DAMASKUS - Tekanan atas rezim Syria terus mengalir dari dunia internasional terkait tindakan represif terhadap para demonstranSetelah AS dan sejumlah negara Barat mendesak agar Presiden Bashar al-Assad mundur dari kursi kekuasaannya, Syria harus bersiap menghadapi isolasi dari negara-negara Arab
BACA JUGA: Bentrok Maut di Penjara Meksiko, 20 Napi Tewas
Kemarin (16/10) para menteri luar negeri dari negara-negara anggota Liga Arab bertemu untuk membahas kemungkinan pencabutan status keanggotaan Syria dari organisasi regional tersebut
BACA JUGA: Serangan Udara Tewaskan Tokoh Al Qaeda
Di tengah meningkatnya tekanan internasional untuk mengakhiri krisis Syria, Assad justru belum menunjukkan sinyal positif untuk mundur atau mengurangi represi militer dalam menghadapi demonstrasi antipemerintah yang sudah berlangsung selama tujuh bulan.
Kemarin tentara Syria kembali menembaki massa ketika menghadiri upacara pemakaman seorang aktivis di timur negeri itu
BACA JUGA: 28 Orang Tua Wisudawan Tewas
Pada saat hampir berbarengan, dalam sebuah penggerebekan dari rumah ke rumah di pinggir Damaskus, tentara menangkap 44 orang yang diduga aktivis antipemerintah.Sejumlah pejabat Liga Arab mengungkapkan bahwa pertemuan yang diadakan di Beirut, Lebanon, kemarin diusulkan oleh sejumlah negara TelukTujuannya adalah menekan Assad agar menghentikan kekerasanBerdasar data yang dirilis PBB, 3 ribu orang tewas sejak pecahnya perlawanan rakyat di Syria pada pertengahan Maret lalu.
Beberapa negara Teluk, termasuk Arab Saudi, telah menarik pulang duta besar (Dubes) mereka dari DamaskusLangkah itu diambil sebagai protes atas respons pemerintah dalam menangani demonstrasi damai rakyat Syria.
Sumber kuat mengungkapkan bahwa Liga Arab akan mengupayakan sanksi lain jika pencabutan keanggotaan Syria tidak mampu menghentikan rezim Assad melakukan represi terhadap demonstranNamun, sumber tersebut tidak menjelaskan usulan sanksi lain yang mungkin dijatuhkan terhadap Syria
Sementara itu, sekitar 7 ribu orang turun ke jalan-jalan di Kota Deir el-Zour, timur Syria, kemarin untuk menghadiri pemakaman aktivis bernama Ziad al-Obeidi yang tewas dalam unjuk rasa sehari sebelumnyaObeidi adalah aktivis Lembaga Pengamat Hak Asasi Manusia (HAM) Syria yang berbasis di InggrisDia menjadi salah satu target operasi sejak militer memasuki Kota Deir el-Zour dua bulan lalu.
Rami Abdul Rahman, kepala lembaga HAM tersebut, menyatakan bahwa tentara melepaskan tembakan dengan peluru tajam untuk membubarkan para peziarahEmpat orang tewas seketika di lokasi kejadian.
Dia menambahkan, sedikitnya 19 orang juga ditangkap di Kota Dumeir dan 25 lain di Kota Zabadani, perbatasan dengan Lebanon, kemarinMenurut para aktivis, tentara dan polisi Syria mendirikan barikade di Kota Zabadani dan MadayaSelanjutnya, mereka melakukan razia dari rumah ke rumah.
Ribuan tentara Syria yang didukung dengan kendaraan lapis baja juga melancarkan tembakan ke Kota Zabadani kemarinKonvoi kendaraan militer sengaja menembakkan senapan mesin dan senjata antipesawat saat memasuki kota di kaki bukit Pegunungan Anti Lebanon, 35 km sebelah barat Kota DamaskusBelum ada laporan soal jatuhnya korban jiwa dalam serangan itu.
Sehari sebelumnya, tentara menyisir areal pertanian di dekat Kota Zabadani untuk mencari para pembangkang atau aktivis antipemerintahMiliter juga menjarah rumah dan menyita mobil milik wargaSedikitnya, 100 orang juga ditangkap pada Sabtu laluTermasuk, tiga mahasiswi yang dicurigai terlibat dalam unjuk rasa antipemerintah.
"Tentara dengan dukungan intelijen militer langsung memblokade setiap ruas jalanSaat ini Zabadani terputus dari Damaskus," ujar seorang warga bernama Mohammad.
Terpisah, kantor berita pemerintah SANA melaporkan bahwa sekelompok geng bersenjata terlibat kontak senjata dengan militer dan menewaskan dua orang tentara di Kota HamaDi kota itulah, berkembang pusat perlawanan massa yang menjadi pusat operasi militer selama 10 hari pada Agustus lalu
Assad menuding "geng bersenjata" berada di balik aksi kekerasan yang terjadi di Syria selama tujuh bulan terakhirNamun, aktivis membantah klaim tersebut dan menegaskan bahwa sebagian besar korban tewas akibat kekerasan oleh aparat keamanan dalam menghadapi protes damai menuntut reformasi.
Di Damaskus, kemarin pengadilan memutuskan untuk menangguhkan penahanan Mazen Adi, pemimpin oposisi Partai Rakyat Demokratik (terlarang) yang ditahan sejak 11 Mei laluDia dibebaskan setelah membayar uang jaminan
"Pengadilan Damaskus memutuskan untuk membebaskan Mazen Adi setelah membayar USD 600," terang Michel Shammas, pengacaranya"Nanti dia akan diadili dengan tuduhan merusak citra negara," tambahnya(AP/RTR/AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banjir Landa Negara Tetangga, RI Kirim Bantuan
Redaktur : Tim Redaksi