Teguh Haryanto, Hakim 'Garang' Pengadilan Tipikor yang Nyentrik

Selalu Wariskan Lagu Ciptaan di Tempat Bertugas

Selasa, 02 Desember 2008 – 11:33 WIB
Ilustrasi pengadilan. Foto: pixabay

jpnn.com, JAKARTA - Sebagai hakim Tipikor, Teguh Haryanto adalah pemegang rekor pemberi vonis hukuman tertinggi bagi koruptorDialah yang memberi hukuman 20 tahun penjara bagi terpidana kasus suap jaksa Urip Tri Gunawan

BACA JUGA: Rita Dinah Kandi, Kehidupan Kedua setelah Operasi Tumor Otak

Meski garang, dia dikenal sebagai ’’pengamen’’ yang suka hidup bersahaja

 
ANGGIT SATRIYO NUGROHO, Jakarta

DI antara sembilan hakim karir di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Teguh Haryanto mungkin yang paling nyentrik

BACA JUGA: Standar Pengamanan Hotel Bintang Lima di India

Setiap melepas toga hakim kebesaran, yang tampak pada tubuh pria berkumis itu biasanya hem lengan pendek atau kaus berkerah, celana jins, dan sepatu kasual.
Saat pulang sidang, dia terbiasa menggendong ransel hitam layaknya mahasiswa
Isinya dokumen-dokumen yang perlu dipelajari untuk bahan sidang esoknya

