Tarif Listrik Naik Mulai Januari, Inflasi Tetap Landai

Sabtu, 19 November 2016 – 18:27 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Bank Indonesia (BI) meyakini inflasi pada akhir 2016 menyentuh batas bawah sasaran BI, yakni 4 plus minus satu persen.

BI memprediksi inflasi pada akhir tahun ini mencapai 3–3,2 persen.

BACA JUGA: Menpar Arief Yahya: Rawe Rawe Rantas, Malang-Malang Tuntas!

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menjelaskan, salah satu pertimbangan BI mempertahankan BI 7-days reverse repo rate di level 4,75 persen adalah tingkat inflasi yang masih aman.

Hingga Oktober, inflasi secara year-on-year (yoy) sebesar 3,31 persen.

BACA JUGA: Otomotif Mulai Bangkit, Penjualan Mobil Lampaui 2015

’’Sebagian inflasi disebabkan kelompok harga yang diatur pemerintah. Harga volatile food (bahan makanan yang harganya rentan bergejolak, Red) masih terjaga. Inflasi tetap terkendali dan akhir tahun diperkirakan sebesar 3–3,2 persen atau berada di batas bawah kisaran sasaran inflasi 2016,’’ kata Agus kemarin (18/11).

Indeks harga konsumen (IHK) pada Oktober 2016 mencatat inflasi 0,14 persen (month-to-month/mtm) atau 3,31 persen (yoy).

BACA JUGA: Pengamat: Lupakan Bisnis Batu Bara

Inflasi terutama bersumber dari inflasi komponen administered price yang didorong kenaikan tarif listrik, harga bahan bakar rumah tangga, tarif kereta api, dan harga rokok.

Sementara itu, inflasi komponen inti tercatat rendah sebesar 0,10 persen (mtm) atau 3,08 persen (yoy). Di sisi lain, kelompok volatile food mengalami deflasi yang berasal dari koreksi harga komoditas beberapa bahan pangan.

Mantan Menkeu itu menambahkan, inflasi pada minggu ketiga November mengalami tekanan 0,39 persen.

Tekanan tersebut berasal dari harga cabai rawit dan bawang. Musim basah efek La Nina masih berpengaruh pada hasil panen karena memicu percepatan pembusukan bahan pangan.

Beberapa daerah juga mengalami kondisi khusus yang mengakibatkan kondisi bahan pangan terpengaruh dan berimbas pada indeks harga konsumen (IHK).

’’Kondisi khusus di daerah Sumatera Utara, misalnya, ada virus kuning yang berpengaruh pada gagalnya panen cabai. Akibatnya, ketersediaan cabai di pasar terbatas dan kondisi itu membawa tekanan di inflasi,’’ papar pria kelahiran Amsterdam tersebut.

Hingga akhir tahun, BI meyakini ada tekanan di volatile food, terutama karena pengaruh perayaan Natal dan tahun baru.

Namun, Agus yakin inflasi tetap landai. Pihaknya pun yakin inflasi masih terjaga lantaran BI dan pemerintah berupaya menjaga pasokan dan distribusi. Dengan begitu, ekspektasi masyarakat terkendali.

’’Pada 2017, akan ada tekanan dari inflasi harga tiket KA (kereta api), subsidi listrik 900 VA yang dicabut, dan distribusi LPG tertutup. Tapi, kami sudah mempertimbangkannya dan inflasi tahun depan tetap terjaga meski ada tekanan dari sisi itu (administered price, Red),’’ jelas alumnus FE UI tersebut.

Sepanjang inflasi masih terjaga, tutur mantan Dirut Bank Mandiri tersebut, fundamental perekonomian juga berada dalam kategori yang aman.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityawawa menuturkan bahwa belum diperlukan intervensi khusus dari BI untuk menjaga inflasi.

’’Sejauh ini inflasi masih mencerminkan fundamental ekonomi yang membaik. Sama dengan nilai tukar, kalau terlalu volatile, baru dibutuhkan intervensi yang lebih dalam,’’ tuturnya.  (dee/rin/c14/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Pastikan Tetap Tutup Beberapa Pabrik Gula


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler