jpnn.com, JAKARTA - CEO Sekretariat Nasional (Seknas) Prabowo - Sandi, Muhamad Taufik menuntut pengunduran diri Ketua KPU Arif Budiman. Menurut dia, sangat mudah melihat ketidakbecusan penyelenggara pemilu periode sekarang.
Pertama, banyaknya jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia. Artinya, KPU tidak memikirkan para pejuang demokrasi di bawah.
BACA JUGA: Ada Bawaslu, Buat Apa Lagi Bentuk Pansus Pemilu?
’’Angka 225 meninggal. Ini kegagalan komisioner KPU. Mereka harus tanggung jawab dan mundur,’’ jelas Taufik di Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (26/4).
BACA JUGA: Hasil Quick Count Lembaganya Taufik Gerindra: Prabowo 53,55 Persen
BACA JUGA: Pengamat Bilang Pemilu 2019 Milik NasDem, Lo Kok Bisa?
Kedua, ketua DPD Gerindra DKI itu menegaskan, proses input suara hasil ke sistem informasi penghitungan suara (situng) baru mencapai 34 persen.
Jelas, ini kegagalan. Karena, memasuki hari kedelapan pascapemilu, jumlah data yang masuk masih di bawah 50 persen.
BACA JUGA: KPU Anggap TPF Pemilu Tidak Penting
’’Ironisnya, ini diakui KPU belum sesuai target. Makanya, lebih baik mundur. Jelas gagal kok. Ini pemilu paling ngaco. Mundur Arif Budiman dan harus mempertangjawabkan kekacauan ini,’’ ucap dia.
“Seharuanya, KPU itu bisa jeli dan tak memaksakan kehendak seperti saat ini. Jika jeli, kejadian semacam ini tak akan terjadi. KPU itu gagal. Hanya satu kata, Arif Budiman harus mundur,’’ tegas dia. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Moeldoko: Selesaikan Secara Konstitusional, Bukan dengan Ijtimak Ulama III
Redaktur & Reporter : Adil