BACA JUGA: Taj Mahal di Mumbai yang Mahal Itu

Dengan tas ransel itu, dia bisa bergerak bebas naik angkutan umum ke tempat tinggalnya di Bogor.
Karena ingin selalu tepat waktu bisa sampai ke ruang sidang Tipikor di kawasan Kuningan, Jakarta Pusat, Teguh berangkat dari rumah pukul 05.30Dari rumahnya di Jalan Pakis Raya, Taman Jasmin, Bogor, tiap pagi dia punya langganan tukang ojek yang mengantarkan ke halte angkot terdekat’’Turun dari angkot lalu bersambung dengan kereta api ke Jakarta,’’ ungkap bapak tiga anak itu
Teguh mengaku bisa menikmati aktivitasnya menjadi warga komuter Jakarta–Bogor yang dijalani sejak menjadi hakim di PN Jakarta Pusat tiga tahun laluTermasuk, harus rela berdesak-desakan dan bercampur bau keringat penumpang lainLesehan di gerbong kereta beralas koran adalah hal biasa
Kadang, kalau terburu waktu, dia mencoba meringkas perjalananDari rumahnya, dia menyetir mobil pribadi, lalu dititipkan di kompleks Istana BogorKebetulan, kakaknya bertugas sebagai kepala pengamanan di kompleks istana itu’’Jadi, cukup aman,’’ kata alumnus Undip Semarang yang kini berusia 50 tahun tersebut.
Ada alasan mengapa Teguh rela berkereta api saban pagiDia tak ingin terbebani kemacetan JakartaSebab, di meja sidang, dirinya sudah ditunggu dengan pembuktian perkara korupsi yang melelahkanDia harus telaten memeriksa berita acara pemeriksaan (BAP) yang tebalnya rata-rata 20 cmApalagi jika harus mengejar fakta hukum dari terdakwa yang kadang memberikan keterangan berbelit-belit
Sebagai hakim Pengadilan Tipikor, dia harus menyidangkan dua perkara korupsi setiap hariBukan itu sajaSidang di Pengadilan Tipikor sering amat menyita waktuSidang yang berakhir hingga pukul 21.00 merupakan hal lumrahSungguh membikin stres.
’’Saya naik kereta bukan karena tak punya mobilBanyak yang bilang masak hakim tak punya mobilTapi, saya tak mau stres saja,’’ tegasnya
Karena menumpang kereta api, banyak kolega Teguh yang khawatir akan keselamatan jiwanyaPernah ada wacana pengawalan untuk para hakim Pengadilan Tipikor yang punya banyak ’’musuh’’ para koruptor itu’’Apa tidak capai mengawal saya? Kadang saya pilih jalan kaki segala,’’ ujarnya
Saat ditemui Jawa Pos di ruangan hakim Pengadilan Tipikor, penampilan Teguh tampak ’’muda’’Mengenakan kemeja lengan pendek dan rompi, kancing kemejanya dibuka, sehingga yang terlihat adalah kalung emas yang melingkar di leher.
’’Penampilan saya memang seperti iniOrang di Mahkamah Agung (MA) pun memaklumiMereka membiarkan karena saya disebut hakim yang seniman,’’ tutur suami Retno Murdini tersebutTeguh memang lama bertugas di pengadilan tertinggi ituDia menjadi asisten Hakim Agung Laica Marzuki dan Gunanto
Meski sibuk mengadili perkara korupsi, hobi Teguh juga belum pupusDia masih kerap mengasah keterampilannya bermusik di berbagai pergelaranSaking cintanya pada dunia musik, kolega hakim lainnya menyebut pria asal Semarang, Jawa Tengah, tersebut sebagai hakim pengamen.
Sebagai musikus ’’amatir’’, Teguh cukup produktifSejak mengawali karir sebagai hakim di berbagai pengadilan negeri di tanah air, dia menyempatkan menciptakan laguSaat mengakhiri tugas di PN Bulukumba, Sulawesi Selatan, misalnya, dia menciptakan lagu Pesona Pantai Bira, pantai indah di kota kecil tersebut’’Lagu itu menjadi kenang-kenangan saat perpisahan dengan bupati di sana,’’ jelasnya
Saat dimutasi di PN Pangkal Pinang, Provinsi Bangka-Belitung, Teguh juga menciptakan lagu berjudul ResahMengapa resah? ’’Itu nyanyian hati sayaSebab, sebagai hakim (di Pangkal Pinang), saya tak bisa ke mana-mana karena faktor geografisSaya juga tak bisa memperdalam intelektualitas saya sebagai hakim,’’ ungkapnya
Gara-gara lokasi tempat kerjanya di pulau kecil itu, dia gagal mengikuti kursus untuk memperdalam masalah HaKI (hak atas karya intelektual) di Australia
Dengan kemampuannya bermusik tersebut, tak jarang dirinya berbuat isengSuatu hari, saat rombongan Mahkamah Agung (MA) ke Ancol, Jakarta, Teguh bermain gitar, sementara teman-temannya mengumpulkan uang receh dari para pengunjungSaat itu sampai terkumpul Rp 600 ribuUang tersebut lalu dibagi-bagikan kepada cleaning service di sana’’Gara-gara itu saya disebut hakim ngamenPadahal, itu cuma iseng,’’ ujarnya
Meski terkesan santaiDi ruang sidang, penampilan Teguh berubah garangDia merupakan sosok yang ditakuti para terdakwa korupsi di meja hijauSalah seorang yang telah merasakan adalah Urip Tri Gunawan, jaksa yang terlibat kasus suap penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) oleh Artalita Suryani (Ayin)Dia terkena vonis 20 tahun penjara.
Palu yang diketukkan Teguh untuk menghukum jaksa yang pernah menuntut trio bomber Bali, Amrozi cs, itu merupakan hukuman terberat sepanjang sejarah Pengadilan TipikorTeguh beralasan, koruptor harus dihukum berat’’Supaya tidak ada tindakan serupa oleh pihak lain,’’ tegasnya
Saat sidang berlangsung, Teguh merupakan hakim ’’cerewet’’Dia sering mengingatkan para penasihat hukum agar bertanya lebih efektif dan tidak menghamburkan waktu sidang’’Saya hanya mewujudkan peradilan bebas, cepat, dan berbiaya ringan itu,’’ ujar mantan mahasiswa Prof Dr Satjipto Rahardjo tersebut
Meski garang, tak jarang Teguh memecah kebekuan sidang dengan melontarkan joke-joke segarSuatu saat dia memanggil seorang penasihat hukum di sidangBukan memanggil namanya, tapi dengan panggilan akrab’’Pak Haji,’’ katanyaKontan, sang penasihat hukum yang memang bercambang dan berambut ikal bak raja dangdut Rhoma Irama itu pun tersenyum(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Putar-Putar di Ibu Kota Amerika Serikat dengan Menunggang Segway (2-Habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler