jpnn.com, MALANG - Kafe baru yang semakin marak dan tingginya biaya operasional menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha kafe, rumah makan, dan restoran di Malang, Jawa Timur.
Apalagi saat ini harga sewa lahan atau tempat untuk usaha kuliner di Kota Malang terus melejit.
BACA JUGA: Mbak Christina Ogah Pakai Bra saat Bekerja, Inilah Akibatnya
Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Malang Indra Setiyadi menyatakan, mahalnya tarif sewa tempat untuk mendirikan kafe menjadi penghambat utama.
Pengusaha harus berhitung dengan cermat estimasi pendapatan dan biaya yang harus dikeluarkan.
BACA JUGA: Restoran Terbakar, Ribuan Pengunjung Mal Panik
”Kalau tarif sewa per tahun Rp 200 juta, itu berarti per hari sekitar Rp 5 juta. Kalau begitu, pemilik usaha dibebani tarif tersebut setiap bangun tidur. Warung belum buka, beban sudah nyata,” terang Indra.
Dia menambahkan, banyak pengusaha yang dipastikan berat untuk menghasilkan omzet puluhan juta dalam sehari.
BACA JUGA: Restoran di Surabaya Tumbuh 20 Persen per Tahun
Itu pun belum termasuk bayaran karyawan dan operasional kafe. Jika tidak hati-hati mengelola kafe, dipastikan segera gulung tikar.
”Dulu sejumlah toko di Kota Malang ini ada yang legend. Orang datang ke Malang benar-benar hanya ingin merasakan kulinernya,” jelas Indra.
Namun, hal itu tidak terjadi saat ini. Indra menyatakan, semua daerah sudah berlomba menjual kuliner khas masing-masing.
Dia melanjutkan, kafe atau restoran itu bukan termasuk kategori legend. Dengan begitu, untuk urusan kuliner, orang sudah bisa menikmati di wilayah masing-masing.
Lebih konkretnya, sambung Indra, warga sekitar Sudimoro akan memilih makan atau minum di kawasan tersebut daripada harus merasakan kuliner yang sama di wilayah Kedungkandang.
”Kesimpulannya, masyarakat ingin nongkrong di tempat yang terjangkau, begitu juga harganya,” imbuh Indra. (jaf/c1/nay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kreativitas Kunci Sukses Bisnis Restoran
Redaktur : Tim Redaksi