Tanpa Alkohol, Bukan Pasutri Tak Diterima

Sabtu, 17 Juli 2010 – 00:47 WIB
RINTISAN - Riyanto Sofyan, Komisaris Hotel Sofyan, satu dari dua hotel syariah di tanah air. Foto: Priyo Handoko/Jawa Pos.
Hotel syariah di Indonesia mungkin masih bisa dihitung dengan jariSalah satu di antaranya adalah Hotel Sofyan di Jakarta

BACA JUGA: Kisah Pasutri Saksi Hidup Tragedi Kapal Marvi Marmara

Bagaimana konsep pengelolaan hotel itu?

Laporan PRIYO HANDOKO, Jakarta

MATAHARI
baru naik sepenggalah saat kegaduhan kecil terjadi di sebuah lobi hotel di Jalan Cut Meutia, Jakarta Pusat
Sepasang muda-mudi kecewa berat karena ditolak resepsionis saat akan check in

BACA JUGA: Dalam 2,5 Jam, Maemunah Berubah Jadi Laki-Laki Tulen

Sang cewek yang tampil seksi dengan celana pendek dan berkaus tanpa lengan terus mendebat si petugas
Sementara teman cowoknya yang masih menahan kantuk hanya terdiam.

Mereka merasa sudah memesan kamar di hotel itu melalui travel agent sejak berada di Semarang

BACA JUGA: Tempuh Jarak 237,6 Km dengan Satu Liter Bensin

Travel agent itu pun sebenarnya mitra kepercayaan hotel yang memiliki 91 kamar tersebut.

Namun, kali ini pihak travel ceroboh, lupa memastikan status sepasang muda-mudi ituSebab, hotel yang dituju memang tidak bisa menerima pasangan yang bukan muhrim atau tidak berstatus suami istriKedua tamu baru mengalah setelah pihak travel mengontak, meminta maaf, dan memastikan booking fee akan dikembalikan.

"Hotel kami memang menerapkan sistem syariahJadi, ya, aturannya ketat," ujar Riyanto Sofyan, komisaris utama Hotel Sofyan, saat ditemui di ruang kerjanya, Graha Sofyan, Jalan Cikini Raya, Kamis (8/7) pekan lalu.

Menurut Riyanto, hotelnya menerapkan reception policy (sistem seleksi tamu) yang akan check in, terutama bagi pasangan berlainan jenisSeleksi itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu pasangan merupakan suami-istri atau bukanDia mengungkapkan, cara yang paling efektif untuk memastikan itu memang dengan bukti buku nikah.

"Namun, itu tidak mudah," ujar pria kelahiran Jakarta, 26 Juni, 52 tahun lalu ituSoalnya, peraturan daerah (perda) hanya mewajibkan orang yang bepergian membawa KTP, bukan buku nikahKarena itulah, ujar Riyanto, diambil semacam ijtihadYakni, seleksi tamu dilakukan berdasar dugaan yang kuat.

Riyanto menuturkan, pasangan yang bukan suami-istri biasanya menunjukkan sejumlah gelagatMisalnya, terlihat canggung atau justru sangat mesraTerkadang malah saling berjauhan saat mendatangi meja front office.

Dari sisi penampilan, pasangan wanita berpakaian seksi dengan dandanan yang berlebihanPasangan yang berseragam sekolah, mahasiswa, atau masih muda juga layak dicermatiMereka biasanya juga tidak membawa perlengkapan bermalam, tas, atau koper"Jika petugas menilai ragu, mereka akan ditolakTapi, kalau condong kepada suami-istri, ya diterima," katanya.

Bila di kemudian hari ternyata pasangan yang telanjur diterima bukan suami-istri, petugas akan membuat berita acara khususPemasukan hotel dari tamu tersebut dibukukan tersendiri, kemudian disalurkan sebagai uang sosial"Insya Allah, penghasilan hotel tetap terjaga dan bersih," jelas Riyanto sambil lantas tersenyum.

Sekitar akhir Juni lalu, MUI merilis bahwa di Indonesia hanya dua hotel yang sudah berstatus syariahYakni Hotel Sofyan, Jakarta, serta Hotel Natama di Padang Sidempuan, Sumatera Utara"Kebetulan kami yang menjadi konsultan untuk Hotel Natama," ujar Riyanto pula.

