jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau kepada relawan yang tergabung dalam Pro Jokowi (Projo) agar ‘ojo kesusu’ atau tidak buru-buru dalam menentukan sikap dan dukungan pada salah satu tokoh di Pilpres 2024 mendatang.
Jokowi di tengah sambutannya juga menyampaikan ‘kode’ bahwa boleh jadi tokoh yang akan dijagokan mendatang oleh Projo untuk maju pada Pilpres mendatang adalah orang yang hadir dalam acara Rakernas V yang digelar di Magelang, Jawa Tengah.
BACA JUGA: Bapak Tiga Periode
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif M Qodari menafsirkan apa yang disampaikan Presiden Jokowi merupakan sinyal bahwa usulannya terhadap perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode masih punya peluang untuk berlanjut.
“Saya mengatakan sesungguhnya pidato Pak Jokowi itu, calon yang akan kalian dukung (Projo) ya saya (Jokowi). Kami semangat betul itu mendengar pidato itu,” ujar Qodari dalam diskusi akhir pekan Titik Nol dengan tema “Pesan Jokowi, Ojo Kesusu” di Jakarta, Sabtu (28/5/2022).
BACA JUGA: Luhut Binsar: Siapa Bilang Saya Minta Jabatan Presiden Tiga Periode?
Menurut Qodari, pesan Ojo Kesusu yang dimaksud Presiden Jokowi adalah sinyal untuk para relawan agar bersabar. Sebab Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 7 yang mengatur tentang masa jabatan presiden dan wakil presiden belum dilakukan amendemen.
“Ojo kesusunya itu apa? Ojo kesusunya ini karena Undang-Undang Dasar-nya belum di amendemen gitu. Artinya tiga periode masih hidup. Still alive and kicking. Jadi, gitu bahasanya,” ucap Qodari.
BACA JUGA: Begini Alasan Jokowi Melunak soal Isu Penundaan Pemilu & Jabatan Presiden Tiga Periode
Qodari yang juga penggagas Gerakan Komunitas Jokowi-Prabowo (Jokpro) 2024 itu meyakini setelah mendengar pidato yang diutarakan Presiden Jokowi tersebut, menjadi energi baru bagi para relawan pendukung Jokpro untuk kembali bersemangat mewujudkan gagasan tersebut.
“Masih berharap dan saya yakin setelah pidato Pak Jokowi ini pendukungnya yang tiga periode ini akan menggeliat luar biasa,” ucapnya.
Qodari menambahkan kedua tokoh tersebut (Jokowi-Prabowo) tentunya didukung untuk mencegah permasalahan bangsa yang terus menguat, yaitu menguatnya politik identitas dan terjadinya polarisasi di tengah masyarakat.
Sebab, kata Qodari, selain dari dua nama itu seperti contohnya pasangan Anies dan Ganjar disatukan seperti yang diwacanakan oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh masih belum mewakili mayoritas masyarakat.
“Politik identitas dan polarisasi itu bukan diwakili oleh Ganjar dan Anies. Bukan, enggak selesai. Kenapa? Kalau Ganjar dan Anies maju atau Anies sama Ganjar maju maka Pak Prabowo juga pasti maju,” bebernya.
“Satu-satunya yang bisa mencegah adalah kalau Prabowo menjadi wakilnya Jokowi baru mau itu. Dan, baru benar polarisasi akan selesai,” ujar Qodari.(fri/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari