Tantangan Anies soal Adu Gagasan dan Penantian akan Pikiran Bakal Capres Lain

Oleh Zaenal A Budiyono*

Rabu, 24 Mei 2023 – 18:28 WIB
Ilustrasi bakal capres Pemilu 2024: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Ilustrator: Sultan Amanda/JPNN.com

jpnn.com - Belakangan ini persaingan di antara tiga bakal capres, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto terlihat lebih seru.

Anies sebagai bakal capres dari Koalisi Perubahan memantik babak baru dengan mengeluarkan pernyataan yang dianggap sebagai ‘serangan’ terhadap sejumlah kebijakan pemerintah.

BACA JUGA: Andai Aturan Main Berubah di Tengah Pertandingan

Misalnya, mantan gubernur DKI Jakarta itu menyuarakan tuntutannya tentang akses yang sama bagi setiap capres untuk bersaing, warning soal penjegalan kandidat, mafia APBN, isu korupsi, dan pentingnya setiap kandidat memunculkan gagasan ketimbang sekadar berlari dan aktif di medsos demi pencitraan.

Bagi penulis, tantangan Anies soal adu gagasan ketimbang pencitraan tersebut adalah hal menarik. Tanpa bermaksud mengecilkan isu lain, adu gagasan bisa membawa publik mengetahui isi kepala para capres yang akan bersaing.

BACA JUGA: Koalisi Perubahan Bakal Terus Gaduh jika Anies Baswedan Tak Segera Pilih Cawapres

Untuk kali pertama sejak pilpres secara langsung pada 2004, pertarungan gagasan sudah mulai sejak dini. Biasanya gagasan yang dituangkan dalam bentuk visi dan misi baru akan menjadi topik pembicaraan saat masa debat capres.

Pilihan strategi Anies yang mengedepankan serangan terhadap kebijakan pemerintah merupakan kabar baik bagi demokrasi. Memang seharusnya para capres mengambil opsi itu jika ingin merebut hati pemilih.

BACA JUGA: Koalisi Masih Cair, tetapi Anies Baswedan seperti Sudah Unggul 2 Langkah di Depan

Hal sama berlaku di banyak negara demokrasi mapan, di mana adu gagasan (serangan capres oposisi terhadap kebijakan pemerintah) adalah sesuatu yang lazim. Demokrasi juga memberi ruang yang luas kepada setiap kandidat untuk menawarkan alternatif kebijakan terbaik demi kemajuan negara dan keadilan sosial.

Sayangnya tantangan Anies soal debat gagasan itu justru direspons negatif oleh para pendukung Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo.

Alih-alih menanggapi tantangan itu, pendukung Prabowo maupun Ganjar justru menyerang balik Anies dengan menyebutnya sebagai capres bermodal omong doang alias omdo yang pintar bernarasi dan mengobral janji.

Respons semacam itu jelas sebuah kemunduran demokrasi karena hal tersebut menandakan kegagalan pendidikan politik. Semoga itu hanya reaksi pendukung Prabowo atau Ganjar dan bukan sikap asli kedua capres yang memperoleh endorsement dari Presiden Joko Widodo tersebut.

Justru dengan adanya tantangan adu gagasan dari Anies, hal itu bisa menjadi media bagi Prabowo maupun Ganjar untuk menunjukkan kelas mereka. Artinya, jika serangan ABW terbukti hanya klaim, mereka berdua bisa menyajikan data pembanding atau strategi lain.

Bagi voters, sajian adu gagasan jauh-jauh hari juga sangat baik sebagai bagian dari pendidikan politik untuk pemilih. Saluran-saluran komunikasi publik yang sesak gagasan dan pikiran akan dengan sendirinya mereduksi praktik jual-beli suara atau mobilisasi suara.

Praktik semacam itu biasanya berjalan pada kelompok pemilih yang tidak mendapat informasi cukup mengnai apa yang akan dilakukan para kandidat jika terpilih. Dengan kata lain, adu gagasan antar-capres akan meningkatkan kecerdasan politik kolektif dalam waktu singkat.

Semoga saja setelah Anies melontarkan tantangannya, ada capres yang lain segera menjawab ajakan itu dengan ide, visi, dan misi yang tak kalah hebat.

Jika itu terjadi, pilpres akan berlangsung menarik, sekaligus mencerdaskan, bukan sekedar idol contest yang membosankan.(***)

*Penulis adalah dosen Fisip Universitas Al-Azhar Indonesia/Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Asia

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Koalisi Pengusung Anies Sempat Diramalkan Bubar, Ada Tim Kecil Bikin Semuanya Lancar


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler