengajuan ekspor akan diproses cepat. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler