jpnn.com - JAKARTA - Perekonomian Indonesia diproyeksi mulai rebound atau berbalik dalam tren positif mulai 2015. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi yang pada 2013 lalu mencapai 5,8 persen diperkirakan melambat tahun ini di kisaran 5,3-5,5 persen.
"Tapi tahun depan pertumbuhan akan lebih cepat di kisaran 5,8 persen," ujarnya kemarin (8/7).
Dalam kesepakatan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 yang disampaikan dalam sidang paripurna DPR kemarin, pemerintah dan DPR sepakat mematok target pertumbuhan ekonomi 2015 di kisaran 5,5 - 6,0 persen. Dengan begitu, nilai tengahnya adalah 5,75 persen.
RAPBN 2015 memiliki peran penting karena disusun pemerintah periode 2009-2014 untuk dilaksanakan pemerintahan baru periode 2014-2019. Jika dicermati, pertumbuhan 5,5-6,0 persen ini lebih rendah daripada target dua pasangan calon presiden dan walon wakil presiden.
Misalnya pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla menargetkan rata-rata pertumbuhan ekonomi 7,0 persen. Bahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menargetkan angka bombastis 10,0 persen.
Chatib mengakui, meski ada tanda-tanda perbaikan, perekonomian Indonesia masih menghadapi banyak tantangan pada 2015. Salah satu yang mesti diwaspadai adalah risiko gejolak finansial akibat lanjutan pengurangan stimulus (tapering off) di Amerika Serikat (AS), maupun rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).
Selain itu, Tiongkok yang meupakan partner dagang utama Indonesia diperkirakan masih dalam fase mendinginkan ekonominya. "Jadi pertumbuhan ekonomi 2015 belum bisa terlalu tinggi," katanya.
Meski demikian, mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu mengakui, target pertumbuhan 2015 di kisaran 5,5-6,0 persen tersebut lebih optimistis dibanding proyeksi Bank Indonesia (BI) yang mematok 5,4-5,8 persen.
Salah satu alasannya adalah perbaikan ekonomi global yang pada 2015 diproyeksi tumbuh 3,9 persen atau lebih tinggi dibanding proyeksi tahun ini 3,6 persen. "Kalau ekonomi global membaik, harga komoditas akan naik dan itu bagus untuk ekspor kita," ucapnya.
Dalam laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria mengatakan, dalam dua tahun terakhir pertumbuhan global melambat. Pada 2011, ekonomi global masih tumbuh 3,7 persen, lalu merosot menjadi 3,0 persen pada 2012. Kemudian pada 2013 kembali turun ke posisi 2,8 persen.
BACA JUGA: Menkeu Optimistis Rupiah Terus Menguat
"Kami memproyeksi, pada 2014 ekonomi global menguat ke 3,4 persen, lalu kembali naik ke 3,9 persen pada 2015," ujarnya.
Bagaimana dengan negara emerging markets? Menurut Gurria, laporan OECD mengelompokkan lima negara yang ekonominya tengah tumbuh dalam BRIICS (Brazil, Russia, India, Indonesia. China, South Africa).
BACA JUGA: Rupiah Perkasa, Saham Bergairah
Tahun ini, BRIICS diproyeksi masih mengalami perlambatan ekonomi dari 5,4 persen pada 2013 menjadi 5,3 persen pada 2014. Namun, ekonomi akan kembali naik pada 2015 ke posisi 5,7 persen. (owi/oki)
BACA JUGA: Pasokan Kemasan Rokok Seram Harus Dibarengi Sosialisasi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diguyur Rp57,7 Triliun, IPM Papua dan Papua Barat Tetap Jeblok
Redaktur : Tim Redaksi