Riyanto menuturkan, bisnis hotel merupakan "warisan" dari ayahnya, (alm) Sofyan PondaPada dekade 1970-an, Sofyan Ponda cukup dikenal sebagai salah seorang pelopor bisnis perhotelan di IndonesiaDialah yang mengembangkan Hotel Menteng di Jalan Gondangdia Lama.

Pada 1989, keluarga Sofyan mendapatkan partner baru untuk mengembangkan bisnis hotelMereka kemudian melepas Hotel Menteng untuk menambah modal pengembangan kelompok Hotel SofyanAwalnya hanya ada dua Hotel Sofyan, yakni Hotel Sofyan Tebet, Jalan dr Soepomo, serta Hotel Sofyan, Cikini, Jalan Cikini Raya.

Setelah go public pada April 1989, bertambah Hotel Sofyan Betawi di Jalan Cut MeutiaNamun, pada awal 2010, Hotel Sofyan Cikini dijual seharga tiga kali market prize kepada pengembang properti.

Riyanto menuturkan, Hotel Sofyan pada awalnya dikelola dengan sistem konvensional atau non-syariahTitik baliknya mulai muncul pada awal 1992Saat itu, sebagai pendiri sekaligus Direktur Utama PT Sofyan Hotels Tbk, Riyanto sudah memiliki kehidupan yang mapanTapi, batinnya tidak pernah tenang.

"Saya punya rumah di daerah (elit) Menteng, punya anak, punya mobil mewahTapi, rasanya hidup saya gersang dan panas," ceritanya.

Riyanto sebenarnya tumbuh di keluarga religiusKakek dari pihak ibunya - Raihany Sofyan - tergolong ulama besar di Bukit Tinggi"Tapi, ayah tidak terlalu ketat dalam membimbing soal agama," tutur alumnus Computer Engineering dari University of Miami Coral Gables, Florida, USA itu.

Riyanto mengakui, selama studi di Negeri Paman Sam, dirinya menjalani kehidupan yang relatif jauh dari tuntunan agamaHingga suatu ketika, tak lama setelah membawa PT Hotel Sofyan Tbk go public pada 1989, Riyanto bertemu dengan teman sekolah saat acara reuni SMADia pun curhat mengenai kegelisahannya itu.

"Dia bilang, elu makan dari mana, dari hasil orang mabuk-mabukGimana nggak panas," kata Riyanto menirukan ucapan temannya itu.

Nasehat temannya manjurSetelah reuni, Riyanto menjadi rajin ikut pengajian"Dari sana saya mendapatkan pemahaman baru mengenai kehidupan secara menyeluruhInilah yang saya cariSejak itu, mindset saya berubahNggak pernah dugem sampai nonton filmKeluarga juga mau mengikuti," kata suami dari Henny Riyanto yang telah dianugerahi empat anak itu.

Begitu lahir anak kedua pada awal Desember 1991, Riyanto terpanggil untuk berangkat umrahSejak umrah perdananya itu, dia sudah tidak berani lagi macam-macam"Waktu pengajian saya masih STMJ, alias salat terus maksiat jalan," tuturnya, sembari lantas tersenyum kecut.

Sekitar Juli 1992, Riyanto pun menunaikan ibadah hajiSepulang dari Tanah Suci, hati Riyanto mantap untuk menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan kelompok Hotel Sofyan"Saya ngomong kepada ayah bahwa saya nggak bisa kerja dengan hotel beginiBeliau tidak terima dan marah besar," katanya.

Riyanto yang semangatnya tengah meluap-luap lantas mengambil keputusan yang frontal, keluar dari PT Sofyan Hotels TbkDia baru mau "kembali" sekitar 1994, setelah ayahnya mau berkompromiTransformasi menuju hotel syariah dilakukan secara bertahap"Waktu itu ibu yang mendamaikan kami berdua," kenangnya.

Mulai 1994, menu makanan hotel yang berbahan babi pun dihilangkan"Ini suatu langkah perubahan kecil sebagai stimulus awal," kata Riyanto.

Sukses melunakkan hati sang ayah, tantangan yang dihadapi ternyata belum berakhirKali ini datang dari karyawan yang cemas pendapatannya akan menurunRiyanto menjelaskan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 10 persen pemasukan hotel adalah hak karyawan yang disebut dengan uang servisBagi karyawan hotel, nilainya cukup signifikanBahkan, 60 persen penghasilan karyawan berasal dari uang servisHanya 40 persen yang bersumber dari gaji rutin.

