Tarif MRT Dinilai Kemahalan

Sabtu, 06 Oktober 2018 – 02:22 WIB
MRT Jakarta (Dery Ridwansyah/ Jawa Pos)

jpnn.com, JAKARTA - Usulan tarif Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta sebesar Rp 13 ribu dinilai masih kemahalan. Sejumlah kalangan beranggapan tarif tersebut masih dapat dikurangi hingga hanya Rp 5000 saja.

Apalagi, MRT sudah mendapatkan subsidi dan pengelola juga memiliki pemasukan dari menyewakan properti berupa pertokoan yang rencananya dibangun di setiap stasiun dan lokasi pemberhentian MRT.

BACA JUGA: Tiket MRT, LRT dan TransJakarta Terintegrasi di 2019

“Kasihan masyarakat jika dibebani dengan harga tiket MRT yang mahal. Kami yakin besaran harganya dapat ditekan sebesar Rp 5000 saja,” ujar Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Jakarta Muhlis Ali, Jumat (5/10).

Muhlis mengatakan, jika Oke Otrip saja bisa menetapkan tarif Rp 5000 untuk semua perjalanan yang menggabungkan antara Transjakarta dengan mikrolet dan angkot, maka MRT seharusnya juga bisa. Terlebih, jarak tempuh MRT dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia hanya sepanjang 16 kilometer. “Kami minta usulan tarif MRT Rp 13 ribu dikaji ulang dan dipangkas lagi,” katanya.

BACA JUGA: Unsada Gandeng PT MRT demi Pembangunan Jakarta

Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta William Yani juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, tarif MRT baiknya dikurangi lagi mengingat yang akan naik kereta MRT adalah masyarakat umum.

"Saya mengusulkan Rp 7.500 per 10 km supaya lebih terjangkau lagi," kata William.

BACA JUGA: Kereta MRT Sudah Tiba di Jakarta, Ini Penampakannya

Menurutnya, MRT telah berjalan baik dalam pembangunannya karena pemerintah terlihat cekatan dalam mengurusnya. Namun, dirinya pun menyoroti untuk memberikan fasilitas yang baik, MRT perlu menerima pegawai yang baik pula, tentunya dengan proses yang transparan.

"Saya minta, tolong dalam penerimaan pegawai di MRT saya minta diumumkan secara lebih lengkap dan jelas. DPRD DKI jarang tahu, kapan ada penerimaan pegawai," jelasnya.

Wiliam meminta agar PT MRT Jakarta dapat transparan karena selama ini cenderung penerimaan karyawan dinilai tertutup. Alangkah lebih baik, ke depan penerimaan karyawan dapat terbuka misal secara online paling lama dua minggu.

"Banyak orang yang tidak tahu. MRT kan butuh pegawai ribuan, tukang karcis, pengawas kereta atau butuh ratusan pegawai baru. Paling tidak pembukaan dilakukan selama dua minggu. supaya yang masuk orang orang terbaik," tandas politikus PDIP ini.

Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono mengatakan, PT MRT telah mengusulkan besaran tarif MRT rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia sebesar Rp13 ribu kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Besaran tarif yang diusulkan Rp8.500 per 10 kilometer (km) pertama per perjalanan. Setelah melewati 10 km, tarif yang akan dikenakan sebesar Rp700 per km.

"Dari studi, willingness to pay (keinginan membayar) adalah Rp8.500 untuk jarak 10 km. Jadi, berdasar itu, maka kami buat usulan tarif berdasarkan jarak," ujar Agung dalam Diskusi 'Kebangkitan Kereta Api Indonesia' di Jakarta, Kamis (4/10) lalu.

Dengan panjang rute MRT fase I yang mencapai 16 kilometer, maka total tarif perjalananan MRT dari Lebak Bulus-Bundaran HI mencapai Rp13 ribu per perjalanan.

"Dihitung saja, Rp8.500 untuk 10 km kalau sampai ujung 16 km rata-rata Rp13 ribu (per perjalanan)," ujarnya.

Besaran tarif tersebut, lanjut Agung, telah memperhitungkan subsidi yang diberikan Pemprov DKI. Besaran subsidi ditentukan mempertimbangkan mekanisme alokasi aset yang menjadi porsi MRT Jakarta dan Pemprov DKI Jakarta, mulai dari rel, jembatan, hingga persinyalan. Namun, Agung tak menyebutkan besaran subsidi yang digelontorkan pemerintah.

"(Porsi aset) ini masih belum putus, masih bahas aset mana DKI Jakarta atau aset mana akan di MRT Itu menentukan terhadap subsidi," katanya.

Saat ini, besaran tarif masih dikaji oleh Pemprov DKI Jakarta. Keputusan besaran tarif ditargetkan rampung tahun ini.

"Diputuskan Insya Allah tahun ini karena akan diajukan pemerintah ke APBD 2019," ujarnya. Sebagai informasi, MRT rute Lebak Bulus - Bundaran HI akan mulai beroperasi pada Maret 2019.

Sementara itu Direktur Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas, MRT menargetkan dapat mengangkut 173.400 penumpang setiap harinya.

Namun, diprediksi target itu baru akan tercapai lima tahun setelah beroperasi. Itu pun tergantung pada ketertarikan penumpang terhadap MRT yang didasari pada tarif yang ditentukan.

"Sangat tergantung dengan tarif yang diberlakukan. Kalau tarif di atas Rp 10 ribu per penumpang, tidak akan banyak yang menggunakannya. Kalau di bawah Rp 10 ribu itu baru akan banyak," ujar Darmaningtyas.

Darmaningtyas memprediksi jumlah penumpang MRT 1.900 untuk sekali angkut atau 173.400 per hari tidak akan tercapai dalam waktu dekat.

Agar target itu tercapai, MRT pasti memiliki tarif yang berbeda dengan KRL dan Transjakarta. Perbedaan tarif itu akan menentukan minat atau tidaknya calon penumpang untuk berpindah haluan.

"Itu baru akan tercapai setelah lima tahun. Kalau setahun itu saya kira enggak, paling ya 80 ribu," prediksi Darma.

Dia melanjutkan, selain tarif, penumpang juga membutuhkan subsidi dari pemerintah. Seperti moda transportasi publik lainnya, ada biaya subsidi yang dikeluarkan pemerintah setiap tahunnya.

Hal tersebut ampuh untuk menarik masyarakat meninggalkan kendaraan pribadinya karena harga yang ditawarkan sangat terjangkau.

"Jadi saya kira yang menjadi problem nanti adalah subsidi yang diberikan (pemerintah) kepada penumpang," tandasnya. (ibl/nas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengawas Ketenagakerjaan Tinjau Proyek MRT Lebak Bulus


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler