BACA JUGA: Dana Perjalanan Dinas Lebih Banyak dari Pendidikan
Bahkan, sampai 70 persen"Jika biasanya hasil tangkapan kami selama 4 hari sampai 140 kilogram, kini hanya sekitar 50 kilogram saja
BACA JUGA: 13 Perkara Korupsi Mengendap di Kejati Sulteng
Itu pun kadang-kadang hanya mendapatkan ikan cukup untuk lauk di rumah saja," kata Abdul Gani, salah seorang nelayan di Tanjung Laut Indah, Senin (16/5) kemarin.Sebenarnya, lanjut Gani, kondisi cuaca dan gelombang di perairan Bontang, Selat Makassar dan sekitarnya, relatif teduh
BACA JUGA: Padang Gelar Festival Siti Nurbaya 2011
Akibatnya kami malah tekor karena biaya operasi untuk turun melaut itu tinggi juga," ujarnya.Tak hanya faktor cuaca, salah seorang nelayan lainnya, Mante, menyebut ada juga faktor terang bulan"Kami kesulitan dapat ikan karena terang bulanLautan jadi terang, sehingga ikan menyebar dan posisinya tidak bisa ditentukan," katanya.
Akibatnya kata Mante, lampu dari kapal nelayan pun tidak berfungsi maksimal"Berbeda jika gelap, ikan akan mendatangi tempat terang milik nelayanTapi sekarang di tengah laut itu terang sekali, akibat sinar bulan yang dekat dengan bumi," tambahnya.
Ia menambahkan, dibanding dengan beberapa tahun lalu, seiring dengan perkembangan waktu, pendapatan nelayan di daerahnya terus merosotTerlebih hampir 90 persen warga Tanjung Laut Indah itu berprofesi sebagai nelayan tradisional.
"Setiap hari kami hanya mengandalkan hasil tangkapan saja, jika angin dan gelombang teduh, mereka masih dapat pulang membawa ikanTapi jika angin kencang dan gelombang tinggi, warga pulang dengan tangan hampa," ujarnya.
Lantaran hasil tidak menentu, nelayan pun kini dilaporkan memutar haluanSesekali mereka melayani penumpang menuju kawasan wisata Beras BasahSekali jalan, tarifnya bisa mencapai Rp 400 ribu per kapalKegiatan itu dilakukan sebagai pekerjaan alternatif jika pendapatan menangkap ikan turun(*/gun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perpanjang Libur, PNS Terancam Dipecat
Redaktur : Tim Redaksi