"Waktu itu paradigma syariah tidak seperti sekarangKaryawan takut uang servisnya akan turunSebab, bar tidak boleh menjual alkohol lagi, pijat beda jenis juga nggak boleh, orang yang bukan suami-istri nggak boleh menginap, dan sebagainyaApa ada tamu yang mau masuk Hotel Sofyan? Kira-kira begitu pikir mereka," kata Riyanto.

Meski begitu, dengan hati yang sudah mantap, Riyanto meneruskan visinyaSecara bertahap, pada Desember 1998, Santai Music Club di Hotel Sofyan Betawi ditutupTernyata pendapatan hotel secara keseluruhan pada 1998-1999 malah naik 19,55 persen.

Kemudian, Terminal Discotheque di Hotel Sofyan Tebet pun ditutup pada November 1999Health center (massage dan sauna) di Hotel Sofyan Betawi juga ditutup pada Januari 2000"Pijat refleksi masih boleh, asalkan tidak buka auratLalu, yang memijat maupun yang dipijat juga harus sama-sama laki-laki atau perempuan dengan perempuan," katanya.

Lambat laun, karyawan mulai bisa menerima aturan baru ituApalagi, pendapatan hotel malah meningkat 10,26 persen pada 1999-2000Selanjutnya, sekitar Maret 2000, minuman beralkohol dihapus dari menu seluruh Hotel SofyanBerkah kembali diperoleh, pendapatan hotel periode 2000-2001 naik 13,03 persen.

Proses menuju hotel syariah berlanjut dengan penutupan health centre di Hotel Sofyan Cikini pada November 2001, serta penerapan syariah reception policy (seleksi tamu) pada Februari 2002"Penerapan seragam karyawan muslimah Mei 2002Tidak boleh ada karyawan yang pakai rok pendek lagi," kata RiyantoSementara itu, pendapatan hotel keseluruhan terus meningkat 15,6 persen sepanjang 2001-2002.

Pada Juni 2003, Anggaran Dasar Perseroan Hotel Sofyan diubah menjadi berdasar syariahSertifikat Lembaga Bisnis Syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) diperoleh pada 26 Juli 2003.

Sebagai hotel syariah, imbuh Riyanto, dalam pembayaran juga tidak boleh ada mark-up anggaran"Ada departemen pakai Rp 100 juta, ditulis Rp 150 jutaItu melanggar prinsip syariah," ungkapnya.

"Jadi, dari awal ke syariah, dasarnya memang sudah idealisme, bukan untuk market oriented," tegas paman dari artis Marshanda ituIbunda Marshanda, Riyanti Sofyan, memang adalah adik kandung RiyantoDalam PT Sofyan Reksagraha - holding Hotel Sofyan - dua bersaudara itu menguasai 86 persenDari sana, Riyanto memegang saham mayoritas 68 persen, sedangkan Riyanti 32 persen.

Di Hotel Sofyan Betawi tak ada satu pun patung dan lukisan makhluk bernyawa dalam tampilan fokus yang terpajangChannel televisi juga diseleksiSelain saluran televisi lokal dan nasional, tayangan dari mancanegara terbatasMisalnya, saluran Malaysia dan Arab yang boleh"Jaringan TV berlangganan nggak ada," kata Assistant Sales Manager Hotel Sofyan, Ita Faridasari.

Dia juga menunjukkan "bar syariah" hotel tersebut"Kami punya bar, tapi herbal bar yang menyajikan ramuan dari tumbuh-tumbuhan," ujar wanita berjilbab kelahiran Cirebon, 3 Februari 1966 itu.

Dia lantas menawarkan sejumlah menu yang tersediaMisalnya, herbal tea, harro herba, hot choco herba, serta coffee herba"Ini freeze ginger lemonDi atas gelasnya dikasih garamSmriwing rasanya," kata Ita, sedikit berpromosi.

Di lantai bawah hotel bintang tiga itu juga terdapat fasilitas pijat refleksi bernama Kokuo Eastern ReflectionYang jelas, pria dan wanita tidak dijadikan satuSementara itu, di setiap ruangan kamar tamu hotel tersedia Alquran, sajadah, jadwal salat, buku doa, serta panduan arah kiblat.

Lantas, bagaimana kalau ada pasangan yang bukan suami-istri mengaku sudah menikah? "Resepsionis sudah ahli untuk membedakan," jawabnya pula sambil tertawa(*/c4/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Situation Room Bina Graha, Ruang Rapat Baru Presiden


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler